6|• Dia Kembali

239 31 8
                                    

"Bang bubur ayamnya satu!" kata Raja sambil menarik salah satu kursi plastik lalu menduduki nya.

"Saya juga deh Bang, ga pake mangkok tapi," dengan gemas Revan menoyor pelan kepala Gavin.

"Lo goblok ato gimana si Vin?" tanya Revan. Sedangkan Gavin hanya sibuk cengegesan.

"Belom ae gue telen" sahut Elno.

"Saya juga Bang, ga pake daun bawang ya"

"Bang saya pesen satu, ga pake kerupuk"

"Saya juga pesen deh Bang ga pake seledri"

"Satu ga pake kacang"

"Ga pake ayam ya Bang" ucap Galang.

"Bukan bubur ayam namanya Lang, Lang" balas Austin.

"Bang saya pesen tiga bubur ayam komplit"

"Udah, udah, kalean tenang aja, pesen sepuasnya, kalo mau nambah, nambah aja, biar Austin yang bayar!" ujar Vero.

Austin mendelik tajam. "Gini ni kalo punya temen yang sukanya gratisan"

"Semua orang juga suka kali yang gratisan, apalagi kalau lo yang traktir,"

"Iya iya. Gue bayarin. Buat lo semua apa sih yang enggak." kata Austin dengan gaya selangitnya.

"Begaya bener lo, Autis" celetuk Andreas.

"Gue lempar pake dollar baru tau rasa ni anak" kata Autis dengan segala tajir melintir nya. Memang seperti itulah dia, Ayah nya golongan kelas atas alias konglomerat, Ibu nya mempunyai beberapa cabang butik yang tersebar luas di seluruh Indonesia.

The real Austin Diningrat.

"Eh bentar-bentar, ngerasa ada yang kurang ga sih?" tanya Fiani sambil melihat semua wajah-wajah mereka.

"Lah iya, kita kesini cuman berenam belas" jawab Revan yang baru menyadari.

"Ryan sama Tasya ya?" tanya Berlin.

Fiani menepuk jidatnya. Baru menyadari jika ia meninggalkan Tasya di villa. Padahal perempuan itu meminta untuk menunggu. Ah rasa bersalah jadi menyelimuti hatinya sekarang.

Fiani berdecak. Merutuki kebodohannya sendiri. Apakah Tasya baik-baik saja di villa? Bentar, tadi katanya Ryan juga enggak ada. Alhamdulliah Tasya ada temannya, semoga dia gapapa.

🌙

"Udah woi capek" kata Tasya sambil berjongkok.

Ryan berdecak. "Masa segitu doang capek, lemah banget" ujar nya. "Pantesan lo gendut." Tasya melayangkan tatapan elangnya.

Ia bangkit dan mencubit lengan Ryan. "Bilang apa tadi hem?" tanya Tasya sambil memperkeras cubitannya.

"Lo g-endut" jawab Ryan terbata-bata. Lelaki itu meringis pelan akibat cubitan dahsyat yang di berikan.

"Akhh-udah Sya udah, piss" lanjut Ryan. Tasya mengangguk dan melepaskan cubitannya yang meninggalkan bekas merah. Ryan meniup bekas merah itu. Merasa sangat perih.

AnatasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang