6

63 4 0
                                    

Happy Reading❤

Follow like and koment❤

____________________________________

Khawatirku bukan tanpa alasan
Hanya saja untuk saat ini masih sulit untukku jelaskan alasan apa itu

🌈


REVAN berjalan menyusuri koridor sekolah dengan tas yang tersampirkan dibahu. Jam 06:42 wib. Tak heran jika saat ini mulai ramai murid yang berjalan menuju kelas masing masing. Revan berjalan santai tak perduli dengan tatapan para siswa yang tak sengaja berpapasan dengannya atau yang sengaja berdiri di depan kelas entah untuk apa. Pasalnya kini wajah tampan cowok itu penuh dengan luka memar dibagian pipi, pelipis dan sudut bibir yang robek menyisakan sedikit darah yang mengering. Mereka semua menatap Revan dengan raut wajah kaget dan penasaran. Baru pertama kali ini melihat most wanted sekolah dengan penampilan urak urakan. Seperti orang yang habis beradu jotos. Ralat, memang habis beradu jotos.

Malam itu. Dimana Revan memilih menghindari masalahnya dengan pergi ke club tempat yang biasa ia datangi jika dalam keadaan kacau. Tapi bedanya kemarin dia tak menyentuh segelas minumanpun untuk sekedar menghilangkan rasa stresnya. Dia hanya duduk sambil bermain handphone sesekali memperhatikan para pengunjung yang asik menari dibawah lampu kerlap kerlip itu dengan diiringi musik. Dan pulang pukul 3 pagi berakhir dengan wajah babak belur. Itu karena dirinya yang tak sengaja menabrak orang salah satu pengunjung yang sudah mabuk berat. Lebih tepatnya seseorang itu yang berjalan mundur dan menabrak dada Revan. Namun orang itu tak mau disalahkan. Namanya juga orang yang sudah kehilangan kesadaran. Orang itu menyuruh Revan meminta maaf tapi Revan tak peduli dan memilih pergi karna memang dia tidak salah. Jadilah orang itu mengamuk memukul Revan dibantu kawan kawannya. Satu berbanding tujuh tentu saja Revan kalah dan terkapar.

Revan berjalan dikiridor kelasnya. Langkahnya terhenti saat melihat Pelangi keluar dari kelasnya. Namun detik berikutnya ia lebih memilih meneruskan langkahnya.

Tatapan Pelangi tak bisa lepas dari tubuh Revan dari pertama keluar kelas. Dia kaget melihat wajah cowok itu yang penuh dengan luka memar. Ada sedikit rasa khawatir. Ah lebih tepatnya dia sangat khawatir melihat keadaan cowok itu yang tak bisa dibilang biasa saja. Bahkan rasa kebeletnya tadi menghilang begitu saja saat bertemu Revan dengan kondisi seperti itu.

Terbesit dihatinya untuk mengobati luka cowok itu. Diapun memanggil Revan membuat langkah cowok itu terhenti.

"Revan" Panggil Pelangi kecil namun mampu didengar Revan.

Revan memghentikan langkahnya tapi tak kunjung berbalik. Lebih menunggu saja apa yang akan dikatakan gadis itu.

Pelangi melangkahkan kaki dan berhenti tepat dihadapan pria itu. Pagi ini koridor kelasnya sedang sepi. Jadi Pelangi tak akan pusing jika tiba tiba saja tukang gosip menggosipinya tengah balikan dengan Revan. Pelangi berfikir seperti itu. Mengingat dulu betapa fenomenanya hubungan mereka. Tak luput dari tukang gosip sekolah.

"Kamu kenapa? Habis berantem?" Tanya gadis itu sambil menatap Revan yang kala itu menatap lurus ke depan. Pelangi tersenyum kecut. Seperti itukah hubungan jika sudah menjadi mantan? saling bermusuhan.

"Kayanya luka kamu enggak kamu obatin. Aku obatin ya"

Revan menarik kembali tangannya yang tadi ditarik oleh Pelangi agar mengikutinya.

"Masalah lo apa?" Tanya Revan yang lebih tepatnya untuk menyadarkan gadis itu. Bahwa dia sama sekali tak ada hak untuk mengobati Revan.

Rasa nyeri menjalar dihati Pelangi kala mendengar ucapan Revan. Dia tau Revan membencinya tapi apakah salah dia hanya ingin mengobati pria itu? Pelangi sendiri tidak tau. Mengapa hati dan otaknya menyuruhnya melakukan hal itu padahal statusnya dengan Revan sudah tidak ada apa apa. Gadis itu menghela nafas lalu menatap pria yang juga kini tengah menatapnya datar.

TwiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang