11. LUKA RAINA

54 6 2
                                    

Selamat Membaca, budayakan sebelum membaca. Follow dulu!

"Hujan saja tak pernah kesakitan saat rintik airnya jatuh ke tanah, tetapi kenapa aku selalu merasa sakit saat air mata jatuh ke pipi?"

🦋🦋

Hari kenaikan kelas pun tiba, bersamaan dengan Kenzo yang menjaga jarak denganku. Kita berdua tak lagi pulang bersama, dan enggan menaiki angkot yang sama. Kedekatanku dan Kenzo hanya berlangsung sesaat, karena orang ketiga yang membuat kita berdua tak lagi dekat. Aku pun tak pernah menduga sama sekali, bahwa Sabrina telah mengkhianatiku. Bahkan, ia sendiri yang mematahkan hatiku hingga hancur berkeping-keping.

Sebelumnya, aku takut untuk membuka hati kembali, dan menaruh perasaan terhadap laki-laki untuk yang kesekian kali. Kehadiran Kenzo dalam hidupku, telah mengubah segalanya. Kenyamanan yang aku rasakan setiap kali berada di dekatnya, telah meyakinkanku untuk membuka hati. Membiarkan Kenzo singgah sejenak dalam hati ini, lalu berharap bisa mendapatkan Kenzo seutuhnya. Sebab, aku tak pernah tahu jika ada perempuan lain yang menyukai Kenzo selain diriku, tak ada perempuan yang sedang dekat dengan Kenzo kecuali aku.

Namun, diam-diam aku dipatahkan; oleh keadaan yang menyatakan bahwa aku sebaiknya sadar, dan berhenti mengejar sesuatu yang tak ingin dikejar. Seringkali aku beranggapan, bahwa aku pasti bisa mendapatkan laki-laki yang aku cinta, tetapi ternyata aku salah. Aku pun mulai menyerah, ketika aku mengetahui kabar tentang hubungan Kenzo dan Sabrina. Kali ini tak hanya hatiku yang tersakiti, tetapi batinku turut menyesali sesuatu yang sudah terjadi. Sebab, aku sudah mempercayai perkataan Sabrina kala itu.

Kupikir, Sabrina benar-benar menyukai Revan, kukira Kenzo dapat aku miliki—atas semua kedekatan kita berdua selama ini, bahkan seluruh teman-teman pun sudah mengetahuinya. Bahwa, aku menyukai Kenzo. Hingga, pada akhirnya aku kembali salah dalam menaruh perasaan. Ketika aku mendapatkan kabar itu, dari Putri—bukan dari Sabrina. Dan, selama ini Sabrina telah menutupi segalanya dariku, termasuk kedekatannya dengan Kenzo di belakangku.

"Kamu bilang, kamu suka sama Revan. Tapi, kenapa kamu pacaran sama Kenzo, Na?!" tanyaku ketika aku dan Sabrina berpisah kelas, karena sudah berada di bangku kelas sembilan. Aku sengaja menghampiri Sabrina, yang saat itu sedang bersama Kenzo di kelasnya.

"Kamu jangan salah paham dulu, Rain. Waktu itu aku cuman bercanda aja, supaya kamu nggak sakit hati kalo tau aku sama Kenzo saling suka. Dan, sebenarnya aku udah lama deket sama Kenzo dari awal masuk kelas delapan, tapi aku nggak mau orang lain tau tentang hubungan kita."

"Jujur itu lebih baik, Na. Meski kejujuran itu nantinya buat aku sakit hati, tapi seengganya aku nggak terlalu sakit, karena udah tau kalo hatiku bakalan sakit kaya gini. Dan, kenapa aku harus tau semuanya dari Putri?"

"Maaf, ya, Rain." Hanya itu yang Sabrina katakan, sehingga aku pun beranjak pergi dari kelasnya. Dan, memasuki kelasku dengan air mata yang aku tahan, supaya tak terjatuh membasahi kedua pipi—begitu banyak pasang mata yang melihat, sehingga aku enggan untuk meratapi kesedihan di sekolah. Namun, setelah pulang ke rumah aku pun mulai menangis tersendu-sendu, perasaan ini sudah hancur sejadinya.

Kini, aku mulai memahami. Bahwa seseorang yang bukan milikku, selamanya tak akan pernah aku miliki. Walaupun, sekuat tenaga sudah aku jaga untuk bisa mendapatkannya, tetapi jika seseorang yang aku cinta itu bukanlah jawaban, dari doa-doaku. Maka, semuanya akan percuma, dan hanya tersisa sebuah penyesalan saja.

"Kenapa harus Sabrina, kenapa harus mantan sahabatku sendiri yang jadi pacarnya Kenzo." Aku terus menggumam di dalam bantal, yang berada di depan wajahku. Untuk membungkam mulut, supaya Isak tangis tak terdengar hebat.

Aku hanya bisa berharap yang terbaik untuk Sabrina dan Kenzo, meski hatiku tak kuasa melihat kedekatan mereka berdua selama di sekolah. Bahkan, Sabrina harus berpura-pura menaiki angkot, untuk menjaga perasaanku. Padahal, Kenzo sudah menunggunya di depan sekolah menggunakan motor. Namun, tanpa Sabrina ketahui aku pun dapat melihat kedekatan mereka berdua, walaupun dari kejauhan.

FIRST LOVE AND LAST [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang