Bagian enam belas : Gara dan Bella jadian

182 26 1
                                    

Happy reading!

Kaina tidak tau apa yang telah terjadi. Yang pertama kali ia lihat setelah membuka pintu utama rumahnya adalah mami yang menampar papi kemudian papi membalasnya.

Kaina hanya mampu diam mematung saat itu. Bibirnya terasa kelu. Mami dan papi belum menyadari kedatangan Kaina. Untuk pertama kali selama ia hidup, Kaina mendengar papi dan mami berbicara keras, kasar dan tanpa kasih sayang.

"Lo pikir gue nggak bisa bales!!" Bentak papi setelah ia mendaratkan telapak tangannya di pipi mami. "Gue juga bisa kasar asal lo tau!!"

Mami masih memegangi sebelah pipinya yang terasa kebas. Rasa sakitnya sama dengan pukulan. Terakhir kali ia mendapat rasa sakit semacam ini saat ia masih duduk di bangku SMA. Namun rasa sakit ini belum seberapa dibandingkan dengan rasa sakit hatinya.

Mami menurunkan telapak tangannya dari pipi. Ia balas menatap papi dengan tajam, walaupun sebenarnya ada getar di kedua telapak tangannya yang tergenggam.

"Gue nggak nyangka, orang yang gue pikir akan selamanya menjadi pelindung pertama gue malah berani memberikan rasa sakit ini." Ucap mami lirih namun tajam. Kaina masih mampu mendengarnya. Mami mencengkeram kerah baju papi kuat-kuat. "LO NGGAK TAU RASA SAKITNYA KAYAK APA BANGSAT!! KALO LO PENGEN BALIK SAMA RAISA BALIK AJA!! NGGAK ADA YANG NGELARANG!! TINGGALIN GUE SENDIRI!!"

Papi melepas paksa cengkraman tangan mami. "LEPAS ANJING!!"

Setelah itu yang Kaina lihat mami menyenggol guci hingga jatuh dan pecah. Lalu mami mengambil pecahan guci tersebut. Sebelum hal-hal lebih bodoh terjadi, Kaina harus segera menghentikannya.

Kaina membuka pintu lebih lebar lagi dan menghempaskannya begitu saja. Hingga terdengar bunyi gedubrak yang membuat mami dan papi menoleh secara bersamaan. Tanpa kata apapun, Kaina berbalik pergi. Cewek itu melihat Gara masih di depan pintu gerbang. Tanpa berpikir lagi Kaina naik ke boncengan Gara dan meminta cowok itu menjalankan motornya, tidak peduli dengan wajah kebingungan Gara.

Tepukan di bahu Kaina membuat cewek itu sadar dari lamunannya. Ternyata itu ulah Satria. Sudah tiga hari Kaina meminta Satria untuk mengantar atau menjemputnya. Kaina tidak mau dijemput papi, mami atau bahkan sopir sekalipun. Satria bahkan harus rela telat masuk kelas demi adiknya yang satu itu. Memang benar-benar Kaina ini!

Tapi dibalik itu semua Satria tidak peduli dengan ocehan dosennya. Ia lebih pusing memikirkan keadaan rumah dan tentunya Kaina yang selama tiga hari ini menjadi lebih pendiam. Cowok itu tau pasti ada sesuatu yang telah terjadi. Anehnya tidak ada satu pun orang yang berniat memberi tahu Satria.

"Lo pernah denger nggak cerita tentang orang yang pagi-pagi ngelamun?"

Kaina hanya menatap kakaknya malas. Tidak tertarik dengan cerita Satria yang sepertinya garing itu.

"Jodohnya jauh!!" Lanjut Satria tidak peduli dengan tatapan malas Kaina. "Sampe umur lima puluh taun belum ketemu sama jodohnya!"

Kaina masih diam. Ia tau kakaknya pasti berbohong.

"Kai!! Apa yang membuat gue benar-benar pengen nembak Aulia?"

Seketika Kaina menoleh dan melotot pada Satria. "Jangan jadian sama dia!!"

Satria terkekeh geli. Aulia ini adalah cewek paling tidak tau diri. Cewek itu sering kali sok baik pada Kaina demi mendapatkan perhatian Satria. Cewek itu emang cantik sih tapi Kaina tidak suka. Dia hanya baik di depan saja. Setelah Kaina tau bahwa Aulia sering morotin cowok dan pernah menjelek-jelekannya di depan teman-teman cewek itu, Kaina terang-terangan meminta Aulia agar tidak mendekati Satria lagi. Dan Kaina juga mengatakan bahwa ia tau kalau Aulia punya banyak muka di mana-mana. Terkadang Kaina memang sejujur itu.

Fake MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang