Ryan membuka semua chiki yang ada di hadapannya, lalu ia memakannya satu persatu dengan rakus. Ryan sangat lapar saat ini, tetapi Bundanya belum juga selesai masak, alhasil ia disuruh memakan semua snack milik Chesa-Adiknya, untuk menjadi makanan pengganjal.
Yang namanya rejeki itu ngga boleh di tolak. Dengan lapang dada Ryan menuruti permintaan Bundanya. Untung Chesa adik yang baik, tetapi dilain sisi gadis kecil itu bisa berubah menjadi menyebalkan di kala-kala tertentu.
Dirinya beralih ke beberapa yupi-makanan manis kedua favoritnya setelah permen bubble gam.
Setelah sepuluh menit berkutat dengan para makanan. Ryan meneguk minuman kaleng bersoda nya hanya dalam satu kali tegukan.
Ryan mengubah posisinya yang semula tegak menjadi loyo pada bagian dashboard tempat tidur. Lelaki itu mengelus perutnya, ia merasakan kekenyangan yang luar biasa setelah memakan berbagai macam snack tadi.
"EQ!" Ryan bersendawa.
Ryan menggaruk kepalanya. "Kok gue laper lagi yaa" gumam nya pada diri sendiri.
Ryan tipe orang yang makan banyak. Bagaimana tidak, Emily-Bundanya selalu menawarkan berbagai macam makanan saat ia sedang dirumah. Mungkin ini adalah efek samping dari hal itu.
"Bang!" ketukan pintu beserta teriakan khas Emily terdengar di telinganya. Dengan cepat ia melompat turun dari kasur lalu membuka pintu.
"Apa Bun?" tanya Ryan sambil memandang wajah Bundanya yang masih awet muda meski sudah berkepala tiga.
"Ayo makan, masakannya udah matang" Ryan mengangguk. Ia menutup pintu. Lalu mengekori Bundanya yang berjalan di depan.
Ryan mengambil nasi sebanyak tiga centong, menambahkan udang pedas manis, dua potong ayam kecap, sayur bayam, serta lima sendok sambal. Tak lupa dengan kerupuk udang kesukaanya sebagai pelengkap.
Emily hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat anak sulungnya seantusias itu dengan yang namannya makanan.
"Kali ga habis Bunda kebiri ya Bang" cetus Emily yang membuat Ryan menghentikan kegiatan makannya.
"Oke. Kalo ini habis, Abang boleh nambah lagi, ya?" pinta Ryan. Emily tak berhenti tersenyum melihat tingkah laku anaknya itu.
"Nambah sesuka hati kamu, tapi jangan berlebihan, ngga baik. Secukupnya aja kalo makan," nasihat Emily.
Ryan yang sibuk mengunyah makanan di dalam mulutnya itu hanya membalas dengan anggukan kepala disertai acungan jempol.
Emily kembali menyuapin Chesa yang sedang bermain boneka. Chesa tipe gadis yang feminim, terbukti sejak dini saja dia sangat menyukai hal berbau seperti itu. Mungkin ini efek samping dari Emily yang mengidam mangga muda milik tetangga sebelah dulu saat mengandung Chesa.
Jika kalian bertanya Emily mengidam apa saat Ryan berada dalam kandungan karna mukanya yang tampan rupawan. Keinginan Emily saat itu adalah mengelus kepala bapak walikota. Untung saat itu bapak walikota nya ramah, jadi Emily diperbolehkan mengelus kepalanya.
Terlihat Wijaya yang muncul dari ambang pintu utama sambil menenteng beberapa makanan di kedua tangannya. Chesa langsung berlari ke arah Wijaya dan memeluk kaki Ayah nya itu.
"Ayah kemana aja? Kok lama?" tanya Chesa.
Wijaya tersenyum lalu mengisyaratkan kepada Emily untuk menggendong Chesa, karna kedua tangannya sibuk menenteng makanan yang dibeli khusus untuk keluarga kecilnya.
Mata Ryan berbinar kala melihat satu bungkus sate taichan. Ia menatap mata Wijaya. "Buat Abang ya Yah?"
Wijaya mengarahkan pandangannya ke piring putih milik Ryan yang masih berisi banyak nasi dan lauk pauk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anatasya
Подростковая литература'aku dan kamu hanya ditakdirkan untuk bertemu, bukan bersatu' dijaga, hilang dikejar, lari dipertahankan, pamit disempurnakan, rusak diharap-harap, ingkar begitulah takdir, sederhana sesuatu yang takdirnya bukan milik kita, dipaksakan sekuat apapun...