Alya menghela napas ketika membaca pesan masuk dari Rasya. Di sampingnya, Alea dan Danu tengah beradu pendapat tentang seberapa tinggi dari bangunan berlantai sepuluh yang mereka datangi siang ini. Alya tidak tahu apa yang membuat Alea dan Danu menjadi dekat seperti sekarang ini. Yang ia tahu, Danu pernah menolong Alea ketika gadis itu menangis dan berakhir dengan Danu yang menggendongnya karena kaki Alea terkilir. Apa mungkin sejak saat itu mereka menjadi dekat? Hm, entahlah.
Saat ini mereka -Alya, Alea, dan Danu- sedang berada di salah satu mall di ibu kota untuk menyegarkan badan dan pikiran yang terlalu lelah di pakai bekerja. Awalnya, ini hanya rencana yang dibuat Alya dan Danu karena hari libur keduanya sama. Tapi, ketika Rasya tahu, lelaki itu bersikeras untuk ikut. Karena Danu tidak ingin menjadi obat nyamuk ketika ia berada di antara Alya dan Rasya, ia pun mengajak Alea, gadis yang tengah dekat dengannya. Mereka duduk di kursi yang disediakan pihak mall di loby yang pertama kali mereka masuki ketika memasuki mall ini. Rasya mendadak ada urusan penting di kantornya sehingga membuat Alya harus berangkat seorang diri. Lelaki itu meminta mereka untuk menunggunya karena kemungkinan urusan di kantornya tidak akan membutuhkan waktu yang lama. Alhasil, di loby inilah mereka menunggu Rasya dengan Alya yang malah terlihat seperti obat nyamuk saat kedua temannya begitu asik dengan argumen mereka.
"Al, aku heran, deh sama teman kamu yang satu ini. Dia laki-laki tapi gak mau ngalah."
Alya hanya tertawa kecil mendengar protes dari Alea yang sedikit kesal itu.
"Rasa mengalah gue itu hanya akan gue kasih buat istri gue nanti. Kalau lo mau gue ngalah, berarti lo harus jadi istri gue. Mau?"
Lain halnya dengan Alya yang sudah tidak kuat menahan tawa, Alea diam tidak berkutik dengan semburat merah yang muncul di kedua pipinya. Oh, apa dia tersipu dengan celetukan Danu?
"Gimana Rasya? Dia udah jalan?" tanya Alea mengalihkan pembicaraan
"Kayaknya Rasya bakal agak lama, deh. Dia baru aja whatts app kalau urusan di kantornya belum selesai."
"Kalau gitu, kita makan dulu aja, yuk! Sambil nunggu Rasya. Gue lapar banget, nih."
Alya dan Alea mengikuti saran Danu karena mereka juga tidak bisa memungkiri bahwa mereka kelaparan.
Bangkit dari duduk, mereka berjalan mencari tempat makan untuk mengisi perut mereka yang keroncongan. Restoran yang menyajikan berbagai masakan khas Negeri Gingseng yang terlihat ramai itu menjadi pilihan mereka untuk memanjakan lidah.
Saru per satu makanan yang mereka pesan sudah habis disantap sampai perut ketiganya kekenyangan. Namun, sampai saat ini mereka sudah menghabiskan beberapa porsi makanan, batang hidung Rasya belum juga terlihat. Pesan terakhir yang Alya kirim pun masih belum dibaca oleh lelaki itu. Alya mengerti dengan posisi Rasya. Lelaki itu pasti sibuk mengurus pekerjaannya. Dan Alya memilih untuk tidak mengganggunya.
Ketidak hadiran Rasya membuat Alya sepenuhnya menjadi obat nyamuk sepanjang ia berada di tengah-tengah Alea dan Danu. Dua sejoli itu sangat asyik sendiri sampai melupakan Alya yang terus membuntuti mereka. Ketika Alya kesal walaupun hanya dibuat-buat karena mereka tidak mempedulikannya, mereka hanya saling terkekeh, meminta maaf, lalu kembali tidak menghiraukannya. Ah, sungguh menyebalkan.
Malam pun tiba. Tidak terasa mereka sudah menghabiskan waktu sejak siang hari yang terik tadi sampai sekarang dengan matahari yang sudah tenggelam di ufuk barat sana. Ya, hanya Alea dan Danu yang terlihat menikmati acara penyegaran ini. Tidak dengan Alya yang menjelma menjadi obat nyamuk tanpa adanya Rasya. Tapi, melihat dua temannya sangat bahagia, membuat ia pun turut bahagia melihatnya. Dan setelah Alya perhatikan, ternyata Alea dan Danu cocok satu sama lain. Bahkan, Alya menemukan beberapa kesamaan dari Alea dan Danu ketika membuntuti mereka tadi. Seperti, mereka menyukai jenis buku yang sama, selera fashion mereka juga sama, mereka kurang suka makanan manis, dan mungkin masih banyak lagi kesamaan mereka yang tidak Alya ketahui. Bagaimana pun juga Alya akan mendoakan yang terbaik untuk mereka, dan semoga mereka berjodoh.
Mereka berpisah di depan mall. Alya mendapat pesan dari Rasya lima menit lalu yang mengatakan bahwa lelaki itu akan menjemputnya. Jadi, ketika Danu mengantar Alea pulang tadi, Alya kembali duduk di tempat yang sama ketika pertama kali ia, Alea, dan Danu memasuki mall ini. Pengunjung mall tidak terlalu ramai. Mungkin karena hari ini weekday, orang-orang tidak bisa pergi ke mall karena banyak hal yang harus mereka lakukan?
Rasya datang setelah hampir setengah jam Alya menunggu. Mereka lantas menuju basement tempat mobil Rasya terparkir. Alya sempat menawari Rasya untuk makan karena lelaki itu belum makan sedari pagi. Tapi Rasya tidak ingin makan di mall. Ia memilih untuk makan di warung kaki lima langganannya yang ada di dekat kantor Alaska. Alya sempat protes karena itu hanya akan membuat Rasya bolak-balik. Tapi, Rasya tidak mempermasalahkannya. Alya pun tidak bisa memaksa. Akhirnya mereka melesat menuju ke sana.
Setelah menemani Rasya makan, ya, Alya hanya menemani karena ia masih terlalu kenyang ketika makan bersama Alea dan Danu di mall tadi, Rasya membawa Alya ke taman danau lampu yang sering mereka datangi. Sebagai ganti karena ia tidak bisa datang ke mall tadi, dan sebagai permintaan maaf karena Alya harus menjadi obat nyamuk di tengah Alea dan Danu. Rasya tak bisa berhenti tertawa saat Alya menceritakan nasibnya ketika bersama Alea dan Danu yang berujung dengan pukulan bertubi yang mendarat di lengan lelaki itu.
Sampai di taman dengan danau yang dihiasi cahaya lampu warna-warni, Rasya dan Alya duduk di gazebo yang biasa mereka tempati. Setiap kali mereka datang ke taman ini di malam hari, selalu tidak siapa pun. Dan itu membuat keduanya merasa taman ini adalah milik mereka. Sangat lucu.
Tidak ada yang mereka lakukan selain saling bersandar satu sama lain. Alya menyandarkan kepalanya di bahu Rasya, dan Rasya yang menyandarkan kepalanya di puncak kepala Alya. Mereka saling menggenggam sembari menikmati keindahan danau lampu yang menjadi pemandangan di hadapan mereka.
"Al, aku beli camilan dulu, ya? Biar gak sepi."
Tarikan tangan Alya membuat Rasya yang sudah siap beranjak dari tempatnya kembali duduk. Ia menatap Alya bingung.
"Biar aku aja yang beli. Aku masih ingat terakhir kali kamu beli camilan. Satu produk tapi banyak. Aku gak mau kayak gitu. Jadi, biar aku aja yang beli. Kamu tunggu di sini."
Rasya terkekeh mendengar penuturan gadis itu yang mengungkit prihal camilan yang ia beli. Rasya memang tidak padai atau bahkan tidak bisa memilih camilan karena ia sendiri tidak begitu suka dengan camilan. Jadi, ketika hari itu ia membeli camilan, ia hanya mengambil satu merk camilan yang ia tahu dalam jumlah yang banyak. Alya yang melihatnya pun dibuat bingung dan tidak percaya.
Jarak taman dengan minimarket agak jauh walaupun masih bisa ditempuh hanya dengan jalan kaki yang membutuhan waktu sekitar sepuluh menit. Dan Alya harus menyeberang jalan untuk sampai ke minimarket itu. Bukan jalan raya, tapi tak sedikit kendaraan sering melintas di jalan itu.
Ketika selesai membeli beberapa camilan, Alya berdiri di tepi jalan memperhatikan seekor kucing yang sepertinya sedang kesakitan di tengah jalan. Ia melangkah menghampiri si kucing yang ternyata mempunyai luka di kakinya. Alya berdiri memangku kucing putih itu tanpa beranjak dari tempatnya. Hingga sinar yang begitu terang mengarah padanya membuat ia menoleh. Sebuah mobil yang tidak Alya ketahui bentuknya mendekat ke arahnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Seluruh tubuhnya seolah tidak mendengar perintah yang diserukan otaknya untuk melangkahkan kaki dan menghindar dari mobil itu. Ia tidak bergeming barang seinci pun ketika mobil itu terus mendekat.
Dan terjadilah.
Kucing yang malang. Ia mendapat luka baru ketika luka lamanya belum sembuh.
Dan orang baik itu.
Tubuhnya melayang ketika mobil itu menghantamnya. Suara yang begitu mengerikan terdengar ketika tubuhnya jatuh ke bagian depan mobil sebelum akhirnya ia tergeletak di aspal dengan bau amis yang mengalir di bagian kepalanya.
Hanya ada satu orang yang terbayang di kepalanya ketika ia menatap cincin yang melingkar di jarinya saat kesadarannya perlahan menghilang.
Seseorang yang ia cinta.
***
Hayo, lho...
Siapa tuh yang ketabrak?
Kucing? Pasti!
Terus siapa lagi?
Alya? Yakin?
Kenapa?
Karena cincin yang dia pakai?
Yang pake cincin di jarinya banyak kalii, bukan cuma Alya hehe:D
Penasaran?
Tunggu chapter selanjutnyaaa~~~Mohon dukungannya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Singing in The Rain [REVISI]
FanficMerdu.... Suara merdu itu membuat Rasya sangat menantikan hujan. Indahnya lantunan lagu yang dinyanyikan oleh Alya, senada dengan suara air hujan yang mengenai permukaan. Ketika menantikan apa yang Rasya nantikan, timbul kekhawatiran yang teramat s...