12. LUKA RAINA

111 36 12
                                    

Selamat Membaca, budayakan sebelum membaca. Follow dulu!

"Perasaanku akan tetap sama, mencintaimu, menyayangimu, dan berandai-andai untuk memilikimu. Aku tau, kebahagiaanmu bukan lagi dari aku. Dan, aku bersyukur karena kamu udah menemukan kebahagiaan kamu itu. Karena, jodoh bukan tentang siapa yang lebih dulu mendapatkannya, tetapi jodoh tentang siapa yang bisa dan mampu melengkapinya."

***

Kelulusan itu membuatku berpisah dengan ketiga sahabat terbaikku di SMP Wiramandala, meskipun begitu aku masih menjalin hubungan dengan Ririn dan Danessa melewati chatting, tetapi Aifa justru menjauh dariku setelah kita berdua tak lagi menjadi teman sebangku. Begitu dengan ketiga sahabatku dulu yang sudah kuanggap sebagai masa lalu, yang pahit. Ketiga sahabat yang pertama kali mengenalkanku, tentang patah hati dan mengajarkanku tentang ketulusan, dalam hubungan pertemanan. Ketiga sahabat yang juga sudah menghancurkan sebuah kepercayaan.

Kini, lembaran baru kembali aku buka, menulis setiap bait-bait kata di atas kertas putih, menggunakan pena. Mengukir kisah demi kisah baru, untuk menutupi luka yang sudah tersimpan lama. Dan, beradaptasi dengan hati yang sudah sulit untuk kubuka kembali, kali ini aku membiarkan netra menjelajah keseluruhan bumi. Tak ingin menaruh perasaan pada seseorang dengan cepat, sebab kuingin menunggu seseorang itu datang diwaktu yang tepat. Tak ingin mengulang kesalahan yang sama, supaya hati tak kembali patah, dan batin tak terus-menerus gelabah.

Ririn telah mengajarkanku begitu banyak arti ketulusan, dan sebuah hubungan. Bahwa, suka tak seharusnya dibalas dengan rasa suka juga, dan mencintai seseorang tak melulu tentang dicintai. Sebab, Ririn pun pernah mengalami hal yang serupa denganku; menyukai seseorang, yang tak pernah tahu keberadaannya. Mereka berdua hanya berteman di sosial media, tanpa bisa bertatap apalagi bercakap. Seperti itulah mengagumi seseorang, yang tak akan pernah bisa dimiliki.

Namun, aku dan Ririn sudah tahu pasti tentang patah hati. Kita berdua sudah memahami resiko dalam mencintai, tetapi kita berdua masih belajar dalam membuka hati, supaya tak ada lagi yang menyakiti. Hingga, aku dapat melupakan seseorang yang pernah bertamu sejenak di hatiku, singgah selayaknya pulang ke rumah, lalu pergi jika sudah lelah. Tak ada kata bosan, dalam mencintai. Sebab, perasaan selalu datang tanpa diduga-selayaknya rintik air hujan, yang jatuh dan membasahi permukaan bumi.

"Alhamdulillah, aku masuk ke SMA Negeri Sriwijaya. Jurusan, IPS! Kelasku X IPS 2!" seruku saat melihat nama Raina Farasya Anggreani, di papan tulis yang berada di halaman depan SMA Negeri Sriwijaya Jakarta Timur.

"Alhamdulillah, tetap belajar yang rajin, ya, Mba," ujar Ibuku, seraya mengusap kepalaku lembut.

Berhubung sejak di SMP Wiramandala aku menggunakan kerudung, maka aku memutuskan untuk tetap menggunakan kerudung itu. Meskipun, kini aku bersekolah di SMA Negeri. Sebab, ilmu-ilmu agama Islam sudah menjadi pedoman untukku, terlebih lagi aku mulai memahami larangan sekaligus ajaran-ajaran dalam agama Islam. Sehingga, aku tetap menutup aurat yang sudah mendasari aku sejak dini. Bahwa, aurat seorang perempuan akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak, dan bila tak dijaga atau ditutup-seorang ayah yang akan menanggung dosa itu-dengan dimasukkan ke dalam api neraka.

Hari pertama melakukan Masa Orientasi Siswa, yang aku lakukan untuk kedua kali. Setiap akan memasuki sekolah baru, tetapi kegiatan itu selalu berbeda-beda. Seperti saat ini, aku dan seluruh murid baru di SMA Negeri Sriwijaya sudah berkumpul di tengah lapangan upacara, untuk melakukan perkenalan setiap kelas. Namun, hanya perwakilan dari masing-masing kelas yang maju ke depan, dan memperkenalkan kelas mereka. Tak heran, jika di SMA semua murid tampak lebih dewasa, dan memiliki kharisma tersendiri.

FIRST LOVE AND LAST [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang