Vomment woy... vomment...
Bersembunyi itu gak baik... :')***
Gadis itu berjalan santai menyusuri lorong menuju kelasnya. Sesekali membenarkan ikatan rambut yang sedikit mengendor. Tak ada senyum di wajahnya. Demi apapun dia tak mood untuk melakukan apapun.
Bulan melirik jam tangannya, menggerutu pelan. Bel baru akan berbunyi 45 menit lagi. Salahkan dia yang nekat berangkat pagi hanya agar tak ingin bertemu dengan orang itu.
"Kesambet ya lo? Ini baru jam berapa juga."
Celetukan itu terpaksa membuat gadis berambut coklat tadi menoleh, memasang senyum paksa pada si pemilik suara. Tak ada niat sama sekali untuk meladeni.
"Kenapa sih, Lan? Tumben amat lo kicep. Biasanya juga haha hehe."
Bulan memutar bola matanya. "Jangan ngereceh dulu dah, Ned. Please, gue lagi nggak pingin ketawa." dengusnya. "Sono lu buruan ke lapangan. Mau basket kan lo?"
"Iye, ini mau berangkat. Oh ya, perpus udah buka, noh. Lo kesana gih, ketimbang ntar ulangan lo ancur gara gara badmood." Juned berdehem. Memasukkan tangan ke celana basketnya.
Bulan mencibir. "Nggak usah sok kece, Ned. Gue nggak kena pancingan." Dengus gadis itu. "Ah, udahlah. Gue mau ke kelas, ngerjain tugas Bu Rumi biar jadi anak teladan!"
Tanpa mau mendengarkan perkataan Juned lagi, dia langsung ngacir ke kelas. Menaruh tas dan menelusup kan kepalanya ke meja. "Ah, bete!" Ia menggeram kesal. Sungguh siapapun, tolong jangan membuat mood nya tambah hancur.
"Bulan ku... Cintaku... Sayang ku... Manis-"
"DIEM!"
Rahma langsung kicep. "Lo Napa sih Lan? Ikut barongsai? Galak amat perasaan."
Gadis itu menggerutu tak jelas. Rahma malah semakin gemas. "Ya udha ayok, biar Lo nggak badmood lagi ikut gue."
"Kemana-aaa? Mager gue ah!" Rengek gadis itu, namun dia tak menolak dan tetap membiarkan Rahma menariknya.
"Mau liat pertandingan. Banyak cogan di sana. Gue yakin lo langsung good mood lagi kayak merk-nya minuman Jepang." Cerocos Rahma saat mereka melewati koridor.
"Zi, tinggian dikit kek ngelemparnya!"
"Denger ya, pokoknya kali ini pasti kena!"
Stop!
Jangan dikira mereka lagi maen basket. Gak, kalian salah besar.
"GUNDU GUA JANGAN LU AMBIL SEMUA CONGEK!"
Bulan langsung sweetdrop. "Rah, jadi maksud Lo pertandingan tuh, ini?"
Rahma mengangguk semangat. "Yo'i! Seru kan Lan?"
Ia mencebik. "Nyesel gue ngikutin Lo, tau nggak?" Tanyanya sarkas.
Entah bagaimana bisa, tiba-tiba sebuah gundu melayang ke arah mereka. Lebih tepatnya Bulan.
"WOY! ATI-ATI!"
Telat.
Kelereng berukuran jumbo itu telak mengenai jidat kanannya. Refleks, Ia langsung berjongkok sambil memegang keningnya. "Aduh... Ssh..." Bulan mengeluh, memejamkan matanya kala kepalanya mulai terasa berdenyut nyeri.
Rahma langsung ikut berjongkok. "Lan, Lo kenapa?" Tanyanya cepat. Ia menoleh pada para oknum yang masih membeku di tempat. "WOY! GIMANA SIH LO PADA?! INI ADA KORBAN WOY!" Omongnya ngegas.
Ramzi yang di sana langsung panik. "Cari anak PMR!" Ia celingak celinguk. "WOY ARKAN!"
Pemuda dengan Hoodie coklat itu langsung menoleh. Tanpa banyak kata langsung mendatangi TKP. "Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Namanya Arkan
Teen FictionIni bukan kisah badboy idaman, atau tentang pemuda sempurna kaya raya yang diidolakan banyak pihak. Karena jujur, aku juga telah muak dengan kisah itu. Ini hanya ringkasan kisah tentang Arkan. Pemuda dengan tinggi menjulang yang menjadi teman sekela...