14

78 3 1
                                    

Typo bertebaran

Happy Reading❤

Follow and voment❤

____________________________________

Kisah kita bagaikan kaca yang terjatuh berubah menjadi serpihan kecil yang tak mampu untuk dikembalikan

🌈

"Pel gimana? lo berhasil?" tanya Melly langsung saat Pelangi baru saja memasuki kelas. Bahkan sahabatnya itu belum menduduki bokongnya dikursi namun sudah diajukan pertanyaan.

Pelangi tersenyum tipis lalu menggelang sebagai jawaban. Ia duduk di bangkunya setelah Melly menggeser tubuhnya untui memberikan Pelangi ruang karna gadis itu duduk di dekat tembok.

Melihat itu Melly menghela nafas. Sebenarnya ini semua perintahnya agar Pelangi bisa memperbaiki hubungannya dengan mantan kekasihnya. Yang notabenya masih Pelangi cintai. Melly tau. Sorot mata Pelangi menjelaskan semuanya.

"It's ok. Lo bisa coba lain kali" Ucap Melly sambil mengusap punggung gadis yang kini melanjutkan catatan yang harus dikumpulkan sekarang. Untung saja tepat saat masuk kelas barulah bel masuk berbunyi. Tapi ia harus segera menyelesaikan catatannya karna sebentar lagi akan diperiksa.

"Gak Mel. Udah cukup. Gue gak bisa paksa dia buat dengerin penjelasan gue. Kisah kita udah kaya serpihan kaca yang gak akan bisa kembali seperti semula"

"Jujur ke gue Pel. Lo masih sayang kan sama dia? Lo masih cintakan sama manusia es itu?Alasan satu satunya gue anggep hubungan lo berakhir sama Arjun itu bener, cuma ini. Lo masih cinta sama Revan. Iya, kan?" tanya Melly untuk kesekian kalinya dengan kedua tangannya yang menyentuh bahu gadis itu agar menghadapnya.

Pelangi menatap Melly. Ada sorot kepedihan disana.

"Gue pengen hubungan gue tetep baik sama mantan mantan gue. Tak terkecuali Arjun"

Melly menghela nafas memilih fokus pada handphonenya. Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran sahabatnya ini. Pelangi selalu saja berusaha membohongi perasaannya yang ujung ujungnya pasti akan menyakiti dirinya sendiri. Sampai kapan gadis ini akan mampu menyangkal semua? Sampai kapan ia masih bisa bertahan?

Sedangkan Pelangi dengan lemas kembali mencatat.

🌈🌈🌈

Tania keluar dari kamar Tasya saat gadis kecil itu sudah terlelap.

Ia melihat arloji yang menempel dipergelangan tangannya. Pukul 12 lebih malam tapi Revan belum pulang. Jangankan pulang sekedar memberi kabar pun pria itu tidak. Sebenarnya Revan pergi kemana? Tak biasanya ia akan pulang selarut ini. Pasti ada sesuatu.

Bunyi bel rumah menyadarkan Tania dari lamunannya. Ia segera turun menuju pintu dan membukanya.

Ia membulatkan mata saat apa yang baru saja dilihatnya. Cowok yang sedari tadi tak pulang dan tak memberinya kabar kini tengah berada dihadapannya dengan tampilan urak urakan, rambut yang berantakan, kaki yang sempoyongan, mata yang sedikit terpejam bersamaan dengan satu tangan menempel di dinding agar bisa menopang tubuhnya yang seperti sedang setengah sadar.

Revan mabuk. Jelas pria ini mabuk. Mabuk berat.

Dengan segera Tania membantu Revan masuk ke dalam. Menaruh satu tangan Revan, melingkarkan dibahunya dan menuntun pria itu ke ruang tamu yang berada di lantai bawah. Tak mungkin Tania harus membawa Revan ke kamarnya yang terletak dilantai atas mengingat tubuhnya dengan tubuh Revan yang tak sebanding. Setelah sampai Tania langsung membaringkan Revan lalu menyelimutinya hingga dada.

TwiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang