ENAM

29 4 0
                                    

"Baik, kita cukupkan rapatnya sampai disini. Dimohon untuk para unit kerja melakukan apa yang tadi sudah dibahas. Terimakasih." tutup Rasya pada rapat mingguan di kantornya.

Sebagai pemimpin perusahaan, jadwal Rasya sangat padat. Seperti hari ini. Mulai dari pagi tadi ia harus menemui klien, makan siang bersama relasi, memimpin rapat, dan sekarang ini ia mempunyai janji temu dengan salah satu pimpinan perusahaan untuk melakukan hubungan kerja sama. Betapa sibuknya jadwal seorang pimpinan muda ini.

Rasya menaiki lift untuk sampai ke lantai dasar bersama sekretarisnya, Ibu Tari. Sampailah mereka di lobby kantor, tempat mereka bertemu dengan Bapak Andito, direktur SONI GROUP yang akan bekerja sama dengan perusahaan Rasya. Setelah saling menyapa, Rasya dan juga Ibu Tari membawa Bapak Andito untuk melihat-lihat sekitar kantor berlantai lima ini.

"Saya sangat tertarik dengan interior perusahaan ini. Tidak terlalu berlebihan." puji Bapak Andito ketika diajak melihat-lihat kantor Rasya.

"Aahh, terimakasih, Pak. Memang, kami memilih tema untuk kantor ini yang tidak terlalu mencolok." ucap Rasya

Setelah satu jam Rasya mengajak Bapak Andito melihat-lihat sekitar, mulailah mereka membahas tentang kerja sama perusahaan di ruangan Rasya.

Pertemuan antar dua perusahaan yang akan melakukan kerja sama itu pun selesai setelah hampir satu jam lamanya mereka berbincang di dalam ruangan. Bapak Andito pun pamit kembali ke kantornya. Dan dengan pamitnya Bapak Andito, kegiatan Rasya pun selesai. Ia meminta sekretarisnya untuk mengurus berkas-berkas yang tadi dibahas dengan Bapak Andito. Setelah itu, Rasya menuruni lantai dan berjalan ke parkiran menuju mobilnya. Ia ingin segera sampai di rumah dan berbaring di kasur empuknya. Pedal gas pun dipacu olehnya membelah jalanan kota yang ramai lancar di sore menjelang malam ini.

♥♥♥

"Oh, Abang masih dikantor? Yaudah, aku naik taxi aja, deh."

"Iya, gak apa-apa, Bang. Iya."

Alya mengakhiri panggilan dan memasukkan ponsel ke saku celananya. Karena Bang Aldi yang sudah janji akan menjemputnya masih ada urusan di kantornya, terpaksa Alya harus pulang naik taxi. Ia berjalan ke arah halte untuk mencari taxi yang sedang beroperasi. Tak lama kemudian, taxi pun datang dan Alya masuk ke dalam sembari memberi tahu tujuannya.

Di tengah perjalanan, taxi yang Alya tumpangi mogok. Supir taxi itu meminta Alya untuk menunggu sebentar, sementara ia mencoba untuk membetulkan mesinnya. Alya menurut, ia berniat duduk di kursi gerobak bakso yang kebetulan ada tidak jauh dari mogoknya taxi yang ia naiki.

"Bang, saya numpang duduk disini, boleh?" tanya Alya pada tukang bakso itu. Karena akan tidak sopan jika ia tiba-tiba duduk tanpa meminta ijin terlebih dahulu.

"Oh, boleh, Mbak. Silahkan." jawab abang bakso itu ramah

"Makasih, Bang." Alya pun duduk di bangku plastik yang ada di dekatnya.

"Mau sekalian baksonya, Mbak?" tawar si abang bakso

"Oh, nggak, Bang. Saya pesan air mineralnya aja, boleh?"

"Boleh, Mbak. Sebentar."

"Ini, silahkan, mbak."

"Makasih, Bang." Alya mengeluarkan uang dan membayarnya pada tukang bakso itu.

Sudah hampir setengah jam, tapi taxi yang sedari tadi dibetulkan oleh pak supir tak kunjung jalan. Sudah berkali-kali ia mencoba menghidupkan mesin, tapi tidak ada satu pun dari percobaannya yang berhasil. Alya menghampiri supir itu.

"Pak, gimana? Masih belum bisa?" tanya Alya

Pak supir menghela nafas lelah, "Iya, Mbak. Sudah saya coba berkali-kali tapi tetap nggak bisa. Maaf, Mbak, mungkin Mbak bisa cari taxi yang lain saja jika lama menunggu. Saya minta maaf, Mbak."

"Yaudah, nggak apa-apa, Pak. Kalau gitu saya cari taxi lain aja. Ini, uangnya, Pak." ucap Alya memberikan uang pada supir itu.

"Oh, nggak usah, Mbak. Saya, kan belum ngantar Mbak sampai tujuan. Jadi, nggak usah dibayar, Mbak." tolak si supir.

"Nggak apa-apa, Pak. Ini udah setengah jalan, kok. Bapak ambil aja uangnya."

"Yaudah kalau gitu. Makasih ya, Mbak."

Alya pun berjalan mendekati tepi jalan untuk mencari taxi lain yang lewat.

Tin..Tiin...

Alya merasa tidak asing dengan mobil yang sekarang ini menepi ke arahnya.

"Hey."

Dan dugaannya pun benar. Rasya pemilik mobil sedan hitam itu. Ia keluar dari mobilnya dan menghampiri Alya.

"Kok ada disini? Lagi ngapain?" tanya Rasya

"Oh, ini, tadi taxi yang saya tumpangin tiba-tiba mogok. Jadi, saya mau nyari taxi lain yang lewat."

Rasya mengangguk, "Oh, gitu. Ikut saya aja. Saya antar. Gimana?"

"Aah, nggak usah, saya cari taxi aja."

"Udah mau gelap, lho. Langitnya juga mendung. Dari pada nanti hujan terus kamu kehujanan, lebih baik saya antar aja."

Alya menengadah melihat gumpalan awan hitam yang mungkin sebentar lagi akan menumpahkan kesedihannya. Ucapan Rasya ada benarnya juga. Lagipula sekarang ini ia ingin segera merebahkan diri di kasur. Setelah mempertimbangkannya, Alya pun menerima ajakan Rasya. Mereka masuk ke dalam mobil dan melesat menuju kediaman Alya.

♥♥♥

"Makasih, ya. Mau mampir dulu?" tawar Alya kepada Rasya ketika mereka sudah sampai di depan rumah Alya.

"Nggak usah, makasih. Saya langsung pulang aja."

"Oh, yaudah. Sekali lagi makasih, ya?"

"Iya, sama-sama."

Belum sempat Rasya membuka pintu mobilnya, Bang Aldi datang dengan motor kawasaki-nya. Rasya yang hendak membuka pintu mobil mengurungkan niatnya, dan menghampiri Bang Aldi untuk sekedar menyapa.

"Al, kok baru nyampe? Bukannya udah pulang dari tadi?" tanya Bang Aldi heran. "Kok bisa barengan sama Rasya?" Bang Aldi turun dari motor nya lalu mendekati Alya dan Rasya.

"Taxi yang aku tumpangin mogok, Bang. Kebetulan ketemu Rasya disana, jadi, barengan, deh." jelas Alya

"Kenapa nggak ngabarin Abang? Kan bisa sekalian."

"Ya, aku kira Abang masih lama dikantor."

Bang Aldi menghela nafas sembari menggelengkan kepalanya, "Mau masuk dulu?" tanya Bang Aldi pada Rasya

"Nggak, Bang, lain kali aja. Saya mau langsung pulang." jawab Rasya

"Oh, gitu. Yaudah hati-hati kalo gitu." ucap Bang Aldi

"Iya, Bang. Permisi." pamit Rasya

"Iya."

Rasya pun berjalan kearah mobilnya, dan Alya balik badan memasuki rumahnya. Bang Aldi masih memperhatikan Rasya yang dua langkah lagi sampai di mobilnya.

"Rasya." seru Bang Aldi menghentikan langkah Rasya

"Iya?"

Bang Aldi menghampiri Rasya dan menampakkan wajah seriusnya, "Gue nggak akan ngebiarin Alya jatuh ke orang yang salah. Keseriusan dan kesungguhan dari orang itu penting buat gue."

Rasya mengeryit mendengar ucapan Bang Aldi. Apa maksudnya? Mengapa ucapan Bang Aldi terdengar seperti peringatan untuk Rasya?

♥♥♥

Mohon dukungannya:)

Singing in The Rain [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang