3. Little Conversation

102 20 4
                                    

Sebelum membaca, harap like dan comment. Share kalo bisa, tapi yang buat ini aku nggak maksa😁

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440. Semoga bisa bertemu di eid tahun depan. Wish you all readers are the best☺☺☺

Spesial eid fitri, Chapter ini lebih panjang, sepanjang kisah cintamu😚

Eaaaaaa....

***

"Pagi gaeeessss!!!!"

"Elah Kay, heboh amat dah. Kenapa sih lu? Menang togel?" Vanda yang sedang menyalin lirik lagu dari boyband oppa favoritnya merasa terganggu. "Dapet gebetan baru?"

"Etdah, lu kira gue Rahma? Yang saban hari ganti gebetan mulu?" Sahut Kayna ngeles. Gadis itu langsung berjalan ke tempat duduknya. Tepat di sebelah Bulan.

Tak seperti dirinya, wajah gadis itu tampak lesu. "Morning my princess! Kenapa wajah lu? Suram amat? Belum bayar tagihan listrik ya?" Goda Kayna sambil mencolek lengan Bulan.

Bulan menghela napas. "Tau deh, lagi males aja."

"Males napa lu?"

"Gu- HWAAA!" Gadis itu langsung jatuh dari tempat duduknya. "Rah! Lo tuh kalo nongol mikir dulu kek! Mau buat jantung gue copot?!"

Rahma nyengir. Gadis itu baru saja masuk dan langsung muncul di belakang Bulan. "Sorry Lan, dedek khilaf, hehe..."

"Nyengir mulu lo bisanya." Bulan mendengus, lalu bangkit dari duduknya.

"Woy Nobita!"

Walau bukan Bulan yang di panggil, tetap saja gadis itu menoleh. Lalu menoleh pada pemilik suara. Juned.

'Elahhh... bisa nggak sih itu topeng anbu diem barang sehari aja? Nyari masalah mulu ah!'

Arkan langsung mendatangi meja Juned. "I-iya Ned, kenapa?"

Juned menaikkan kaki ke kursinya. "Lo tahu kemarin kita dapet PR apa aja?" Nadanya sangat terdengar bossy. Apalagi tingkah lakunya yang dijamin ingin membuat setengah kelas meninju dia sepuasnya.

Rahma duduk di bangkunya, di belakang Kayna. "Si Juleha buat ulah lagi noh," Bisiknya sambil memandang adegan itu serius.

Bulan menghela napas. Arkan terlihat ketakutan. Tangannya bergetar, dengan mata yang terus menunduk ke bawah dan bibir bagian bawah yang dia gigit kuat-kuat. Jujur, rasanya dia kasihan melihat ini semua. Bukankah sudah lama pemerintah melarang pembully-an di sekolah? Tapi kenapa di sekolah negeri masih saja terjadi hal seperti ini? Apa karena sekolah negeri itu sudah di cap sebagai generasi perusak bangsa?

Dan terlebih, melihat semua adegan yang terjadi di depan matanya,

Mengapa Ia diam saja?

Juned mengeluarkan 5 buah buku tulis. Melemparkannya ke meja. "Tuh, kerjain! Lo tahu apa jadinya kalo nolak."

Arkan mengangguk kaku. Mengambil buku itu secara perlahan. Mendekapnya dalam dada. "Baik, b-besok kamu boleh mengambilnya."

"Elo cowok apa bukan sih? Ngambil buku gemulai amat dah!" Teriakan itu dari Ali, cowok paling bantet di kelas.

Dan itu mengundang tawa seluruh penghuni. Bahkan Kayna dan Rahma. Bulan diam, apa yang harus dia lakukan? Kalau dia membantu, takutnya dia akan di perlakukan sama.

Apalagi mengingat perkataan Arkan kemarin.

'Saya tidak mau kamu di jauhi karena berteman dengan lalat pengganggu seperti saya.'

Namanya Arkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang