Tiada yang tahu bagaimana perasaan seseorang, terkadang semuanya akan berubah begitu saja, sepersekian detiknya pun tidak akan ada yang mengerti. Semuanya akan hanya menyisakan luka yang tak berkesudahan, yang membuat seseorang menjadi terpuruk. Hal ini yang dirasakan Faray hari ini, tak menduga, tak pernah ia bayangkan akan seperti ini kenyataan yang ia terima.
"Gua hanya nggak habis pikir, dia seolah-olah menampakkan diri cinta sama gua, sayang sama gua, sama halnya apa yang gua rasakan ke dia. Gua nggak nyangka itu sebaliknya." Faray tertunduk penuh luka di hadapan Dewa dan Kenn.
"Mungkin dia punya alasan lain, Ray."
"Tapi apa, Wa?"
"Kita tidak akan pernah tahu jika kita tidak mau berbicara empat mata langsung."
"Bahkan aku tak yakin kita bakalan berbicara lagi." Keterpurukan itu semakin dalam merasuki hati Faray, tak ada kesempatan menurutnya, tak ada jawaban, dan tak akan pernah ada cinta.
Kenn yang sejak tadi memilih duduk menjauh dari Faray kini mulai mendekat dan meremas pundak Faray penuh dengan keyakinan. "Lo nggak perlu terpuruk kayak gini, lo bisa bangkit dan buktikan padanya bahwa lo nggak selemah itu. Tunjukkan kalau lo memang benar-benar cinta, kalau lo benar-benar sayang. Tunjukkan padanya, gua yakin Vierna juga memiliki rasa yang sama seperti apa yang lo rasakan saat ini, Cuma dia perlu waktu."
"Tapi apakah gua bisa?"
"Selama lo yakin dengan perasaan lo, gua yakin lo bisa. Lo bisa lihat Dewa, dia bisa dapatkan Ayu. Karena dia berusaha dan yakin." Dewa yang mendengar namanya tiba-tiba menjadi contoh senyum-senyum sendiri membayangkan bagaimana pertemuannya dengan Ayu dimulai.
"Yang ada Ayu penuh bencana deket sama Dewa. Deket dingin kayak es gini." Ejek Faray mencoba menenangkan hatinya.
"Eh gini-gini gua bisa romantis kali."
"Iya romantis yang kaku, manggil sayang aja janggal banget dengernya." Kali ini Kenn yang nggak mau kalah. Hati Faray mulai tenang, ia membenarkan kata-kata Kenn, ia harus bisa menunjukkan bahwa dia benar-benar cinta, benar-benar sayang kepada Vierna. Senyum itu seketika merekah begitu saja di wajah Faray. Seakan ada keyakinan baru yang datang, dan kali ini ia siap kembali berjuang untuk mendapatkan cinta yang selama ini ia perjuangkan.
Namun kebahagiaan tak berlangsung lama. Kenn mendapatkan sebuah telpon dari seseorang. Ada ketegangan diwajah kenn, kecemasan, ketakutan semuanya bercampur aduk menjadi satu.
"Iya, Bi. Sekarang saya pulang. Papa dimana?" Hanya kata-kata itu yang mampu Dewa dan Faray dengar, entah apa jawaban dari seberang sana, entah apa yang terjadi tak ada yang tahu.
Kenn meletakkan Hp disaku celananya setelah percakapan singkat itu usai. Wajahnya masih cemas, bergegas ia mengambil kunci mobil dari meja yang tak jauhnya.
"Gua harus pulang." Ujar Kenn masih dengan nada cemas
"Gua ikut!" Seakan Faray mengerti apa yang sedang terjadi Faray mengikuti Kenn dari belakang, Dewa juga mengikuti langkah Kenn yang terburu-buru meski tak mengerti apa yang sebanarnya terjadi.
Mereka bertiga bergegas menuju ke parkiran mobil. Winia dan Vierna yang sedang berjalan bersama teman-temannya yang lain terheran melihat mereka bertiga berlari dengan wajah cemas.
"Ada apa?" Tanya Ayu yang langsung menarik tangan Dewa.
"Entah aku juga nggak tau, tadi Kenn dapat telpon dari seseorang. Aku nggak tau mereka bicara apa yank, tapi ini kayaknya serius wajah Kenn cemas banget." Jelas Dewa mencoba menceritakan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mars & Pluto (Sudah Terbit)
Genç KurguPernahkah kalian merasa bahwa dunia ini tidak begitu adil, kebohongan bertebaran dimana-mana, kenyataan pahit yang diterima. Kisah ini mungkin tak akan habis, tak akan musnah. satu persatu mereka datang silih berganti. Kenyataan yang tak pernah ku t...