Ryan menatap semua piring yang semula berisi makanan kini yang sudah habis tak tersisa. Tentu karna dirinya yang menghabiskan. Ia memindahkan semua piring ke kitchen sink dan mencucinya.
Ryan memang tipe lelaki yang bertanggung jawab. Kalau hanya masalah piring bekas makan ia masih mampu mencucinya, beda halnya dengan memasak yang sudah jelas bukan passion nya.
PRANG!!
Satu piring putih yang semula di tangannya sudah pecah tak beraturan di atas lantai. Emily yang sedang membereskan meja makan pun terkejut akan bunyi pecahan piring itu.
"Astaga Bang! Kamu mecahin piring lagi?" tanya Emily sambil menatap nanar pecahan piring yang berada di depannya.
Ryan menyengir. "Maafin Bun" balas Ryan.
"Udah kamu cuci tangan, biar Bunda yang cuci piring dan bersihin ini" Ryan menurut. Ia melaksanakan perintah Bundannya.
Bukan kali pertama Ryan memecahkan piring. Menurut hitungan Emily ini sudah yang ke lima puluh tujuh kalinya. Ya sesering itu Ryan mengulangi kesalahannya. Bukan kesal Emily justru gemas dengan kelakuan anak sulungnya itu.
Iya gemas pengen bunuh. Untung Emily masih ingat kalo Ryan itu anak kandung nya sendiri.
"Tadi vidio call sama siapa Bang?" tanya Wijaya seraya menatap Ryan yang sedang menuangkan air mineral ke dalam gelas.
"Calon" jawab Ryan santai. Kemudian ia meneguk air nya.
"Inget jangan ngelakuin macem-macem, nanti Ayah coret nama kamu dari kartu keluarga" peringati Wijaya sangar.
"Gapapa, tinggal pindah ke kartu keluarga Nenek" kata Ryan dengan wajah tanpa dosa.
Ingin rasanya Wijaya melempar piring putihnya sekarang juga mendengar pernyataan anak nya. Tetapi niatnya ia urungkan karna mengingat Ryan penerus perusahaannya nanti. Karna jika Chesa yang akan jadi penerus tidak akan mungkin.
"Abang keatas dulu, Yah" ucap Ryan. Wijaya hanya menganggukan kepalanya.
Ryan menaiki anak tangga satu persatu. Hingga ia sampai di depan pintu kamar berwarna coklat. Bergegas membuka lalu masuk.
Ryan menarik selimut tebal berwarna abu untuk menutupi tubuhnya. Tangannya mengeluarkan ponsel yang semula di dalam saku celana kini sudah beralih ke tangannya, jari-jari nya mulai mengetikan satu pesan disana.
tasyayang 🍭
offline| yah offline'(
| gapapa deh, good night🐝Ryan memang sengaja menambahkan emoticon lolipop di kontak Tasya karna perempuan itu selalu manis setiap saat seperti permen baginya.
Setelah selesai, Ryan menaruh ponselnya di atas nakas dekat tempat tidurnya. Menyambar remot AC lalu mulai mengatur suhu yang pas. Tak lama matanya terpejam dan mulai menyusuri alam mimpi.
🌙
Suasana sekolah pagi ini sudah ramai. Padahal jam baru saja menunjukan pukul enam. Para siswa dan siswi memang sangat rajin, meski sebagian besar tujuannya hanya untuk mengerjakan tugas sebelum bel masuk berbunyi.
Tasya melangkahkan kakinya masuk ke dalam area sekolah, hari ini ia datang sendiri karna Malvin sedang sakit. Sedangkan Ryan, lelaki itu menghabiskan masa izinnya.
"Cewek prikitiw" goda Austin yang sedang duduk di kursi besi depan kelas nya bersama dengan para anggota Zhiynx yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anatasya
Teen Fiction'aku dan kamu hanya ditakdirkan untuk bertemu, bukan bersatu' dijaga, hilang dikejar, lari dipertahankan, pamit disempurnakan, rusak diharap-harap, ingkar begitulah takdir, sederhana sesuatu yang takdirnya bukan milik kita, dipaksakan sekuat apapun...