Prolog

831 50 2
                                    

Lo tahu kisah romantis tapi berakhir tragis? Layaknya Romeo dan Juliet, mereka berdua adalah pasangan yang romantis, namun sayangnya kisah itu berakhir tragis. Atau Lo tahu kisah “Klise” layaknya Matt dan Mou? Sebuah sepasang kekasih yang ditulis oleh penulis Wulanfandi di Novelnya. Mou yang manja dan Matt yang sifatnya dingin.

Atau lo lebih tertarik dengan kisah cinta Salma dan Nathan? Sebuah kisah cinta yang ditulis Erisca Febrian. Dan yang entah mengapa karyanya bisa menyedot perhatian publik kala itu. Ok sudah cukup kita membahas kisah cinta yang di tulis oleh para penulis terkenal itu. Karena kali ini gue yang akan bercerita.

Nama gue Winia Hade Saputri, nama yang entah mengapa menjadikan gue sosok yang sedikit arogan, ceria dan juga sedikit cerewet. Cerewet benar sekali, selain gua ada juga ketiga sahabat gue yang tidak kalah cerewetnya.

Pertama, Vierna Salsabila. Dialah yang paling cerewet diantara kita berempat. Paling bawel dan kalau bicara kadang seperti menggunakan toa atau pengeras suara masjid. Hahaha. Tapi lucunya dia sosok gadis yang pura-pura tegar, walau kenyataannya hati Vierna telah hancur berkeping-keping. Terkadang gue masih ingat, bagaimana ia memulai kisah cinta pertamanya dulu dengan seseorang yang bisa disebut dengan dua huruf saja. Kisah cinta mereka tak bertahan lama. Salah satu dari mereka memutuskan hubungan itu kandas. Dan Vierna berada diujung kesedihan yang tak kunjung reda. Dan perlu kalian tahu, ia tak setegar seperti tokoh yang dia ceritakan di karya-karyanya. Itulah Vierna Salsabila seorang penulis novel yang terkadang keluar dari zona tegarnya.

Kedua, Ayu Ratna Sari Pratiwi. Cewek yang paling kurus diantara kita berempat. Tapi satu kelebihan dia diantara kita, yakni suaranya. Suaranya yang khas mampu meluluhan seorang komposer musik untuk mencoba mendekati dirinya. Dan gue terkadang juga teringat, saat dia susah move on dari kekasihnya yang hanya berlangsung beberapa pekan saja. Mungkin kisahnya lebih tragis ya dari Vierna? Dan satu hal lagi tentang Ayu, dia adalah gadis yang nggak mau kalah cerewetnya dari gue. Bahkan kalau dia udah cerita, nggak bakalan berhenti. Kayak kereta api yang tidak akan berhenti sebelum sampai di stasiun berikutnya. Hahahaha

Ketiga, Tiya Elisa. Nama yang keren menurut gue, diantara kita bertiga namanyalah yang paling mendekati dengan nama orang luar negeri, Elisa. Namun sayangnya ia di panggil Tia. Gue kadang berfikir, mungkin kalau Tia dipanggil Elisa lucu kali ya? Tia adalah sosok gadis yang sangat antusias untuk mendapatkan beasiswa keluar negeri. Hal itu gue ketahui dari postingan-postingannya di Whatsapp. Entah hanya ingin pamer atau sekedar membagikan info saja, atau mungkin memang ia sedang mencari beasiswa. Biarlah hanya Tia yang tahu! Dia tidak kalah cerewetnya dari kita, tapi cerewetnya Tia layaknya seorang ibu bagi kita bertiga. Dialah yang bisa memahami kita. Tapi satu hal yang harus kita mengerti dari Tia, dia adalah seseorang yang mudah patah hatinya, orangnya sensitif. Mungkin nampak Strong tapi dalam hatinya ia sedang terpuruk. Gue paham itu.

Dan memang benar gue terlahir untuk menjadi salah satu gadis yang arogan, bawel dan juga cerewet. Hingga seorang pun tak ada yang mau berteman akrab dengan gue, kecuali Vierna, Ayu dan juga Tia. Awalnya gue nyaman dengan kehidupan gue yang sepertiini, damai tentram tanpa gangguan dari cowok – cowok yang mengejar gue seperti gadis – gadis lain di sekitar gue. Kebanyanyakan diantara para cowok menilai gue adalah sosok gadis pemarah, bawel dan mungkin akan menyusahkan. Tapi pada kenyataanya mereka belum tahu bagaimana gue.

Meski begitu, kenyamanan gue seketika berubah menjadi bencana yang tak pernah sedikit pun gue harap ada. Anehnya, dia datang begitu saja dalam kehidupan gue. Dia menyebut gue Pluto yang tak pernah dianggap ada, Asing. Sangat menyakitkan dan guemulai membencinya. Tak pernah sedikit pun gue membenci seseorang seperti saat ini. Makhluk aneh, tiba-tiba datang membawa kemarahan. Ia layaknya Mars yang nampak indah dari kejauhan namun penuh dengan bebatuan, penuh dengki dan caci maki.

Seketika saat itu gue membentaknya kencang. “Dasar aneh, inget ya Pluto dan Mars tidak akan pernah bisa bersatu. Karena Pluto lebih berharga dari planet mana pun.”

Awalnya gue yakin bahwa perkataan gue ini mampu membuatnya lemah, tapi kenyataannya salah, ia tersenyum lega. Ada bau kemenangan dari senyumnnya.

“Dasar bodoh. Pluto yang tak dianggap, tidak akan pernah bisa dianggap berharga.” Ujarnya sambil berlari membawa bola basket yang sebelumnya melayang hampir mengenai kepala gue. Kisah gue dengannya belum berhenti sampai disini. Dan lo tahu, ketiga temen gue semuanya juga seketika ikut menjengkelkan.

“Ihh Lo ngapain sih ngebentak cowok seganteng dia, udah tinggi, putih, kapten basket lagi.” Ujar Vierna yang mampu membuat kepala gue serasa pecah mendengarnya.

Itulah awal pertemuan gue dengan cowok yang sangat menjengkelkan ini. Tapi ditahun selanjutnya, gue mulai berubah padanya. Berubah seakan tak ada kebencian, yang ada hanya rindu. Rindu yang mungkin tak akan bisa tergantikan.

Mungkin pertemuan gue tak seromantis Salma dan Nathan. Di sebuah gerbang sekolah dan mengobati luka cowok itu. Atau mungkin gue tak segila Mou yang terus mengejar Matt saat mereka kecil. Kisah gue berawal sebaliknya. Kebencian yang berujung menjadi cinta.

Akankah gue bisa bersamanya?

Gue Winia, dengan kisah gue yang tak berujung temu. Yang penuh kebencian dan bumbu – bumbu kerinduan.

Akan gue beri judul kisah ini “Mars and Pluto”

Kalian para pembaca, akan tahu bahwa Tata Surya tidak hanya ada dalam buku Fisika atau Georgrafi saja. Karena kisah gue juga tak lepas dari indahnya sang Jagat Raya. Jadi untuk kalian para pembaca jika ingin merasakan betapa indahnya cinta di galaksi antariksa, baca cerita ini hingga tamat.

Mars & Pluto (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang