Selamat membaca, jangan lupa vote dan tinggalkan komen yahh🖤
***
Tangan Anna mengusap kedua lengannya, seragam yang tak setebal hoodie itu membuat kulitnya semakin terasa membeku. Anna terus berjalan, entah di mana sekarang berada ia tak peduli.
Sudah sedari tadi siang semenjak ia keluar dari ruangan dokter Joy itu sampai saat ini ia belum kembali ke rumah bahkan apartemen Ali. Sudah sedari tadi siang juga pipinya tak kering dan ia yakin air matanya akan segera habis.
Mengapa Tuhan sangat jahat padanya? Apakah tak cukup ia menjalani kehidupan dengan penuh menyedihkan dan sekarang harus memberikannya cobaan se-menyakitkan ini padanya lagi? Bebas dari satu masalah saja ia belum bisa lalu mengapa harus memberikan satu masalah lagi padanya?
"Kenapa harus sekarang hiks...aku nggak mau nambah dosa lagi hanya karena ingin ngebunuh kamu." gumam Anna lirih. Bibirnya semakin bergetar dengan tangan yang mencengkram kuat perutnya.
Lemas, itulah yang Anna rasakan sekarang. Tak kuat menahan beban tubuhnya Anna menjatuhkan tubuhnya di jalanan namun sebelum memejamkan matanya ia sempat mendengar suara yang terdengar familiar.
🦋🦋🦋
Sudah dua jam Alex duduk diam sambil menatap wajah damai di depannya sekarang. Sudah dua jam ia duduk melamun dengan perasaan campur aduk menunggu kesadaran seseorang di depannya sekarang.
Hamil.
Masih terngiang dalam benaknya perkataan dokter yang memeriksa Anna beberapa jam lalu. Kecewa pun rasanya percuma karena ia tak pernah dianggap lebih oleh Anna. Marah pun percuma karena itu bukan haknya. Tapi mengapa rasanya sangat sakit mendengar kenyataan itu, mengapa?
Jelas ia tau siapa yang harus bertanggung jawab atas hal ini. Siapa lagi orang selain Ali yang harus ia cari untuk meminta pertanggung jawab atas apa yang cowok itu lakukan.
"Eough."
Alex mengangkat wajah ketika mendengar lenguhan kecil itu. Mencoba bersikap biasa Alex tersenyum kearah Anna.
"Duduk dulu." seru Alex lembut dengan membantu Anna ntuk bersandar.
"Aku di mana?"
"Kamar tamu, gue nggak tau lo ngapain malem-malem di depan rumah gue dalam keadaan kayak tadi."
Mata Anna mengerjap berulang kali. Jadi tadi ia berjalan sampai ke kediaman Alex? Sungguh, ia tak tau bahwa bangunan mewah di depannya itu adalah rumah milik Alex.
"Aku mau pulang aja."
"Besok aja biar gue anter, sekarang lo istirahat dulu atau lo mau makan? Kata dokter lo bel—"
Grep!!
Deg!
Tubuh Alex membeku, dadanya berdesir, matanya memanas tiba-tiba dengan tangan yang tak bisa ia tahan untuk menekan kepala Anna untuk bersembunyi di dadanya.
"A-aku takut...a-aku hiks..." bibir Anna kembali bergetar dengan tangan semakin meremat hoodie yang di pakai Alex.
Tak ada jawaban melainkan tangan Alex melepaskan pelukan mereka, tangannya mengusap pipi Anna yang basah sambil mencoba tersenyum.
"Gue nggak bakal biarin lo sendirian, gue nggak peduli lo bakal tetap milih Ali bahkan lo udah hamil sekalipun gue tetap sayang sama lo. Lo tetap Anna gue, lo tetap perempuan setelah Mami gue yang gue sayang, Anna."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIANDO
RandomBagi Anna dunia sangatlah kejam. Rasanya dia ingin berhenti di satu tempat agar kesedihan berhenti dia dapatkan tetapi sudah berulang kali dia coba hasilnya selalu sama. Bagaimana jika melepaskan saja sangat sulit sedangkan ketika dia bertahanpun r...