02. LUKA RAINA

312 87 112
                                    

Selamat Membaca, budayakan sebelum membaca. Follow dulu!

"Hatiku tak salah, jika perasaanku mulai berubah."

🦋🦋

Mungkin benar kata kebanyakan orang di luar sana, bahwa jatuh cinta saat berada di masa pubertas itu tak akan selamanya bahagia. Kadang cinta datang, hanya untuk menyapa. Lalu, pulang entah kepada siapa. Dan, jatuh cinta di masa-masa ini pun mempunyai sebutan sendiri—cinta monyet katanya. Kini, aku mulai bingung dengan perasaanku sendiri. Dulu, ada seseorang yang sempat mengisi hatiku, ketika masih dibangku sekolah dasar. Seseorang yang singgah, bukan untuk menetap selamanya. Aku yang tak pernah berani untuk mengungkapkan, dan lebih memilih memendam perasaan. Namun, sejak bertemu dia—laki-laki yang hadir, dengan penampilan sederhana dan wajah yang mempesona, aku langsung melupakan sosok yang sudah mengisi hatiku. Bukankah itu cinta monyet namanya? Sebab, aku tak tahu pasti tentang perasaan yang sering kali, membuat degup jantung berdetak tak karuan, tetapi bukan berarti jika aku langsung mencintainya.

Aku hanya bisa tersenyum, mengamati paras sempurna yang telah Allah ciptakan. Beberapa dari mereka, juga pernah merasakan ini. Jatuh cinta dalam sebuah pertemuan, lalu beralih kagum melewati pandangan. Kemudian, salah satu dari mereka dapat mengungkapkan perasaan, dan berlanjut untuk memiliki status 'pacaran' tetapi itu tak berlaku untukku. Ya, karena aku menyadari bahwa di usia pubertas, itu tak pernah ada keseriusan. Bahkan, aku pun memahami keadaan yang memang tak pantas, bila aku bisa memilikinya.

"Semuanya langsung turun ke bawah, ya!" seru senior di depan kelas tujuh, ketika mereka semua sudah selesai memperkenalkan diri.

Aku suka bermain hujan, seperti halnya aku suka bermain dengan perasaan. Ya, perasaanku sendiri. Bukannya aku tak perduli, tak kasihan, dan tak memikirkan—Jika perasaan pun, harus diperhatikan. Namun, hanya saja aku acuh dengan yang namanya cinta. Mungkin, aku yang belum terlalu mengerti tentang makna cinta yang sebenarnya, atau aku yang tak pernah memahami ketulusan dari sebuah perasaan? Entahlah, aku sendiri masih dalam kebimbangan, belum ada laki-laki yang benar-benar membuatku jatuh untuk mencintainya.

Dengan langkah tergesa-gesa, aku menuruni beberapa anak tangga untuk tiba di lapangan upacara. Seluruh murid baru, berkumpul di sana membentuk sebuah barisan. Lantas, seorang laki-laki tampan berdiri di atas mimbar, sebagian murid perempuan di dalam barisan pun membicarakannya. "Itu 'kan, kak Doni."

"Iya, itu kak Doni. Anak kepala sekolah, ganteng banget, ya."

"Udah punya pacar belum, ya. Kalo belum, aku mau jadi pacarnya."

Aku hanya mengerutkan kening, memandang laki-laki di atas mimbar dengan tatapan biasa. Padahal, kebanyakan dari mereka tertarik kepadanya. "Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, selamat siang semuanya!" Laki-laki itu, telah membuat para murid bersorak bahagia.

"Apa kabar?!" tanyanya, lantas mendapat jawaban serempak dari para murid baru. "Baik, Kak!"

"Ya, sebelumnya ... perkenalkan, namaku Muhammad Doni Nugroho kelas delapan B. Anggota OSIS, ekstrakulikulernya pancak silat dan juga ...." Laki-laki itu menggantungkan ucapannya, menatap satu per satu murid di sana dengan wajah datar.

"Anak kepala sekolah," sambung seorang laki-laki di samping mimbar, dengan senyuman. Sehingga, para murid baru pun serempak bertepuk tangan.

"Siang hari ini, kalian akan melihat demo ekstrakulikuler dari kakak kelas kalian, ya. Dan nanti kalian harus menentukan ekstrakulikuler apa yang akan kalian ikuti di sekolah ini, kalian juga bisa membaca dulu formulir yang udah dibagikan sama kakak-kakak OSIS, di sana terdapat beberapa ekstrakulikuler yang ada di sekolah ini, dan kalian harus memilih ekstrakulikuler sesuai dengan minat dan bakat kalian. Supaya kalo udah kelas delapan, kalian nggak harus pindah ekstrakulikuler."

FIRST LOVE AND LAST [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang