Mengapa?

65 7 2
                                    


Siapa sebenarnya yang aku lihat selama ini, siapa dia, kenapa senyum itu nampak sama, mengapa tingkah lakunya sama. Siapa sebenarnya dia. Semenjak Winia meninggalkan Kenn, rasa itu semakin kuat, perbedaan itu seakan menjawab semuanya. Menjadi bayang yang tak bisa dipikir dengan logika. Benarkah dia Kenn yang selama ini Winia temui, siapa sebenarnya dia. Hanya itu yang ingin Winia ketahui saat ini.

"Sejak kapan semua ini terjadi?" Ujar Winia dengan seseorang di balik ponselnya.

"Kenapa lo tega sembunyikan ini dari gue? Kenapa?"

"Banyak alasannya dan gue belum siap cerita sekarang."

"Kalau lo nggak mau kasih tau gue sekarang, gua bakalan cari tahu sendiri." Seketika Winia mematikan panggilannya dan meletakkan ponselnya. Amarah sedih kini menjadi satu, tak terasa tetesan air mata itu mengalir begitu saja, Winia teriak sekuat tenaga hingga mamanya berlari menghampiri Winia. Melihat Winia menangis di atas kasurnya dengan kondisi yang sangat berantakan, Mamanya menghampiri sembari memeluknya.

"Ma, kenapa di dunia ini nggak ada yang benar-benar tulus sama Winia, kenapa semua orang benci Winia, kenapa meraka harus pura-pura baik didepan Winia, kenapa ma? Apa salah Winia?" Mama Winia lebih erat memeluk Winia, tetes demi tetes air mata mulai mengalir dari pipinya, anaknya yang saat ini rapuh, mengingatkan ia betapa rapuhnya dulu saat suaminya dengan tega meninggalkan mereka berdua. Kejadian itu seakan nampak kembali di depan matanya, ditempat yang sama, dipelukan yang sama. Saat itu Winia masih berusia sebelas tahun. Di kamar ini, dikamar yang sama Ia memeluk erat Winia yang menangis histeris tak ingin mendengarkan keributan kedua orang tuanya. Perih itu sudah ia rasakan sejak kecil, kini semua terasa terulang kembali.

"Jika kamu sudah lelah dengan hubungan ini lebih baik kita selesai sampai disini" ujar laki-laki itu lantang.

"Sungguh hatimu sudah di butakan mas, kamu lupa dengan janji-janjimu dulu, kamu lupa akan keluargamu. Dan kini kau ingin mengakhiri hubungan ini? Dimana harimu mas?"

"Aku bosan dengan mu, omongan mu, semua tentang kamu, kau sudah tidak seperti dulu lagi, aku lelah dengan semua hubungan yang rasanya hambar ini."

"Sudah gila kamu mas." Seketika tamparan itu menghantam pipinya. Tangisan itu semakin menjadi, tidak hanya diruang tamu yang menjadi pertengkaran sengit namun di kamar seorang anak perempuan yang sedang ketakutan sambil memeluk boneka teddy kesayangannya. Mendengar suara jeritan kesakitan anak itu berteriak sekencang-kencangnya, sekuat tenaganya, berharap pertengkaran itu akan usai.

"Kau dengar, kamu disini masih punya tanggung jawab, kamu masih ada yang harus dibesarkan. Dimana hatimu mas." Ia pun bergegas kekamar anak ku lalu memeluknya erat-erat. Sementara sang Ayah semakin menjadi luap amarahnya, kursi seakan tak bersahabat dengannya, di banting semua barang yang ada didekatnya. Emosi itu semakin menjadi, melupakan kesadaran seseorang yang sebenarnya masih ada secercah kehangatan yang mereka tuliskan sebelum ikrar itu terputuskan.

Tak lama setelah pertengkaran itu, sebuah surat melayang ditangan sang ibu, surat perceraian, tak sangka kekasih yang amat sangat ia hormati dan juga ia sayangi bisa melakukan hal seperti ini. Buta mata ini seakan menggelapkan semuanya, tidak hanya harta, tahta dan wanita. Namun kebutaan yang benar-benar menghati sang manusia. Dia telah berubah, meninggalkan ikrar sucinya.

"Winia anaknya tegar, mama tau itu, apapun masalah Winia sekarang, harus Winia hadapi dengan tenang. Kehidupan tidak akan pernah lepas dari sebuah ujian, Win. Penghianatan, pertemuan, perpisahan, kita tak bisa lari dari itu semua. Jalan satu-satunya adalah kita harus hadapi itu semua dengan tenang, jangan gegabah nak. Sebelum penyesalan suatu saat nanti yang datang padamu." Winia memeluk Mamanya semakin erat, pikirnya melayang kemana-mana, semua kejadian hari ini membuatnya semakin tak percaya dengan apa yang sebenarnya ia lalui saat ini. Siapa dia? Hanya itu yang ada dibenaknya, hanya itu yang menjadi teka-teki kehidupannya kini.

Mars & Pluto (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang