LIMA BELAS

47 1 0
                                    

Sudah satu minggu berlalu semenjak acara tahun baru di kantor Alaska. Dan sudah satu minggu ini pula Alya dan Rasya belum bertemu kembali. Jadwal pimpinan muda itu sangat sibuk satu minggu terakhir ini hingga membuatnya kesulitan untuk menemui Alya. Berbeda dengan Raska, lelaki itu rajin menemui Alya dalam satu minggu terakhir ini. Bahkan, sudah beberapa kali ia mengantar Alya pulang dan bertemu dengan orang tua gadis itu. Tentu saja Raska memanfaatkan kesempatan dengan mendekati Alya disaat Rasya sedang sibuk dengan pekerjaan kantornya. Dan Alya juga menjadi lebih mengenal Raska lebih dalam lagi karena pertemuan satu minggu itu. Raska juga bercerita bahwa ia adalah pimpinan perusahaan yang ada di Amerika tanpa memberitahu nama perusahaannya.Tapi, Alya masih belum mengetahui fakta bahwa Raska dan lelaki yang menyatakan cinta padanya malam tahun baru kemarin adalah saudara kandung, karena memang Raska tidak membeberkan tentang hal itu.

Membayangkan wajah Rasya membuat Alya terus memikirkan bagaimana ia harus bersikap ketika bertemu dengan lelaki itu. Pasalnya, kejadian di rooftop kantor Alaska tahun baru kemarin terus membayangi pikirannya. Ia juga bingung dengan jawaban apa yang harus ia berikan pada Rasya.

Hari ini aktivitas di Klasiko Resto berjalan seperti biasanya. Pegawai yang diberi libur tahun baru pun sudah kembali bekerja, termasuk Alya. Gadis itu dengan cekatan melayani para pelanggan yang datang ke Klasiko di siang hari ini. Nampan berisi pesanan pelanggan ia bawa dengan hati-hati ke meja si pemesan. Hilir-mudik ia menghampiri pelanggan yang satu ke pelanggan yang lain untuk melayani mereka.

"Al, VIP 3."

Danu memberikan service trolley berisi makanan yang cukup banyak pada Alya dan memintanya untuk mengantarkan makanan tersebut ke ruang VIP nomor tiga. Dengan sigap Alya mendorong service trolley itu ke tempat yang dituju.

Pintu berwarna cokelat dengan bertuliskan angka tiga di tengahnya, Alya buka sembari memberi sapaan. Dimana ada dua orang paruh baya yang kemungkinan mereka adalah sepasang suami istri sedang terduduk di kursi yang mengelilingi meja makan di tengah ruangan itu. Alya menata beberapa makanan yang ada di service trolley ke meja makan tersebut.

"Gimana, Ma, Rasya udah di kabarin?"

Pertanyaan yang dilontarkan pria kepada wanita yang ada di sampingnya, membuat pergerakan Alya terhenti. Rasya? Apa jangan-jangan mereka orang tua Rasya? Begitu pikirnya. Tapi, Alya berpikir kembali bahwa nama Rasya di dunia ini bukan hanya Rasya yang ia kenal saja. Ia pun menepis pikirannya dan kembali melanjutkan kegiatannya menata makanan.

"Sudah, Pa. Dia bilang lagi jalan kesini. Keluarga Bagaskara juga lagi di jalan."

"Silahkan dinikmati, Pak, Bu. Permisi." ucap Alya setelah selesai menata makanannya.

"Iya, terimakasih, Mba." ucap wanita dan pria itu serempak.

Alya keluar dari ruang VIP itu sembari mendorong service trolley yang sudah tidak ada makanannya lagi. Dari arah berlawanan datang seorang lelaki yang sangat ia kenal. Lelaki itu menghampirinya dan membuat langkahnya terhenti.

"Hai, Al." sapa lelaki itu

"Ra- Rasya?"

Setelah satu minggu tidak bertemu, disinilah sekarang mereka bertemu. Alya sangat gugup ketika berhadapan dengan Rasya.

"Ka- kamu udah pulang kerja? Udah pesen makanan?" tanya Alya berusaha bersikap seperti biasa tapi terlihat jelas dari gelagatnya bahwa ia sedang gugup.

"Sebenernya belum jam pulang kerja. Aku ada urusan dan diminta buat datang kesini."

"Oh, gitu. Yaudah, a-aku mau lanjut kerja dulu."

"Tunggu, Al. Jam kerja kamu selesai sore, kan?"

"I-iya."

"Aku antar kamu pulang, ya?"

Singing in The Rain [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang