Hembusan angin menerpa, daun-daun mulai berguguran tanpa rasa malu. Langit begitu cerah, hijau pemandangan membuat mata seakan enggan untuk berpaling dan pergi. Winia dan Kenneth melangkah menuju makan Kenzo. Sudah dua tahun semenjak kepergian Kenzo, tak pernah sekali pun Winia dan Kenneth absen mengunjungi makamnya. Selalu ada kisah baru dan selalu ada cerita baru yang mereka berdua sampaikan. Meski tak ada jawaban, mereka selalu senang melakukan itu, mereka yakin jauh disana Kenzo mendengar kisah mereka, Kenzo pasti ikut senang dengan cerita-cerita mereka.
"Selamat Siang Kakak." Sapa Kenneth sembari meletakkan seikat bunga.
"Kak, tahu nggak kemarin Winia keren banget, dia bisa memenangkan hati para Fansnya. Dia sudah menjadi penulis hebat kak." Winia hanya tersenyum memperhatikan Kenneth terus bercerita. Semua ia cerikan ke Kenzo tanpa ada satu persen pun yang ia tidak ceritakan. Hingga tiba perkataan yang membuat Winia sedikit canggung.
"Kak, aku tahu mungkin aku salah melakukan ini, mungkin aku salah mengatakan ini. Tapi bukakah kakak memintaku untuk menjaga Winia. Kakak tidak pernah melarangku untuk tidak mencintainya. Kakak di hadapan kakak aku berjanji akan menjaga dia, bukan sebagai saudara, tetapi sebagai seorang kekasih." Winia seketika terpaku, matanya menyelidiki Kenneth tak menyangka.
"Winia, gua nggak tahu sejak kapan rasa ini tumbuh, semuanya muncul secara tiba-tiba. Semua datang begitu saja, tanpa aku minta, tanpa aku berharap ia akan datang. Winia, di depan makan kak Kenzo, lo mau menerima gua dengan segala kekurangan gua, lo mau nerima gua yang mungkin nggak seganteng Artis korea atau sekeren Faray. Winia maukah kamu menjadi ibu dari anak-anakku?" Wajah Winia memerah. Ia belum menjawab. Hal ini terlalu mendadak bagi Winia, ia harus berpikir.
"Ta-tanyakan ke Kenzo." Hanya itu yang keluar dari mulut Winia.
"Oke, kak. Winia meminta restumu, aku juga meminta hal itu, tolong tunjukkan sesuatu jika kakak merestui hubungan kita berdua." Hening, tak ada jawaban. Tak ada pertanda apapun.
"Lihat sepertinya Kenzo tak mengizinkan hal itu terjadi." Ujar Winia sedikit tersenyum geli melihat Kenneth.
"Tidak kakak pasti menjawabnya. Kak ayoklah!" Tak lama angin berhembus, Winia melihat sekitar, angin itu hanya tertuju kepada mereka, tak ada pepohonan yang tertiup angin. Perlahan tapi pasti, dua bunga kamboja jatuh diatas kuburan Kenzo. Beberapa burung pun datang mengitari Kenneth dan Winia.
"Lihat Winia, kakak. Kakak merestui permintaanku, jadi bagaimana? Mau kah ?" Winia tak bisa menolak lagi, sejujurnya ia juga mulai mencintai kenneth, seseorang pengganti Kenzo.
"Iya aku mau." Jawab Winia dengan senyuman dan sipuan malu.
"Yes, kak aku di terima kak. Kakak aku diterima." Kenneth berteriak kencang, Winia memperhatikan sekitar.
"Kenneth ini kuburan jangan teriak."
"E-eh iya aku lupa, habis gua seneng banget sih." Kenneth dan Winia tertawa bersamaan.
"Gua janji akan bahagiakan Winia. Takkan ada air mata. Kita akan hidup bahagia."
Alam tak pernah ingkar janji, bahagia pasti akan datang, dan kini kisah ini akan berganti, berganti judul dan alur yang berbeda, kisah ini akan menjadi sejarah kelak bagi mereka. Kenzo, Mars yang merah dan tak pernah padam. Kini dirimu hanya tinggal nama, namun perjuanganmu adalah sejarah bagi mereka. Kau abadi. Dan takkan pernah benar-benar mati.
"Kenzo, aku berhasil menulis buku ini, ku persembahkan buku ini untukku. Tananglah disana. Aku mencintaimu." Sebelum Winia pergi, ia meletakkan buku bersampul warna hitam itu diatas kuburan Kenzo. Buku itu berjudul Mars & Pluto. Kisah mereka yang tak akan habis di makan waktu. Kini Winia bahagia bersama Kenneth, ia selalu tersenyum dan cahaya dalam dirinya tak pernah redup. Winia dan Kenneth hanya mampu mengucapkan kata terima kasih untuk Kenzo. Hanya untuknya.
Terimakasih Kenzo.
TAMAT
######
Terimakasih untuk yang sudah mau baca karya saya ini sampai di akhir bab. Doakan bisa naik cetak ya semuanya....
Terimakasih sebanyak-banyaknya
KAMU SEDANG MEMBACA
Mars & Pluto (Sudah Terbit)
Teen FictionPernahkah kalian merasa bahwa dunia ini tidak begitu adil, kebohongan bertebaran dimana-mana, kenyataan pahit yang diterima. Kisah ini mungkin tak akan habis, tak akan musnah. satu persatu mereka datang silih berganti. Kenyataan yang tak pernah ku t...