Ting!
Bunyi notifikasi dari sebuah aplikasi bernama whatsapp, membuat Tasya membatalkan matanya untuk terpejam. Ia mengambil ponsel miliknya yang terletak di atas nakas untuk melihat siapa yang malam-malam seperti ini mengirimi Tasya sebuah pesan online.
malvin archer
|tasya-yaaChat itu ternyata dari sang sahabat yang tadi sore mengajaknya jalan ke pasar malam, Malvin. Tasya dengan spontan membuka chat itu dan membalasnya.
malvin archer
online|tasya-yaa
apa?|
|udah tidur
udah|
|oh, yaudah
apaansi Malvin?!|
|enggak
dih ngambek kaya cewek|
|om hendrawan marah ga?
enggak|
|syukurlah
oiya, besok jadi jemput gue kan?|
|ya jadilah
tumben lo ngajaknya gue|
si pudu kemana?||Galins mau di anterin Om Gaga
tumben|
|om Gaga sekalian berangkat kerja
|keluar kota katanyaoh|
awas ya lo kesiangan!||enggak, tenang aja deh lo
yaudah sana tidur|
|iya, lo juga tidur
iyalah lo kira gue mau begadang|
kea ga ada kerjaan||siapa tau lo mau ngerjain tts
|dari pak datar kemarenogah. susah. menjebak anjir. males gue|
|yaudah, good night
too|
Setelah chat singkat mereka berakhir, Tasya langsung menonaktifkan sambungan data dan juga menonaftifkan iphone nya, lalu meletakan nya kembali ke atas nakas.
Dan kemudian, Tasya berusaha larut dalam tidurnya dengan memejamkan matanya rileks dan mengharapkan sebuah mimpi indah agar tak terbangun di tengah malam akibat semua mimpi buruk.
🌙
Pagi-pagi sekali Tasya sudah menjalankan ritual mandinya. Terhitung empat puluh menit ia berada di kamar mandi. Ia keluar dengan handuk kimono putihnya.
Dengan waktu sepuluh menit, Tasya sudah siap dengan seragam khas sekolahnya. Ia memang lebih membutuhkan banyak waktu untuk mandi dibanding memakai pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anatasya
Teen Fiction'aku dan kamu hanya ditakdirkan untuk bertemu, bukan bersatu' dijaga, hilang dikejar, lari dipertahankan, pamit disempurnakan, rusak diharap-harap, ingkar begitulah takdir, sederhana sesuatu yang takdirnya bukan milik kita, dipaksakan sekuat apapun...