Bagian enam : khawatir

196 17 0
                                    

Aku bahagia walau rasanya juga sesakit ini :')Kaina Tasya Farishky

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku bahagia walau rasanya juga sesakit ini :')
Kaina Tasya Farishky

Happy reading!


Sudah hampir sebulan Kaina menjadi pacar pura-pura Gara. Dan selama itu tidak ada yang berubah sama sekali dengan keduanya. Gara hanya akan bersikap manis saat ada orang lain. Ketika hanya berdua cowok itu akan berubah menjadi cowok super asing bagi Kaina. Sebenarnya Kaina sudah lelah. Ia ingin mengakhiri hubungan itu. Namun disisi lain gadis itu masih percaya, suatu hari nanti keajaiban akan datang, Gara pasti akan menyukainya. Karena Kaina masih percaya bahwa cinta datang karena terbiasa. Dan Shania tidak boleh tau bahwa ia sudah mulai lelah. Jika Shania tau pasti cewek itu akan memaksanya berhenti.

Kaina tersadar dari lamunannya saat Shania menyenggol lengannya. Ternyata ada Gara tepat di pintu kelas mereka, tengah menatap kearah Kaina. Bukan tatapan Gara yang membuat jantung Kaina seakan berhenti berdetak. Namun wajah cowok itu yang penuh luka lebam dan juga darah di sudut bibir cowok itu. Kaina segara berlari ke arah pintu menghampiri pacar pura-puranya itu.

"Ini--" ucapan Kaina harus tersendat karena ia ingin menangis sekarang. Ia tidak tahan melihat orang yang ia sayang terluka seperti ini. Kaina menggeret lengan Gara menuju uks. Sebisa mungkin ia harus menahan air matanya agar tidak tumpah. Kan nggak lucu kalau sepanjang perjalanan menuju uks orang-orang pada lihat Kaina menangis tersedu-sedu.

Kaina mengambil kotak p3k sementara Gara duduk menyandar di brankar. Tidak lama kemudian Kaina kembali dengan membawa kotak p3k dan juga baskom kecil. Cewek itu dengan telaten membersihkan luka di wajah Gara sebelum memberinya obat.

"Aws..." ringis Gara membuat satu tetes air lolos dari mata Kaina. Gara yang melihat itu mengernyitkan dahinya. "Kenapa?"

"Kalau nggak tahan sakit nggak usah berantem!!" Ujar Kaina sambil menahan sesak di dadanya. Untung saja ia tidak sampai terisak-isak.

Gara menatap Kaina dengan tidak percaya. Masa iya cewek itu khawatir padanya? Memangnya hubungan mereka sejauh mana sih sampai-sampai Kaina sebegitu peduli padanya. Belum sempat Gara membalas ucapan Kaina, cewek itu sudah berbicara lagi.

"Lagian ini kenapa bisa kayak gini? Lo berantem sama siapa sih? Lain kali nggak usah pukul-pukulan deh!!" Tanya Kaina tidak sabaran dan tanpa sadar ia menekan kapas terlalu keras di sudut bibir Gara sehingga cowok itu meringis keras dan menjauhkan wajahnya dari jangkauan tangan Kaina.

"Duhh maaf nggak sengaja. Sini gue tiupin" Kaina lebih mendekat ke arah Gara dan meraih wajah cowok itu dengan kedua tangan mungilnya. Cewek itu meniupi pelan luka di sudut bibir Gara.

Gara hanya terdiam sambil memandangi wajah Kaina. Cowok itu baru sadar bahwa mata Kaina yang dihiasi bulu mata lentiknya menjadi lebih indah dari jarak yang sedekat ini. Hidung yang tidak terlalu mancung menambah kesan manis, membuat Gara ingin mencium pucuknya. Pipi cewek itu juga mulus tanpa noda membuat Gara berpikir sebenarnya Kaina ini anak SMA atau anak SD. Dan berakhir di bibir cewek itu yang sibuk mengerut lucu meniupi luka miliknya. Wajah Kaina begitu menggemaskan. Ini yang kedua kalinya Gara menatap lekat-lekat wajah Kaina. Tanpa sadar Gara memang sudah jatuh pada pesona Kaina yang sederhana. Namun sebelum Gara benar-benar sadar tiba-tiba wajah cantik Bella muncul di depan matanya. Gara segera menurunkan tangan mungil Kaina yang menangkup kedua pipinya.

Fake MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang