Tidak peduli dengan janji yang mereka berdua buat beberapa hari lalu, Alex menarik kuat lengan Anna yang sudah basah itu masuk kedalam pelukannya.
"A-aku nyerah, Lex..." lirih Anna dengan tangan meremat seragam Alex kuat, bibirnya semakin bergetar karena kini tubuhnya yang semakin menggigil.
Tangan Alex terkepal kuat, iris tajamnya menatap kearah jalanan di depannya seolah di depannya berdiri cowok itu.
"A-aku mau ikut--"
"Gue anter lo pulang." potong Alex melepaskan pelukan. Tangan Alex menarik lengan Anna menuju mobilnya yang tak jauh dari tempat mereka.
"Alex..."
"Cukup Anna! Gue pengen lihat Anna saat pertama kali gue lihat, bukan Anna kayak gini!" bentak Alex tanpa sadar.
Masih berlangsung dengan hujan yang deras mengguyur tubuh mereka Anna mendongak menatap Alex. Kembali air matanya jatuh membasahi pipi dengan air hujan yang tak ingin ketinggalan.
Kedua tangan Alex menahan bahu Anna, meremat dengan sedikit kuat. "Gue udah bilang, selagi lo nggak baik-baik aja gue nggak bakal mundur."
"Lex..." kembali bibir Anna bergetar, dadanya terasa sakit. Ia menyerah dengan ini semua, ia capek dan capek.
Tangan Alex berpindah, menangkup kedua pipi Anna. Menghela napas tangan Alex menaikan sedikit wajah Anna agar bisa menatapnya.
"Ikut gue mau?"
"Kemana?"
"Kalo gue bilang ke tempat yang jauh dari mereka semua apa lo bakal mau?" tanya Alex balik.
"Lex..." bibir Anna kembali bergetar. Sudah sejak dulu ia selalu berharap agar ada yang bersedia membawanya pergi dari tempat ini agar bisa bebas dari kehidupannya. Apakah selama ini Tuhan mendengar doanya selama ini sehingga mengirimkan cowok sebaik Alex padanya?
"Aku nyerah...aku capek...bawah aku pergi...aku capek..." lirih Anna yang terdengar sangat menyakitkan di telinga Alex.
"Kita pulang, lo harus istirahat." kata Alex dengan berbalik, ia menarik pergelangan tangan Anna agar mengikutinya.
"Lex..."
Tidak menjawab, Alex menghentikan langkah, berbalik lalu menatap Anna.
"Aku mau."
"Apa?" alis Alex terangkat.
"Aku mau ngelupain semuanya."
Alex menatap Anna serius mencari kesungguhan di sana dan akhirnya ia menganggukkan kepala. Tersenyum tangannya menarik tengkuk Anna lalu mempertemukan kedua belah bibir mereka, mengabaikan keterkejutan Anna, tangan sebelah Alex menarik pinggang Anna agar merapat padanya.
Anna sendiri, memejamkan mata dengan jantung berdegup. Rasanya seperti mimpi, perlahan ia membalas dengan perasaan yang tak bisa dikatakan. Ini terlalu tiba-tiba.
🦋🦋🦋
Ali keluar dari toilet dengan perasaan kesal. Kalau saja yang menumpahkan minuman di seragamnya tadi adalah cowok, sudah ia patahkan kedua tangan cowok itu. Sial!
Sambil mengibas-ngibasi seragamnya Ali berjalan menuju kelasnya yang jelas sudah sangat sepi.
Saat mendudukkan bokongnya di sebuah kursi keningnya mengkerut saat melihat ponselnya yang tiba-tiba berada di meja depan Airin.
"Tadi ada telepon jadi gue jawab."
Ali melangkah mendekati meja tempat Airin berdiri. "Gue belum nanya dan lo udah jawab," sinis Ali membuat Airin bungkam. "Siapa yang telepon emangnya?" tanya Ali penasaran yang kini sudah berdiri di depan Airin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIANDO
RandomBagi Anna dunia sangatlah kejam. Rasanya dia ingin berhenti di satu tempat agar kesedihan berhenti dia dapatkan tetapi sudah berulang kali dia coba hasilnya selalu sama. Bagaimana jika melepaskan saja sangat sulit sedangkan ketika dia bertahanpun r...