20. LUKA RAINA

128 17 35
                                    

Selamat Membaca, budayakan sebelum membaca. Follow dulu!

"Dalam mencintai seseorang, itu harus konsisten. Bukan hanya, komitmen."

🦋🦋

Semenjak itu, aku memutuskan untuk menjaga jarak dengan kuda laut. Nama, yang seringkali ku sebut-sebut, sebagai topik pembicaraan dengan Gizca dan Erlin. Dan, nama yang selalu tersematkan pada sebait doa malamku. Namun, kali ini nama itu hanya dapat aku ingat, sebagai kisah perjalanan.

Entah, apa yang menyebabkan aku memilih untuk menjauh, entah apa yang membuatnya tak sempat membalas pesanku. Puing-puing harapan kembali patah, pada perasaan yang mulai mengalah-terkoyak habis-habisan, karena menunggu balasannya semalaman. Pikirku, mungkin dia sibuk, atau lelah? Lelah, dengan pesan-pesanku, yang tak jelas menuju ke arah mana.

Meskipun begitu, aku tetap menyimpan perasaan ini. Jika sewaktu-waktu aku membutuhkannya lagi, untuk diberikan padanya. Maka, aku tak perlu repot-repot membuka hati, atau memulai semuanya dari awal. Pada dasarnya, perempuan hanya bisa menunggu, menanti, dan menerima. Perempuan, tak bisa menawarkan sebuah pilihan, apalagi lebih dulu mengungkapkan perasaan. Namun, perempuan dapat memilih; untuk tetap bertahan, atau meninggalkan.

Sebab, perempuan pun mempunyai hak-dalam menentukan pasangan, tetapi kebanyakan dari perempuan memilih untuk tetap diam, enggan mengutarakan keputusan. Dan, berakhir ditinggalkan tanpa sebuah kepastian. Begitu denganku, yang kali ini memilih untuk menjaga, daripada harus kembali mengobati.

Bukankah, menjaga hati itu lebih baik daripada mengobati hati yang terus-menerus terusik; dengan kata patah hati? Bosan rasanya, ketika mendengar ribuan kata itu, tetapi hati masih saja kuat. Hati tangguh, meski sudah dihantam habis-habisan oleh kenyataan.

Tak ada yang lebih hebat, dari hati yang menahan luka dalam diam. Tak ada yang lebih berani, dari hati yang memilih untuk bungkam. Lebih baik begini, memandangnya tanpa diketahui oleh seisi alam semesta. Meski, dari kejauhan yang semakin jauh kurasakan.

Setiap harinya, aku bertemu tanpa disengaja, memandang tanpa diminta, dan menjatuhkan perasaan tanpa diduga. Dia, tetap sama. Keangkuhannya telah memenjarakan egoku, untuk tak berbuat apa-apa. Sikapnya yang dingin dan acuh, mulai mengekang pikiran agar tak dapat memikirkannya dengan leluasa.

Aku diam, bukan merenung, bukan takut, apalagi kecewa. Melainkan, sedang menjaga sesuatu supaya tak kembali melukai hati. Namun, diamku telah mengundang pandangan seseorang, yang juga sedang berdiri tegak di depan kelas, kedua tangan yang sama-sama disandarkan di atas pagar besi, dengan bola mata yang bergerak tanpa sebuah tujuan.

Menunggu bel istirahat, disela-sela jam pelajaran yang kosong memang sangat membosankan. Terlebih lagi jika tak mempunyai teman dekat di kelas, kebosanan pun bertambah. Memainkan handphone sudah, menonton music Vidio BTS sudah, mendengarkan musik sudah, membuat cerita di Wattpad sudah, lantas apa lagi yang belum kulakukan? Memikirkan dia? Ah, sudah tak boleh, katanya.

"Huh, Gizca sama Erlin kok nggak ke luar kelas, ya," lirihku usai menghela napas panjang, lalu membuang pandangan ke arah samping.

Bulu mataku mengerjap sesaat melihat seseorang, dari kejauhan; dia berada di depan kelasnya, memandangku sejak tadi. Lalu, memasuki kelas setelah aku menangkap keberadaannya. Kita berdua, hanya dipisahkan dengan satu ruang kelas saja. Sehingga, jaraknya tak begitu jauh.

"Kuda laut, nyebelin," desisku kasar, lalu melangkah masuk ke kelas.

Tak ada yang lebih istimewa, ketika diperlakukan seperti orang asing; aku tertawa. Memang, kenyataannya begitu. Aku dan dia, sangatlah asing, tak pernah dekat, tak pernah bertukar nama, dan lebih parahnya-tak pernah saling tegur sapa. Jika diibaratkan, kita berdua seperti teluk Alaska yang mustahil untuk menyatu, tetapi dapat saling terhubung; Teluk Alaska sendiri berada di antara dua negara, yaitu Amerika Serikat dan Kanada. Teluk ini berada di ujung Samudera Pasifik yang terbentang dari Semenanjung Alaska ke Alexander Archipelago di ujung Samudera Pasifik.

FIRST LOVE AND LAST [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang