DELAPAN BELAS

22 1 0
                                    

Sudah beberapa menit yang lalu Alya sampai di tempat ini dan duduk di kursi kecil samping tempat tidur lelaki yang tengah menyandarkan tubuhnya itu. Lima hari tidak saling berkomunikasi dan bertemu, Alya malah mendapatkan lelaki yang sempat berdebat dengannya di mall berada di tempat yang dikhususkan untuk orang-orang yang terkena penyakit ini.

Ketika jam kerjanya selesai, Alya melihat Alea di halte tempatnya biasa menunggu jemputan Bang Aldi. Kantung plastik yang ada di tangan Alea membuat Alya berasumsi bahwa gadis itu sudah berbelanja di minimarket yang ada tak jauh dari halte itu. Ketika bertanya apa yang dilakukan Alea disana, Alya begitu terkejut dan khawatir karena Alea berkata bahwa ia akan menjenguk Rasya yang sedang dirawat di rumah sakit. Sangking khawatirnya, Alya meminta Alea untuk mengajaknya ke rumah sakit tempat Rasya dirawat. Tapi, ketika mereka sampai, Alea malah meninggalkan Alya dan Rasya berdua dengan alasan ia harus kembali ke butiknya.

Karena kejadian di mall lima hari yang lalu, membuat keduanya baik Rasya maupun Alya tidak ada yang berniat memulai pembicaraan terlebih dahulu. Dan keadaan diantara mereka benar-benar canggung. Alya tidak memungkiri kalau ia masih sedikit kesal karena Rasya sudah seenaknya menghapus nomor telepon Raska di ponselnya. Begitu pun Rasya yang masih kesal dengan hubungan 'pertemanan' Alya dan Raska, walaupun ia merutuki dirinya karena sudah bersikap sedikit kasar pada gadis itu.

Keduanya masih terdiam dengan fikirannya masing-masing. Alya merutuki dirinya yang tanpa fikir panjang ikut bersama Alea kesini padahal ia tahu hubungannya dengan Rasya sedikit tidak baik.

"Maaf."

Alya menatap Rasya, "Eh?"

"Soal kejadian di mall. Aku minta maaf. Waktu itu aku gak bisa nahan emosi dan malah melampiaskannya ke kamu. Aku bener-bener minta maaf."

Alya menunduk dan tak lama kemudian mengangguk, "Em."

Uluran tangan Rasya membuat Alya bingung.

"Boleh aku pinjam tangan kamu?"

Menatap lekat lelaki di sampingnya, perlahan Alya meraih tangan Rasya yang terulur padanya. Tapi di detik berikutnya, Alya terkejut sampai jantungnya terasa ingin copot ketika Rasya mencium lembut tangan yang dipegangnya itu.

"Eh?" Alya mencoba melepaskan tangannya yang digenggam Rasya, tapi lelaki itu malah mengeratkan genggamannya.

"Tapi, perkataan aku waktu di mall itu, memang bener." ucap Rasya dengan tatapan terfokus pada Alya.

'Perkataan? Perkataan yang mana?'

"Aku keberatan dengan hubungan pertemanan yang kamu minta."

Perkataan itu. Perkataan yang Rasya ucapkan itu memang selalu mengganggu fikiran Alya lima hari belakangan ini. Lalu apa yang harus Alya lakukan? Gadis itu benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

"Sya-"

"Aku bener-bener cinta sama kamu, Al. Aku gak mau kehilangan kamu." tegas Rasya

Alya menatap wajah penuh keseriusan dari lelaki yang sedang sakit ini. Tapi sungguh, Alya benar-benar tidak tahu harus bagaimana. Ia tidak mengerti dengan perasaannya saat ini.

Alya menghela nafas, "Sya, aku tau dan aku menghargai banget perasan kamu itu. Dan kamu tau? Aku gak ngerti sama perasaan aku sekarang ini. Sulit untuk dijelaskan. Tapi, kamu gak usah khawatir buat kehilangan aku, karena aku gak akan kemana-mana."

Rasya menatap Alya cukup lama. Senyuman gadis di hadapannya ini membuat ia tidak bisa berpaling. Tak kuat menahan keinginannya, Rasya menarik Alya ke dalam pelukannya. Tentu saja Alya terkejut. Ini pelukan ketiga yang Rasya lakukan. Dan pelukan kali ini berbeda dengan pelukan yang Alya rasakan saat pertama dan kedua kali lelaki itu memeluknya.

Singing in The Rain [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang