Bagian tiga : just fake mate

228 16 0
                                    

Aku masih berjuang untuk meraih cintamu

Happy reading!

Ingatkan Kaina untuk menggetok kepala Shania nanti karena gadis itu berani mengagetkannya. Shania berkacak pinggang dan menghadangnya di tempat duduknya sehingga Kaina tidak bisa keluar dari tempat duduknya sendiri.

Kaina mendesah pelan. Pasti ada hubungannya dengan Gara.

"Jelasin kenapa lo bisa jadian sama Gara?!!" Todongnya. Mau tidak mau Kaina duduk kembali. Begitupun dengan Shania.

"Karena Gara nembak gue. Dan kita sama-sama suka" jawab Kaina sesantai mungkin. Tidak ada yang boleh tau jika hubungan keduanya hanyalah sebatas pura-pura, termasuk Shania yang sudah terbiasa mengetahui segalanya tentang Kaina.

Shania menyipitkan matanya, "Gue mencium bau-bau kebohongan di sini" ucapnya sambil mengendus-endus seperti kucing. "Kai.. Kai.. lo tau sendiri gue nggak mudah dibohongin sama lo"

Kaina memutar bola matanya malas. Sahabatnya itu memang terlalu jauh mengerti kehidupan Kaina. Bahkan mereka sudah terlalu sering berbagi masalah mereka. Dan seharusnya Kaina memang tidak harus menyembunyikan apapaun dari Shania karena pada akhirnya gadis itu pasti akan tau juga.

"Shan.. gue sama Gara emang jadian. Dan lo tau itu" kata Kaina masih mencoba mengelak.

"Beneran emang Gara suka sama lo?" Tanya Shania tidak percaya. Setaunya Gara itu sukanya sama Bella, anak bahasa yang menjadi ketua cheerleaders. Kan aneh jika tiba-tiba Gara beralih haluan pada Kaina yang tidak cowok itu kenal.

Kaina menggigit bibir bawahnya. Bingung antara tetap membohongi Shania atau berterus terang. Dalam sejarah persahabatan mereka yang terbilang sangat lama itu tidak ada yang namanya kebohongan. Dari dulu mereka selalu jujur satu sama lain, ya terkecuali masalah-masalah tertentu yang memang tidak harus di umbar, seperti masalah keluarga misalnya. Namun jika Kaina mempunyai masalah dengan mami atau papinya gadis itu pasti akan bercerita pada Shania.

"Kai..."

Kaina mendesah pelan, "Lo jangan marah ya, gue sama Gara cuma pura-pura" ungkap Kaina jujur.

"What?" Shania mengernyitkan dahinya, antara mengerti dan tidak mengerti. "Maksudnya fake mate gitu?"

"Iya. Kita sepakat mau bikin Bella cemburu dan menyesal karena kadang nolak pdkt sama Gara"

"What the hell Kaina!! Lo mikir apa sih?!"

Sudah Kaina duga pasti Shania akan murka jika gadis itu tau kebenarannya. Tapi bukan Kaina namanya jika tidak bisa meredakan kemurkaan gadis itu dengan segala alasan yang ia punya. Kaina memang pandai memberi alasan. Jadi jangan heran jika gadis itu juga pandai berdebat dengan siapapun.

"Shan.. gue percaya cinta datang karena terbiasa, siapa tau Gara bisa suka sama gue karena sering jalan bareng sama gue" kata Kaina mantap berusaha membuat Shania setuju dengannya.

"Lo tuh goblok tau nggak!! Yang ada lo malah sakit sendiri tau!!" Shania dengan segala kekhawatirannya memang selalu berhasil membuat Kaina terharu. "Ya tuhan Kai, berhenti aja kenapa sih!!"

Kaina tersenyum,"Nggak pa-pa Shan, lo tau sendiri prinsip gue kayak apa"

"Lakuin apapun yang emang lo suka, jangan maksa untuk melakukan hal yang nggak lo suka" ujar Shania menirukan gaya bicara mami Kaina. "Haduh Kai lo tuh udah keracunan sama omongan mami lo tau nggak!! Ya tuhan mami, gue aduin mami lo ya!!"

"Eh jangan dong, bisa-bisa papi datengin Gara dan maksa dia biar suka sama gue" sungut Kaina tidak suka. Papi dan segala usahanya untuk membuat Kaina bahagia. "Nanti kalo gue mau berhenti gue pasti berhenti kok. Cuma saat ini biarin gue masuk ke dalam hidup Gara dulu"

Fake MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang