10🦊 MARAH

3K 269 94
                                    

"LO?"

Pekik Jane terkejut, tangannya memegangi pipinya yang baru saja di tampar. Sial! Seharusnya ia sudah terbiasa merasakan nyeri di pipi ketika di tampar tapi mengapa tamparan Anna kali ini sangat sakit? "Sialan!" Umpat Jane dalam hati.

"Lo apa-apaan sih? Maksud lo apa nampar Jane?"

Bodoh, itulah kalimat yang tepat untuk cowok yang baru saja memberikan pertanyaan pada Anna barusan.

Anna menggelengkan kepalanya tak percaya, tangannya menghapus pipinya yang lagi-lagi basah. "Apa perlu aku tampar kak Ali biar kak Ali juga ngasih pertanyaan kayak tadi?" Tanya Anna sambil menatap Ali yang terlihat marah.

"Maksud lo apa?"

"Dasar cowok berengsek! Salah aku sama kak Ali apa hah?! Ngapain kak Ali jalan sama dia kalo cewek kak Ali itu aku hikss..." Anna benci jika dirinya harus kembali lemah. Kenapa sangat sulit menahan diri untuk tak menangis di depannya?

Di ujung sana tangan Alex terkepal kuat. Bukankah beberapa detik lalu Anna baru saja melawan rasa takutnya? Mengapa dia kembali lemah lagi.

"Ini, Mas." Alex meninggalkan tempatnya tadi usai selesai membayar.

"Eh mas Alex, kembalianya?!"

"Nggak usah, buat mas aja." Seru Alex lalu mendekati ke-tiga orang yang kini menjadi tontonan banyak orang tersebut. Alex berjalan dengan cepat, tangannya terkepal kuat, sangat kuat.

Bukk!!

"Bangsat!" Teriak Alex usai memberikan satu bogeman pada Ali yang kini tersungkur di trotoar. "Lo emang nggak punya hati!"

Bugh!!

"Lo nggak usah ikut campur. Gue nggak ada urusan sama lo!" Teriak Ali emosi. Sangat kesal dan marah sekarang.

"WOYYY! BERHENTI LO BERDUA!"

Kedua cowok itu terpisah dengan kasar, Alex dan Ali saling melemparkan tatapan yang tajam dengan napas memburu.

"Lo berdua apaan sih hah? Nggak malu apa di lihat banyak orang?" Tanya J yang kini menatap Alex dan Ali bergantian. Syukurlah tadi kekasihnya meminta untuk mereka menepi guna membeli nasi goreng favorit mereka dan saat mereka berdua berjalan mendekati mas Ledi, mereka langsung bergegas mendekati keributan.

Ahli-ahli ingin mengabaikan mereka malah mendengar suara yang mereka amat sangat kenali. Siapa lagi kalau bukan cowok berengsek itu dan teman baru mereka, Alex.

"Lo berdua kayak anak kecil tau nggak?" Omel J pada kedua cowok itu. "Lo juga, bisa nggak ngertiin perasaan Anna? Dia cewek bro, lo pikir selama ini dia diam berarti dia baik-baik aja? Mikir pake otak, jangan cuma sela****ngan doang yang lo mikirin."

"Maksud lo apa?!" Tanya Ali tersinggung. Sangat tak terima dengan perkataan adik kelasnya barusan.

J memundurkan tubuhnya ke belakang ketika melihat Ali mendekatinya. Ia tau maksud cowok itu ingin apa, "Oke gue minta maaf dan nggak bakal campurin urusan lo lagi tapi bisa nggak lo putusin Anna biar dia tenang? Ingat bro, karma selalu datangin orang yang udah berani ngelawan takdir."

Bugh!!

"Nggak usah bacot! Tau apa lo tentang karma hah?!"

J mengusap sudut bibirnya yang tiba-tiba berdarah. Untung ia masih punya otak jadi tak ingin bermain fisik. "Gue cuma ngomong baik-baik tapi lo dari tadi pake kekerasan, salah gue minta lo putusin Anna?"

"Menurut lo?!"

J terkekeh kecil, Ali ini benar-benar manusia berengsek yang pernah ia temui di dunia ini. Benar-benar cowok gila yang tak punya perasaan sama sekali.

ALIANDOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang