DUA PULUH LIMA

11 1 0
                                    

Secangkir kopi di atas meja yang ada di hadapan lelaki berkaos merah itu, diminumnya perlahan. Kurang lebih lima belas menit berlalu semenjak ia dan lelaki yang ada di hadapannya sampai di kafe yang mereka datangi ini. Bukan tanpa alasan Bang Aldi meminta Rasya untuk bertemu dengannya di hari libur ini. Melihat adiknya begitu sedih atas apa yang sudah Rasya lakukan, membuat bang Aldi harus turun tangan. Bang Aldi sudah memberitahu Rasya bahwa ia mengetahui kebohongan yang Rasya lakukan pada adiknya. Rasya pun tampak terkejut ketika bang Aldi mengetahui itu.

"Jujur, gue kecewa sama lo, Sya." ucap bang Aldi

Rasya menunduk, "Maaf, bang. Gue ngelakuin itu semua bukan tanpa alasan. Gue-"

"Lo cinta sama Alya dan gak mau buat Alya sedih. Gue tau alasan lo." potong bang Aldi

Ditatapnya kakak dari gadis yang ia cinta itu. Rasya bersyukur bang Aldi bisa mengerti dengan apa yang ia rasakan.

"Gue gak mau kehilangan Alya, bang." Rasya memelas

"Tapi, gimana sekarang? Alya udah gak mau ketemu lo lagi. Apa yang mau lo lakuin sekarang?"

Pertanyaan bang Aldi memohok Rasya. Ia juga tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Rasya bingung dengan semuanya.

"Untuk sekarang, gue bakal berusaha buat ngomong sama Alya."

"Terus gimana sama pernikahan lo?"

"Gue juga lagi berusaha buat batalin itu."

"Lo yakin bisa batalin?"

Rasya mengangguk, "Yakin"

Bang Aldi terdiam menatap wajah penuh keseriusan Rasya. Sejujurnya bang Aldi ingin membantu Rasya, tapi tidak banyak yang bisa ia lakukan. Bang Aldi sudah mempercayakan Alya pada Rasya dan ia juga menilai Rasya lelaki yang baik. Bang Aldi juga mengerti mengapa Rasya sampai melalakukan kebohongan pada adiknya, bahkan pada dirinya dan orang tuanya. Tapi, semua kembali lagi pada Alya. Gadis itu yang memutuskan harus berbuat apa.

"Selesain dulu masalah pernikahan lo. Jangan temuin Alya sampe masalah lo selesai. Kasih waktu Alya buat nerima semua ini."

♥♥♥

Sudah satu minggu berlalu sejak permasalahan Rasya yang di ketahui Alya. Lelaki itu masih terus gencar meminta orang tuanya untuk membatalkan pernikahannya. Namun, baik Pak Alaska dan Ibu Riana sama sekali tidak menggubris ucapan anaknya itu. Dua hari lalu kakak dari lelaki itu kembali menemui keluarga Bagaskara. Dan kabar bahagianya, Pak Bagaskara menyerah untuk menikahkan putrinya dengan Rasya. Orang tua Alea menyadari bahwa kebahagiaan putrinya bukan berada di tangan mereka, melainkan di tangan Alea sendiri. Oleh karena itu, Pak Bagaskara dan Ibu Sofi memberi kebebasan kepada putrinya. Dan sebisa mungkin, keluarga Bagaskara akan berusaha untuk membatalkan pernikahan Rasya dan Alea apabila keluarga Alaska bersikeras untuk tetap melanjutkan pernikahan itu.

Tentu saja kabar itu sangat melegakan bagi Rasya. Ia sangat berterimakasih pada keluarga Bagaskara karena sudah mengerti dengan apa yang ia dan Alea rasakan. Ia juga sangat berterimakasih kepada kakaknya, Raska sudah berusaha membuat masalah ini sedikit terselesaikan.

Saat ini yang Rasya harapkan hanyalah kepekaan dari kedua orang tuanya agar tidak mengambil langkah untuk melanjutkan pernikahan ini. Keluarga Bagaskara saja bisa berpikir untuk tidak mengekang putrinya, mengapa kedua orang tuanya tidak bisa? Terkadang, Rasya frustasi memikirkan hal itu.

Ketika jam kerjanya sudah berakhir, Rasya bergegas meninggalkan kantor dengan langkah terburu-buru. Membuat sekretarisnya, ibu Tari menatap heran kepergiannya. Hanya ada satu tempat yang ingin Rasya datangi dengan harapan seseorang yang sangat ingin ia temui ada di sana.

Singing in The Rain [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang