Bagian tujuh : Kafka si pengamen alun-alun

187 17 2
                                    

You look perfect tonight

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

You look perfect tonight

Kafka Raihan Adinata

Happy reading!

Kaina berjalan ke arah gerbang dengan lesu. Setelah kejadian tadi pagi di uks ia tidak bertemu lagi dengan Gara. Gara juga tidak ada niatan untuk menemuinya. Sekarang Kaina jadi galau sendiri. Ia tidak mau jika harus tidak saling kenal kembali dengan Gara. Walaupun hubungan mereka hanya sebatas kepura-puraan namun Kaina tetap bersyukur karena bisa mengenal pria itu secara langsung. Dan sekarang apa? Kaina jadi menyesal sendiri karena telah marah-marah dan ngambek seperti ini. Memang sih tadi itu dia kecolongan, tapi kan dia juga seneng. Sebelumnya malah ia membayangkan bagaimana jika Gara mencium bibirnya. Oh Kaina mampus kamu karena Gara benar-benar tidak mau mengenalmu lagi.

"Kai..."

Kaina menoleh ke sumber suara. Ia berharap Gara-lah pemilik suara itu. Namun harapan tinggal harapan. Ternyata pemilik suara itu adalah orang lain.

"Kafka.."

"Pulang bareng yuk" ajak Kafka. Kafka ini adalah kakak kelas Kaina. Selain Satria, Kafka adalah orang yang telah mengajari Kaina bermain alat musik.

Kaina tampak berpikir. Sebelum statusnya berubah menjadi pacar pura-pura Gara, biasanya Kaina memang pulang bersama dengan Kafka atau Shania jika ia tidak dijemput. Tapi hampir sebulan ini ia selalu pulang bersama dengan Gara. Lalu hari ini? Kaina jadi bingung sendiri. Lagi pula tadi Gara tidak muncul di kelas Kaina, jadi kemungkinan besar cowok itu tidak ingin pulang bersama dengan Kaina.

"Mau nggak?" Tanya Kafka memastikan. "Atau mau tetap nunggu Gara? Gue lihat tadi tuh anak masih asyik main bola di lapangan" lanjutnya memberitahu.

"Boleh deh" ucap Kaina pada akhirnya. Lagi pula tidak ada tanda-tanda bahwa Gara akan mengajaknya pulang. Lagi pula juga Kaina bukan pacar realnya Gara kan. Jadi bebas dong Kaina mau pergi sama siapapun.

Kaina naik ke motor matic Kafka. Bukannya tidak mampu untuk membeli motor gede, namun cowok itu memang lebih nyaman memakai matic ketimbang motor gede seperti cowok lainnya. Kafka juga cowok yang baik. Bukan berarti dia adalah good boy. Kafka juga nakal, ngerokok, suka pulang malam, terkadang bolos pelajaran. Namun nakal dengan sewajarnya. Cowok itu tidak suka phpin anak cewek. Hampir sama seperti Gara. Namun Gara tidak suka merokok. Gara juga terkadang ikut tawuran, hanya itu sih. Mereka memang bukan trouble maker. Walaupun masih ada geng trouble maker yang katanya sudah turun temurun dari jaman entah kapan namun Kafka dan Gara tidak mau masuk geng itu. Hanya terkadang Gara ikut nongkrong dan membantu tawuran.

"Kai makan dulu yuk" ajak Kafka. Cowok itu berbicara dengan sedikit berteriak. "Kan udah lama tuh kita nggak makan pecel lele-nya bang Riyan"

Fake MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang