Bagian dua belas : curcol, curhat colongan

179 20 0
                                    

Happy reading!

Sepertinya cinta diam-diam cocok disematkan untuk Kaina. Cewek itu mengenal Gara, tau tentang Gara walau tidak banyak, selalu membayangkan Gara, dan kini ia sudah mulai dekat dengan Gara. Walaupun Gara membuat batas untuk Kaina agar cewek itu tidak terlalu masuk ke dalam hidupnya, namun Kaina masih belum gentar. Kaina berjanji, sampai ia merasa benar-benar bosan maka hari itu juga ia akan melepas Gara. Untuk saat ini biarkan Kaina bahagia bersama cowok itu walau sedikit saja.

Kaina melihat ke arah Satria yang tengah sibuk dengan laptopnya. Tidak berpikir panjang cewek itu langsung bergabung dengan abangnya itu. Duduk di sebelah Satria dan melongok isi laptop yang sedang Satria kerjakan. Tidak ambil pusing, Kaina lalu menyalakan televisi.

"Bang gue mau tanya." Kata Kaina memulai pembicaraan. Cewek itu menyenderkan punggungnya ke sofa.

"Hmmm." Gumam Satria tidak jelas. Sedang sibuk begini Kaina sempat-sempatnya mengganggunya. Memang adiknya itu tidak tau diri.

"Lo pernah nggak sih suka sama cewek, tapi cewek itu nggak tau?" Kaina bertanya dengan serius.

Satria melihat ke arah adiknya itu yang terlihat tak seperti biasanya. Seperti banyak pikiran. Lebih tepatnya seperti lagi galau-galaunya karena cowok. Memang benar sih. Kaina sedang galau karena terus-terusan  mikirin Gara yang hatinya sudah jelas ditujukan pada siapa.

Satria pernah menyukai cewek dan cewek itu memang nggak tau. Nggak pernah tau. Karena dia adalah pacar dari temannya sendiri. Satria sadar diri saat itu dengan tidak menambah masalah dalam hidupnya. Galau? Iya!! Hampir setiap hari otak Satria memikirkan cewek itu. Tapi tidak ada yang tau. Seorang Satria dengan sendirinya belajar pandai menyembunyikan perasaannya.

"Pernah. Kenapa emang?" Mungkin kali ini jujur pada adiknya sendiri tidak apa-apa. Setidaknya beban yang mengganjal di hatinya sedikit berkurang.

"Sakit nggak?" Pertanyaan Kaina kali ini membuat kening Satria mengernyit secara jelas. Sakit banget!! Sampe rasanya uring-uringan. Pengen jumpalitan, pengen bakar rumah tetangga juga. Pengen ngungkapin tapi enggak tau caranya gimana.

"Sakit sih," gumam Satria jadi teringat masa dulu saat ia menyukai pacar temannya sendiri. "Tapi biasa aja juga."

Mendengar jawaban Satria, Kaina tersenyum kecut. Ternyata nggak hanya dirinya saja yang mengalami kisah asmara seperti ini. Tapi ini beda. Kaina harus membantu Gara mendapatkan Bella. Kurang tegar apa lagi seorang Kaina? Cinta ternyata memang sebuta itu. Bisa membuat bodoh kapanpun. Mungkin lain kali Kaina harus mengganti hatinya dengan batu agar tidak perasa seperti ini, agar tidak menjadi baik seperti ini.

"Lo emang suka sama siapa? Bukannya lo pacaran sama Gara ya?" Tanya Satria sambil mengetikkan sesuatu di laptopnya. Untung saja cowok itu tidak melihat ekspresi Kaina saat ini. Jika iya pasti cowok itu akan mengejek Kaina habis-habisan.

"Cuma tanya." Kaina melirik sebentar lalu fokus kembali pada televisi. "Kalo emang sesakit itu kenapa lo berani suka sama tuh cewek?"

Satria berhenti pada pekerjaannya. Ia menyenderkan punggungnya pada sofa dan mendongakkan kepalanya ke atas, melihat langit-langit ruang keluarga. Dan bersiap memberikan kata-kata ala twitter untuk Kaina.

"Lo tau, cinta datang tanpa permisi. Nggak peduli dia siapa gue siapa. Yang gue tau, gue suka lihat senyum dia, lihat dia ketawa. Semua tentang dia pokoknya gue suka. Nggak ada alasan kenapa gue bisa sesuka itu sama dia." Kata Satria diakhiri senyuman puas. Akhirnya ia bisa berkata seperti penasehat cinta.

Merasa tertarik, Kaina menghadapkan tubuhnya pada Satria. "Itu pas kapan sih?"

"Dulu. Waktu masih SMA." Jawab Satria masih dengan posisi yang sama. Dan, tanpa permisi bayangan wajah cewek itu muncul di depannya. Membuat Satria tersenyum dalam hati.

Fake MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang