"Udah nangisnya?"
Anna mengangguk mengiyakan atas pertanyaan dari cowok di depannya saat ini.
Alex menarik napas panjang, tangannya mendorong tubuh cewek itu agar ia bisa melihat wajah cantik itu. Jari telunjuk Alex mengangkat dagu cewek di depannya itu agar bisa menatapnya.
"Lo nggak pantes nangisin cowok kayak dia. Inget, harga diri lo jauh lebih mahal ketimbang rasa cinta lo ke dia."
Masih dengan sisa-sisa isaknya Anna menatap tepat di kedua bola mata cowok itu. Bibirnya kembali bergetar. Dadanya kembali sakit ketika kembali mengingat apa yang dilakukan Ali dan Wakil ketua OSIS mereka beberapa jam lalu tadi.
Mengapa Ali menyuruhnya menuju atap sekolah jika cowok itu tengah melakukan hal yang menjijikkan itu? Apakah Ali berniat menyakitinya dengan cara tadi? Tapi mengapa? Ia sangat yakin bahwa seharian ini ia tak membuat kesalahan bahkan ia sangat ingat bahwa ia tak mengabaikan pesan dan panggilan dari kekasihnya itu. Lalu mengapa Ali tega melakukan hal tadi padanya?
"A-aku capek..." bibir Anna bergetar mengucapkan kalimat itu.
Refleks tangan Alex terkepal kuat. Ia jelas sudah tau banyak tentang Anna dan Ali dari teman sekelasnya bernama J dan Rihanna. Beberapa hari lalu setelah ia mengenalkan diri pada kedua orang itu ia pun tak sengaja mendapati Anna yang saat itu baru saja memasuki kelas.
Ia tak tau dari mana Anna saat itu tapi Rihanna mengatakan bahwa Anna baru saja kembali dari ruang BK dimana cewek itu dan dua sahabatnya di panggil karena ada beberapa keperluan dengan Bu Tiffany.
Semenjak melihat Anna saat itu, ia pun memutuskan untuk bertanya lebih lanjut tentang Anna pada kedua orang itu dan jujur saja ia sangat terkejut setelah mendengar cerita tentang status Anna dan cowok bernama Ali tersebut.
"Kalo lo capek kenapa nggak berhenti aja?" tanya Alex dengan alis terangkat.
"Sulit."
"Sulit gimana? Apa lo udah coba?"
Anna mengangguk sebelum menundukkan kepala lagi. "Aku udah berulang kali dan hasilnya selalu sama, aku capek."
Alex terdiam. Entah mengapa ada yang nyeri di bagian dadanya mendengar itu. "Gue-bakal bantuin lo keluar dari situasi ini."
Anna mengangkat wajah karena perkataan barusan. Sangat cepat, tak sempat menghindar mata Anna membola ketika bibir tipis itu menempel tepat di atas bibirnya.
Tanpa mereka sadari, ternyata ada seseorang yang memerhatikan semua gerak-gerik mereka dari ujung sana.
Klik.
"Gue yakin setelah ini Ali bakal mutusin lo." ujarnya dengan senyum puas setelah menyimpan kembali ponselnya ke dalam kantung seragamnya.
🦋🦋🦋
Malam telah tiba, langit berubah menjadi gelap. Bulan dan bintang pun kembali membaur menjadi satu di atas sana.
Tangan Anna terangkat, memegangi bibirnya. Masih terekam dengan jelas dalam ingatannya bagaimana cara Alex menciumnya di atap sekolah siang tadi.
Seharusnya ia menolak atau mendorong tubuh Alex kala itu tapi mengapa tubuhnya tak bisa bergerak sama sekali saat cowok itu menciumnya? Mungkin jika ia mendorong Alex saat itu pasti bibir cowok itu tak melebihi batas.
Anna memejamkan mata dengan perasaan campur aduk. Dalam hati ia berharap tak ada yang berada di atap sekolah siang tadi sehingga tak melihat apa yang tak semestinya terjadi. Ia sangat takut jika ada yang melihat apa yang terjadi siang tadi dan ia lebih takut lagi jika Ali benar-benar mengetahui kejadian tadi.
Ia tak mau Ali semakin marah padanya bahkan men-capnya sebagai cewek murahan lagi, tidak. Ia lelah dengan semua hinaan yang Ali berikan padanya ketika kekasihnya itu meluapkan segala emosinya pada dirinya.
Anna membuka matanya saat mendengar pesan masuk dari ponsel yang ia letakan di atas ranjang. Cepat-cepat ia melangkah meninggalkan balkon guna mendekati ranjang.
Tangan Anna terayun menuju kasur guna mengambil ponsel dan mulai membuka pesan yang dikirimkan oleh si pengirim. Anna mengernyitkan kening, nomer siapa ini?
>....
Murahan!>....
Send videoJantung Anna berdegup gugup setelah melihat video yang telah terunduh barusan yang dikirimkan oleh orang yang tak di kenalnya barusan.
>....
Gimana kalo gue kirim ke Ali video ini hem?***
TBC
6 Oktober 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIANDO
RandomBagi Anna dunia sangatlah kejam. Rasanya dia ingin berhenti di satu tempat agar kesedihan berhenti dia dapatkan tetapi sudah berulang kali dia coba hasilnya selalu sama. Bagaimana jika melepaskan saja sangat sulit sedangkan ketika dia bertahanpun r...