Suara isak tangis terdengar di tepi jalan yang sepi dan sunyi ini. Seorang wanita dengan dress selutut berwarna putih yang dikenakannya terduduk dikursi yang ada di tepi jalan tersebut. Sembari menutup wajah dengan telapak tangannya, ia menangis tersedu-sedu. Membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa ketakutan, karena bisa saja mereka mengira seorang wanita berbaju putih yang menangis dimalam hari itu adalah sosok hantu.
Kembali ke kejadian beberapa jam lalu.
Ibu Sofi yang tak lain dan tak bukan adalah ibu dari Alea, meminta putrinya itu untuk melakukan fitting baju. Seperti yang sudah ia dengar dari keluarga Alaska, bahwa Raska sudah mengurus semua kebutuhan untuk acara pernikahan Alea dan Rasya. Sisanya hanya fitting baju yang harus dilakukan oleh kedua calon mempelai itu. Tapi, lagi-lagi Alea menentang dan kembali terjadi keributan antara ibu dan anak. Alea yang merasa kesal karena omongannya yang sudah tidak didengar lagi oleh orang tuanya, keluar dari rumah lantas berlari mengikuti kemana langkah kakinya menuju. Tanpa membawa uang ataupun ponsel yang merupakan benda penting. Dan disinilah ia berada. Di tepi jalan yang sepi. Melihat keadaan yang terlihat sepi ini, membuat ia mendapat kesempatan untuk menumpahkan kesedihannya.
Sudah hampir setengah jam Alea menangis tersedu dikursi yang didudukinya. Tidak ada tanda-tanda bahwa ia akan menghentikan tangisannya.
"Permisi."
Mendengar suara seseorang lantas ia menghapus air matanya ke lain arah, lalu menatap orang yang sudah mengganggu acara menangisnya itu.
"Iya?" tanya Alea pada lelaki berkemeja kotak-kotak yang ada dihadapannya.
Lelaki itu menyodorkan sebungkus tisu berukuran kecil pada Alea, "Butuh tisu?"
Bukan maksud untuk menawarkan barang dagangan atau apa pun itu, sepertinya lelaki di hadapan Alea ini menyadari jika gadis itu menangis.
Alea menatap sebungkus tisu yang disodorkan padanya dengan bingung. Mengapa lelaki ini memberinya tisu? Begitu fikirnya. Tapi, tanpa berfikir panjang dan menghiraukan bahwa orang yang sekarang ini ada di hadapannya adalah orang asing, Alea mengambil sebungkus tisu tersebut karena memang ia membutuhkannya.
"Makasih." ucap Alea
Lelaki itu tak berkata lagi. Sebelum ia melangkah pergi, ia terlihat menimang sesuatu. Hingga pada langkahnya yang ke tiga, ia berbalik dan kembali menghampiri Alea, membuat yang dihampiri heran.
"Kalau malam, jalanan disini rawan penjahat. Mulai dari copet sampe orang-orang mabuk yang sering godain perempuan selalu ada disini setiap malam. Apalagi lo perempuan. Gak baik perempuan keluar malam sendirian. Lebih baik, sekarang lo pulang, daripada yang tadi gue sebutin terjadi sama lo." ucap lelaki itu
Mendengar penjelasan si lelaki membuat Alea merinding ketakutan. Pantas saja jalanan disini sepi. Ternyata banyak kejahatan yang terjadi disini.
Mengikuti saran lelaki itu, Alea pun pamit kepadanya dan berjalan kembali ke rumahnya setelah mengucapkan terimakasih pada lelaki itu. Si lelaki pun kembali melanjutkan langkahnya yang tadi sempat tertunda ke arah yang berlawanan dengan Alea.
"Aw."
Suara rintihan yang cukup keras itu membuat lelaki yang baru saja melanjutkan langkahnya di langkah ke lima kembali terhenti. Ia berbalik dan melihat Alea yang terduduk membelakanginya. Merasa khawatir, ia segera menghampirinya.
"Kenapa?" tanya si lelaki menjongkokkan dirinya di hadapan Alea.
Alea meringis kesakitam sembari menunjuk batu yang cukup besar yang ada di dekatnya, "Aku gak lihat ada batu. Jadinya kesandung."
"Tapi lo gak apa-apa? Ada yang sakit?"
Alea menggeleng, "Cuma sedikit keseleo aja kayaknya. Gak apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Singing in The Rain [REVISI]
FanfictionMerdu.... Suara merdu itu membuat Rasya sangat menantikan hujan. Indahnya lantunan lagu yang dinyanyikan oleh Alya, senada dengan suara air hujan yang mengenai permukaan. Ketika menantikan apa yang Rasya nantikan, timbul kekhawatiran yang teramat s...