Gun keluar dari ruang rawat Mook bertepatan dengan Oab yang juga baru saja keluar dari ruang rawat Jumpol. Pria mungil itu segera mendekati Oab dengan keningnya yang berkerut. Sementara Oab dengan pelan mengelus surai hitam Gun yang sudah berada di depannya.
"Kamu kenapa masuk duluan ke ruang Bang Off?", Gun bertanya, mengabaikan usapan lembut tangan Oab pada rambutnya.
"Aku pulang dulu ya.", Bukannya menjawab pertanyaan Gun, Oab malah berpamitan dengan si mungil.
"Kenapa? Kamu nggak mau temani aku di sini?", Tangan mungil Gun menggenggam ujung jaket Oab, menghalanginya untuk pergi.
Oab terkekeh pelan kemudian menarik Gun ke dalam pelukannya. Mengusap pelan punggung pria mungil itu dan mengecup surai hitamnya. Pelan namun hangat. Oab melepas pelukannya dan tersenyum pelan melihat Gun yang menatapnya penuh tanya. Lagi, ia mengelus surai hitam Gun dengan penuh sayang.
"Kalau ada sesuatu terjadi, kamu boleh hubungi aku. Good luck Pii."
Oab mengatakan kalimat itu kemudian berlalu melewati tubuh mungil Gun.
'Good bye my dear.'
Pria mungil itu memutar tubuhnya. Ia ingin mengejar Oab namun kakinya terasa berat. Dengan pandangan nanar Gun tidak melepaskan pandangannya dari punggung Oab yang terus menjauh darinya.
"Gun?"
Sebuah suara membuat Gun terkejut. Si mungil menoleh dan mendapati Dr. Gunsmile sedang keluar dari ruang rawat Jumpol dan mendekat ke arahnya.
"Gue udah hubungi mom dan dad. Tapi sepertinya yang di dalam situ harus ditemani dulu deh.", Gunsmile berkata sambil menunjuk pintu ruang rawat Jumpol.
"Kalau mom dan dad udah datang nanti gue yang antar lo pulang.", Lanjutnya lagi sambil mendorong tubuh mungil Gun ke arah pintu berwarna putih bersih yang masih tertutup.
Tanpa menunggu respon dan persetujuan dari si mungil, dokter tersebut sudah membuka pintu dan mendorong tubuh Gun masuk. Si mungil yang terdorong masuk ke dalam ruangan sempat ingin melakukan protes kepada dokter tampan itu. Namun saat menolehkan kepalanya, yang ada di hadapannya hanyalah daun pintu yang sudah tertutup.
"Dek?"
Gun menutup matanya, mengelus dadanya yang mulai bergemuruh. Dia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Namun detak jantungnya masih saja berkejaran di dalam dadanya. Sial, Gun belum siap berhadapan dengan Jumpol!
"Dek?", Jumpol mengernyit saat Gun tak juga menoleh. Pria mungil itu masih menghadap ke arah pintu.
"Dek kamu kenapa?", Jumpol bersumpah dia akan meloncat saat itu juga dari atas ranjang kalau - kalau si mungilnya masih terdiam di depan pintu.
Namun Jumpol segera menghela nafas lega saat Gun menoleh dengan senyuman terlukis di wajahnya. Senyum yang selalu menjadi candu bagi Jumpol. Senyum yang selalu membuatnya mabuk dan kehilangan akal sehatnya. Senyum yang dapat membuat jantungnya bekerja lebih keras dari biasanya.
Jumpol yang sedang bersandar di atas ranjang segera menggeser sedikit bokongnya dan mengulurkan tangannya kepada si mungil. Saat Gun menyambut uluran tangannya, saat itu pula Jumpol menariknya untuk duduk di sebelahnya, di atas ranjangnya. Tidak ada perlawanan sama sekali dari Gun, bahkan saat Jumpol merengkuh tubuh mungilnya ke dalam pelukannya.
Dadanya semakin bergemuruh dengan ritme yang tak beraturan. Terlebih saat Jumpol beberapa kali mengecup surai hitamnya dengan perlahan. Juga saat tangan Jumpol bergerak di punggungnya, menyalurkan perasaan aneh yang menyeruak di dalam dadanya. Gun akhirnya mendorong pelan tubuh Jumpol untuk melepas pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SECRET LOVE] SUGAR DADDY
FanfictionHanya cerita biasa tentang kehidupan ATP setelah diterima bekerja di GMM Bank. Hanya cerita biasa tentang kehidupan Jumpol setelah terlibat project bersama dengan karyawan baru bernama ATP.