06. LUKA RAINA

185 53 28
                                    

Selamat Membaca, budayakan sebelum membaca. Follow dulu!

"Bagaimana jika kamu akhirnya dapat menetap, meski aku tak berharap?"


🦋🦋

"Ah, bukan apa-apa. Kalian berdua, salah denger." Aku mengulas senyuman bohong, menutupi rasa bahagia rapat-rapat. Tak ingin orang lain mengetahuinya juga, sebab takut kebahagiaan itu hanya sebentar. Awalnya pun, aku mengira bahwa Gala pasti salah tekan atau tak sengaja menekan akun sosial mediaku itu. Namun, keraguanku telah menimbulkan rasa percaya diri untuk bahagia lebih lama lagi. Selayaknya, akun sosial media milik Gala yang masih mengikuti akun sosial mediaku, sampai aku tiba di rumah.

"Silakan masuk. Maaf, ya, rumahku kecil." Aku memasuki rumah bersama Putri, dan juga Sabrina. Lalu, ibuku menyapa mereka berdua dengan begitu ramah.

"Rumah kamu bagus tau, Rain," puji Sabrina tersenyum.

"Terima kasih, Na." Aku tersenyum, lalu Putri dan Sabrina duduk di ruang tamu. Mereka berdua memilih untuk membuka kerudungnya, memperlihatkan rambut yang indah. Sementara, aku enggan.

"Masih panas, ya." Cuaca terik di siang hari, membuat suhu udara semakin meningkat. Sehingga, aku harus membuatkan Putri dan Sabrina minuman dingin.

"Rumah aku di jalan nomor satu yang tadi, Na. Kalo rumah Raina di jalan dua, ya," ujar Putri, menjelaskan pada Sabrina, sebab ia baru saja menjajaki kakinya ke permukiman desa rumahku.

"Iya, kalo jalan dari sini ke rumah Putri juga nggak jauh," kataku begitu. Hingga, tanpa sadar pembicaraan kita bertiga mulai larut, dan lupa dengan waktu.

Sabrina pun meminta kakaknya untuk menjemput di rumahku, sementara Putri pulang dengan berjalan kaki. Seperginya mereka berdua, aku langsung membaringkan tubuh di atas tempat tidur. Lantas, kembali membuka layar handphone untuk mengetahui sesuatu, yang mungkin saja sudah berubah. Namun, ternyata sesuatu itu masih sama, belum ada yang berubah dan berganti. Ya, perasaanku dan juga akun sosial mediaku, yang masih mengikutinya. Kini baru sosial mediaku, yang berhasil mendapatkan pengikut baru; yaitu Gala. Akan tetapi, perasaanku masih belum mendapatkan balasan darinya.

Sepertinya, bukan hanya aku yang sedang mencintai seseorang secara diam-diam. Dan, bukan hanya aku yang menaruh perasaan terhadap seseorang, yang juga banyak dicintai oleh kebanyakan perempuan. Namun, apakah ini mungkin pertanda dari semua harapan, yang tak kunjung direalisasikan oleh keadaan? Apakah mungkin, aku dapat mempertahankan perasaan ini meski harus bersaing dengan teman sendiri? Untuk kedua kalinya, aku harus mempertaruhkan hubungan pertemanan hanya karena sudah menaruh perasaan.

"Apa kak Gala udah tau aku, ya? Meskipun, kak Gala nggak kenal dan nggak tau nama aku. Seengganya, kak Gala tau keberadaanku di sekolah," ujarku saat akan terlelap tidur, dan lebih dulu mengulas senyuman lebar sambil terus menatap layar handphone.

Aku tak begitu dekat dengan perempuan, yang bernama Bellia itu. Selama di kelas pun, aku tak pernah berbicara, apalagi bermain dengannya. Ya, sebab semua murid dari kelas tujuh, sudah membentuk sebuah kelompok sendiri. Para perempuan enggan untuk bergaul, apalagi berteman dengan yang lain, jika sudah satu frekuensi mereka akan menetap di satu tempat. Tak ingin berpindah, ataupun berpaling. Aku, Putri, Nabila dan Sabrina pun sudah membentuk kelompok pertemanan, sejak menjadi murid baru di SMP Wiramandala. Begitu dengan perempuan yang lainnya, mereka memiliki kelompok sendiri untuk dijadikan teman. Tak seperti murid laki-laki, yang mau bergabung dengan siapa pun, tanpa memandang ras, suku, dan sikap mereka.

Hanya saja, para murid laki-laki selalu tahu; murid yang pintar di kelas, dan yang malas. Sehingga, mereka lebih dekat dengan murid yang paling pintar di kelas, supaya dapat menyelesaikan semua tugas dan ujian dengan cara menyontek. Ya, begitulah kenakalan remaja yang seringkali terjadi di bangku sekolah menengah pertama. Tak hanya tentang cinta monyet, tetapi juga tentang pertemanan yang saling berkhianat, hanya untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

FIRST LOVE AND LAST [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang