13|• Sedikit Kemajuan

92 17 5
                                    

“Ayo pulang, udah sore, lo gak mau kan di gangguin mbak kunti Xavierus” Tasya bergidik ngeri. Ryan menarik tangan Tasya. Membawa perempuan itu ke arah parkiran.

“Nih pake,” kata Ryan sambil memberikan helm kepadanya. Tasya menggelengkan kepala. Pertanda tidak mau.

“Enggak usah, nanti rambut gue lepek” tolak Tasya mentah-mentah.

“Justru kalau ga pake helm rambut lo terbang-terbangan. Terus acak-acakan deh”

“Haish. Kan bisa dikuncir.”

“Pake atau lo mau kita kecelakaan dijalan, terus pala lo bocor gara-gara ga pake helm”

“Ngomong jangan sembarangan. Itu sama aja doa.”

“Ya makanya lo cepet pake helm. Biar kalo kita kecelakaan kepala lo aman”

Ia menghela nafas. Akhirnya Tasya memakai helm yang di ulurkan oleh Ryan. Mereka berdua menaiki motor ninja besar berwarna hitam itu. Mulai membelah jalan kota Bogor di sore hari yang ramai, karna kebetulan bertepatan dengan jam pulang kerja orang kantor.

Ryan memutuskan untuk mengajak Tasya ke suatu tempat yang jarang di ketahui oleh orang, tempat dimana ia memenangkan diri kala stres menyerang hidupnya.

This look so beautiful

Hembusan angin menerpa wajah Tasya dengan lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hembusan angin menerpa wajah Tasya dengan lembut. Tasya menarik napasnya dalam-dalam, seraya menikmati tempat berhawa sejuk ini.

“Kok lo bisa tahu tempat ini?” tanya Tasya sambil memandang ombak laut yang begitu tenang.

“Gue gitu looh” jawab Ryan.

Tak lama kedua sama-sama terdiam, sibuk menikmati udara sejuk tempat ini. Laut ini sangat indah, tetapi entah mengapa tidak ada yang berkunjung ke sini. Hanya ada dirinya dan Ryan sekarang.

Tasya merebahkan badannya di atas jembatan kayu cantik yang terletak di tengah laut. Ia menggunakan tas punggung nya sebagai bantalan kepalanya.

Ryan yang melihat itu pun memekik bingung. Meski sore hari, langit masih bersinar terang, Tasya memandang nya dengan seksama, menikmati gerakan awan yang perlahan-lahan menutupi permukaan langit biru. Ryan pun akhirnya ikut merebahkan dirinya di samping Tasya.

“Langitnya cantik ya” ujar Ryan.

“Ada langit biru, ku memandang awan, ku yakin kau bersamaku, dan tidak pernah tinggalkanku walau kau tersesat, ku yakin kau menuntunku, selama masih ada langit biru” tutur Tasya tanpa sadar.

“Langit itu terlalu tinggi buat gue gapai, sama kaya lo.” cetus Ryan.

Tasya bangkit dari duduknya, ia mengitari pohon-pohon besar yang tumbuh subur. Matanya tercekat kala melihat bunga yang menarik perhatian matanya.

 Matanya tercekat kala melihat bunga yang menarik perhatian matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AnatasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang