IA KEMBALI

108 7 0
                                    


Tuhan itu maha adil, ia menciptakan keindahan yang begitu sangat indah, sehingga manusia mampu terlena dan lengah. Di balik keindahan yang Tuhan ciptakan akan ada satu hal yang dirindukan, hal itu berbalut luka, luka yang tak akan terlupakan. Kalian semua pasti pernah merasakan, betapa indahnya itu Cinta. Sebuah rasa yang Absurd namun berhasil membuat manusia tersenyum-senyum dengan sendirinya, terkadang rasa inilah yang mengantarkan kita lupa akan dunia asli kita. Namun jangan pernah lupakan satu hal, semua itu akan hilang dengan sempurna, dan ia akan hanya menyisakan luka di akhir cerita.

Winia Hade Saputri, ia sentuh nama yang tertera di buku hariannya itu, ada rasa rindu yang tersimpan di balik nama itu, dan ada luka yang tak pernah kunjung usai. Sekilas ia pandangi langit malam yang menampakan indahnya, kerlap-kerlip bintang pun seakan menambah keindahan sang alam. Semuanya kini tergambar dengan jelas dalam benaknya, bagaimana pertemuan pertama kalinya ia dengan Winia. Ingatan yang selalu membuatnya tersenyum geli begitu saja. Jika ia boleh berkata jujur hari ini dia merindukannya, sangat merindunya.

Bip... Bip... Bip...

Lamunannya seketika hilang saat handphone yang ada di saku celananya bergetar sangat kencang. Ada pesan masuk dari Dewa.

Dewa : Eh Lo sampai kapan bakalan nggak masuk? Inget Move On boleh, tapi ya nggak kayak gini juga kali caranya.

Dewa: Jadi sebenernya lo mau move on atau sakit sih di Cuekin sama Winia?

Dewa : Kenn... bales Woy!!!

Pesan dari Dewa masuk bertubi-tubi dan hampir membuat Kenn kesal dangan tingkah temannya ini. Bergegas ia mengetik balasan untuk Dewa, sebelum akhir pesan lain yang lebih bertubi-tubi datang menerpa Kenn.

Kenn : Iya Gue besok Sekolah.

Dewa: Jawaban itu yang gue tunggu, di sini kita itu kangen banget sama lo.

Dan itu adalah pesan terakhir dari Dewa, karena Kenn enggan untuk melanjutkan percakapan mereka melalui pesan elektronik itu. Kenn kembali menatap buku hariannya. Ia ungkapkan rasa rindunya itu dalam sebuah tulisan. Ia merangkai kata demi kata, indah dan bermakna...

Rindu...

Mengapa engkau hadir saat sang luka menghadang?

Lalu mengapa engkau dulu pertemukan, jika hanya berbekas penyesalan.

Engkau selalu ada di dalam setiap angan dan harapan.

Rindu, taukah engaku, jika aku sedang merindu. Merindu ia sang gadis pujaan.

Aku merindunya sedalam laut dan seluas samudra.

Tapi luka selalu menghancurkannya

Bagaikan segelas susu yang ditetesin setetes tinta hitam

Sirna, ia sirna begitu saja...

Hingga hanya berbekas rindu yang tiada tara.

Di bait terkhir ia tuliskan nama Winia dengan goresan yang sangat tegas, hingga mata tak perlu mendekat untuk mengetahui apa yang di tulisnya itu. Kenn pun menutup buku hariannya, sebelum akhirnya seorang cowok masuk kedalam kamarnya.

“Lo besok jadi sekolah kan?” Ujar Cowok itu padanya, dan Kenn hanya mengangguk mengiyakan.

***

Di kejauhan Winia pun sedang menuliskan kisahnya di sebuah laptop kesayangannya. Laptop berwarna hitam pemberian Ibunya. Banyak cerita yang ia luapkan di sana, mulai dari ia harus menyaksikan Ayahnya pergi dari rumah dan juga penyesalannya kepada Kenn. Hampir setiap detik kehidupannya ia lupakan di sana. Dan entah sejak kapan ia tertarik untuk menulis kisah kehidupannya. Sejak dulu ia akan hanya menulis sebuah cerita Fun Fiction dari pada cerita real atau kisah nyata dari kehidupan dirinya. Kali ini ada yang berbeda, ia sangat bersemangat untuk menulis semua ini dalam kumpulan karya-karyanya.

Mars & Pluto (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang