TIGA BELAS

30 2 0
                                    

Sajian makanan sudah ditata dengan rapih di meja persegi panjang yang ada di ruangan mewah nan elegan ini. Dua orang paruh baya yang sedang berbincang dengan salah satu pelayan yang menyiapkan makanan tadi, memastikan bahwa tidak ada hal yang terlewat. Lantas mereka menghampiri dua lelaki dengan setelan jas rapih yang sedang duduk sembari memainkan ponsel masing-masing di kursi yang mengelilingi meja persegi panjang itu. Mereka tidak terlihat seperti kakak dan adik, dan lebih terlihat seperti orang yang sedang bermusuhan. Mengapa dikatakan demikian? Karena jarak antar tempat duduk mereka cukup jauh. Yang satu duduk di kursi yang ada di salah satu ujung meja, yang satunya lagi di ujung meja yang lainnya.

"Keluarga Bagaskara lagi di jalan. Mungkin sebentar lagi sampai." ucap wanita paruh baya dengan dress merah yang melekat di tubuhnya.

Lelaki yang ada di kiri wanita paruh baya itu dengan serius memperhatikan ucapannya dan meresponnya dengan anggukan dan senyuman. Berbeda dengan lelaki yang ada di sisi kanannya. Ia terus memainkan ponsel ketika wanita itu berbicara, hingga membuat si wanita menegurnya.

"Rasya."

Rasya mengangkat kepala menatap orang yang memanggilnya.

"Jaga sikap kamu."

Ucapan penuh tekanan dari wanita itu membuat Rasya tidak bisa berkutik. Ia menatap kepergian wanita yang entah kemana perginya itu. Diikuti pria yang sedari tadi setia berada di sampingnya. Tatapan Rasya tertuju pada lelaki di seberangnya. Lelaki yang satu tahun lebih tua darinya itu balas menatap Rasya. Tatapan menusuk Rasya berikan padanya.

"Gue ke toilet sebentar." ucap Rasya sembari berlalu menuju toilet.

Raska menatap kepergian adiknya itu dengan rasa khawatir. Ia tahu keadaan hati Rasya saat ini sedang tidak baik. Dan ia lebih khawatir lagi jika acara pertemuan keluarga ini kacau karena ulah adiknya itu.

Rasya menatap pantulan dirinya pada cermin besar di toilet. Hari ini acara pertemuan keluarga antara keluarga Alaska dan keluarga Bagaskara. Orang tuanya, Alaska dan Riana terbang dari kediaman mereka di London dan sampai ke Jakarta pada sore hari tadi. Mereka sudah mempersiapkan hal ini dari jauh-jauh hari. Restoran bintang lima yang sekarang ini menjadi tempat pertemuan keluarga pun sudah mereka rencanakan sebelum mereka sampai disini. Rasya menghela napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan nanti pada keluarga Bagaskara. Ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Saat ini pikirannya benar-benar kacau. Dan satu niatan muncul dalam hatinya. Ia mengambil ponsel di dalam saku celana hitamnya dan mulai mencari kontak seseorang yang ingin ia hubungi.

♥♥♥

Alya yang baru saja selesai bekerja malam ini, langsung menuju halte untuk mencari taxi yang bisa membawanya pulang. Hari ini jam kerjanya ditambah karena peningkatan pengunjung yang sangat membuat para pelayan kewalahan, sehingga ia baru bisa pulang di jam malam ini. Tapi, tepat ketika ia sampai di halte, hujan turun cukup deras. Alya yang tadinya ingin mencari taxi, mengurungkan niatnya dan menatap rintikan air yang turun dari langit dengan senyuman indahnya.

Ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk. Ia melihat nama Rasya tertera di sana dan segera menekan tombol terima.

"Halo, Sya?"

"Hai, Al. Saya ganggu?" tanya Rasya di seberang sana.

"Ngga, kok. Ada apa telepon?"

Rasya tedengar bergumam, "Cuma pengen denger suara kamu aja."

"Pasti alasannya selalu gitu setiap nelepon saya." ucap Alya diselingi kekehan.

Rasya pun ikut terkekeh, "Lagi apa, Al?"

"Saya baru selesai kerja, tapi pas lagi nyari taxi tiba-tiba hujan. Jadi saya tunggu hujannya reda dulu."

"Kok pulangnya jam segini? Biasanya, kan, jam kerja kamu selesainya sore."

Singing in The Rain [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang