Gun mendukkan kepalanya yang terasa berat. Air matanya tidak bisa terbendung, meluncur bebas di pipi mulusnya. Tangannya meremas handphone yang menampilkan layar percakapannya dengan Jumpol 2 jam yang lalu. Gun merutuki dirinya sendiri, mengapa ia dengan bodohnya mengirimkan pesan itu kepada Jumpol.
"Hentikan Pii.", Sebuah tangan menahannya saat ia akan menjambak rambutnya sendiri.
Gun mendongak, menemukan Oab yang sedang mencengkram tangannya. Pria itu menghela nafas, menempatkan diri di sebelah Gun, dan meletakkan sebuah botol air mineral ke tangannya. Sambil menunggu Gun membuka botolnya, Oab menghapus jejak air mata si mungil dengan ibu jarinya.
Walaupun Gun dengan kedua matanya yang memerah dan berair serta hidungnya yang juga memerah terlihat sangat menggemaskan. Namun Oab tidak suka melihat pemandangan itu. Tangannya terulur, membawa sang pria mungil untuk bersandar di dadanya. Tanpa perlawanan Gun menyandarkan kepalanya pada dada kiri Oab yang sedang mengusap kepalanya, mencoba menenangkannya. Tangan kiri Oab meraih tangan kanan Gun dan menggenggamnya erat.
"Gun."
Keduanya terkejut dan menengadah, menemukan Gunsmile berdiri di depan mereka dengan stetoskop yang masih menggantung pada lehernya. Gun otomatis berdiri sambil menyeka air matanya. Ia menatap penuh harap kepada dokter tampan yang sedang berdiri di hadapannya. Senyuman tipis tercipta di wajah sang dokter yang mengangguk kecil, mengisyaratkan kepada Gun untuk masuk ke dalam ruangan yang baru saja ditinggalkannya.
Gun mengerjapkan matanya dan menghela nafas. Ia mempersiapkan hatinya yang sedang berdebar tidak karuan karena kegugupan yang menggerogoti dirinya. Sebuah tepukan pada pundak membuatnya menoleh. Oab berdiri di belakangnya dan tersenyum. Entah kenapa Gun merasa sedikit tenang melihat senyuman Oab. Oleh karenanya si mungil membalas senyuman Oab sebelum melangkah ke arah pintu ruang rawat di depannya.
Si mungil mengetuk pelan pintu itu sebelum membukanya dan sedikit mengintip ke dalam. Ia tersenyum dengan penuh penyesalan melihat seseorang terbaring di atas tempat tidur. Gun menghampiri orang itu dan hampir berlari mendekat saat melihat orang itu hendak membawa tubuhnya duduk bersandar.
"I'm ok Gun.", Orang itu tersenyum dan sedikit terkikik melihat wajah panik Gun.
Gun menggigit bibirnya. Ia mengikuti perintah sang pasien yang menunjuk bangku di sebelah tempat tidur itu. Gun duduk dalam diam sambil menatap orang di hadapannya. Kedua alisnya bertautan, matanya mulai berair, dan kepalan tangannya menandakan ia sedang menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Hentikan melihatku dengan tatapan itu!", Orang itu mencubit hidung Gun gemas.
"Aku baik - baik saja Gun.", Orang itu berkata lagi untuk menenangkan Gun.
"Tapi Kak Mook.."
Mook memang sejak tadi berkata bahwa ia baik - baik saja. Tapi pandangan Gun turun menuju kaki kiri wanita itu yang sudah diperban dengan rapih. Jangan lupakan beberapa luka pada lengan Mook dan selang infus yang terpasang pada pergelangan tangannya. Mana mungkin ia baik - baik saja?
"Hei aku cuma terkilir saja Gun. It's not a big deal. Sebenarnya aku nggak perlu dirawat tapi Gunsmile memang sedikit berlebihan."
"Iya dan Kak Mook terkilir karena Gun..."
Mook menggelengkan kepalanya. Wanita itu meraih tangan Gun dan menggenggamnya lembut.
"Dengar. Ini semua bukan salahmu Gun. Ceritanya tidak seperti yang kau pikirkan, oke?"
"..."
Mook menghela nafasnya. Sepertinya Gun belum mempercayai perkatannya. Terbukti pria mungil itu masih terdiam menatap ke arahnya, wajahnya terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SECRET LOVE] SUGAR DADDY
FanfictionHanya cerita biasa tentang kehidupan ATP setelah diterima bekerja di GMM Bank. Hanya cerita biasa tentang kehidupan Jumpol setelah terlibat project bersama dengan karyawan baru bernama ATP.