Tasya menatap Mama nya yang sedang terbaring lemah di kasur. Semua sanak saudaranya datang untuk menemani dan menjaga Mama nya. Hati kecil nya seakan tersentuh melihat ibu kandung nya. Tangan nya ter ulur menyentuh tangan Mama nya.
"Maafin Tasya Mah, maaf Tasya baru minta maaf setelah beberapa bulan setelah lebaran, Tasya malu," kata Tasya.
"Semoga Mama cepat sembuh ya. Supaya bisa nemenin Tasya main lagi kayak dulu" pikiran Tasya melayang.
Semua bayang-bayang tentang Tasya yang sedang bermain dengan ceria dengan Mama. Bayang-bayang ketika Tasya mengamuk pada Mama nya. Ketika Tasya memarahi Mama nya. Oh Tuhan ..., maafkan Tasya sekarang juga.
Rhea menderita penyakit ganas yang bernama tumor tulang. Itulah yang membuat paha sebelah kiri nya membengkak besar. Meski seperti itu, Tasya tetap meyangi Mama nya. Ia mengingat kala diri nya bermanja kepada sang ibu, dan dengan mudah Mama menuruti semua permintaan nya. Tetapi tidak dengan sekarang, posisi itu berbanding balik, Tasya berusaha memanjakan Mama nya dengan merawat Rhea dengan kemampuan yang ada.
Penyakit Rhea hanya berawal hanya dari terpeleset di kamar mandi. Lalu berlanjut hingga kedua kaki Rhea susah untuk di tekuk. Dan akhirnya penyakit ini muncul tanpa izin, merebut semua senyuman dan keceriaan yang ada dalam diri Rhea.
Tasya sering kali mengamati wajah Rhea ketika sedang tidur. Sungguh sangat damai, hingga terkadang Tasya tak tega untuk membangunkan nya hanya untuk sekedar makan atau minum.
Sejak penyakit itu muncul yang hanya bisa dilakukan Rhea adalah berbaring di kasur sambil berdoa kepada Tuhan agar di sembuhkan dari penyakit ganas ini.
Hendrawan sudah berusaha mencari berbagai pengobatan kesana kemari, dari mulai tradisional sampai ke modern. Lelaki itu bahkan rela cuti dari pekerjaanya hingga berbulan-bulan hanya untuk menemani serta merawat istri tercinta nya.
Kala itu dokter berkata. "Penyakit ganas ini tidak bisa di sembuhkan secara total, karna jujur kami para dokter di Indonesia belum menemukan obat nya sampai sekarang. Ibu Rhea hanya bisa menjalankan kemoterapi untuk mencegah penyebaran tumor itu ke sel tubuhnya yang lain."
Tangisan Hendrawan pecah mendengar itu. Dirinya bahkan rela menghabiskan seluruh harta yang dimilikinya untuk pengobatan Rhea. Tak peduli jika sehabis itu ia akan hidup miskin berkurangan. Yang terpenting istri nya bisa hidup normal seperti biasanya. Mendampingi nya di kala lelah saat selesai bekerja serta membimbing Tasya yang kala itu masih dalam masa pertumbuhan.
Sudah setahun Rhea menderita penyakit itu. Tetapi wanita itu tak kunjung menerima semua tawaran obat yang di berikan oleh Hendrawan. Rhea bilang ia sangat menerima dengan tulus penyakit itu. Tidak ada rasa kesal atau apapun di hati nya. Ini adalah takdir yang sudah di susun oleh Tuhan untuk membuat Rhea semakin tangguh dalam menghadapi cobaan.
Rhea juga lebih memilih untuk menjalani berobat jalan di rumah di banding di rumah sakit. Wanita itu tak ingin meninggalkan suami dan anak nya di rumah.
Rhea tak ingin satupun pertumbuhan Tasya tak di ketahui oleh nya. Ia ingin melihat Tasya tumbuh besar hanya karna sentuhan tanganya, bukan pembantu atau yang lainnya.
Rhea sangat ingin sekali melihat Tasya menjadi gadis cantik. Ia ingin memberi bimbingan sekaligus nasihat untuk Tasya jika Tuhan masih mengizinkan dirinya untuk hidup lebih lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anatasya
Teen Fiction'aku dan kamu hanya ditakdirkan untuk bertemu, bukan bersatu' dijaga, hilang dikejar, lari dipertahankan, pamit disempurnakan, rusak diharap-harap, ingkar begitulah takdir, sederhana sesuatu yang takdirnya bukan milik kita, dipaksakan sekuat apapun...