Prologue

3.7K 222 32
                                    


"Happy Birthday!"

"Happy Birthday!"

Sepasang mata indah itu tampak membulat tidak percaya ketika teriakan menyapa pendengarannya saat ia memasuki ruang tamu yang temaram. Keterkejutannya berlanjut di saat satu persatu sahabatnya menghampirinya, sambil membawa kue dengan lilin berbentuk angka 23 yang bertengger manis di atasnya. Aura pria itu berubah menjadi haru, tidak menyangka kejutan kecil nan manis ternyata tengah menantinya di apartemen mewah miliknya di pusat kota Bangkok.

"Ah, sayangku.."

Dalam hitungan detik, tubuh tingginya kini sudah dalam pelukan erat, maka bertambahlah keterkejutannya. Pria itu seketika memicingkan matanya tajam saat sebuah kecupan mendarat di pipi kanannya. Bukannya merasa takut ditatap seperti itu, si pelaku justru kembali mencium pipi gembul yang terlihat merona itu, lalu memeluk pria itu jauh lebih erat dari sebelumnya,

"Selamat ulang tahun, Saint..", bisikan di telinganya membuat pria berkulit putih itu menyunggingkan sebuah senyuman sarat akan kebahagiaan. Ia pikir di hari lahirnya ini akan ia habiskan hanya dengan bergelung dengan tugas akhir kuliahnya, namun ternyata ada sebuah kejutan yang dibuat oleh para sahabat dan juga kakak kandungnya untuknya malam ini.

"Terima kasih", balas Saint pelan sambil terus tersenyum.

Beberapa waktu lamanya ia hanyut dalam pelukan sahabatnya, mata bulatnya menelusuri sekelilingnya, ada sekitar 8 orang sahabat yang memberinya kejutan, Saint menatap satu persatu wajah-wajah itu yang selalu setia menemani perjalanan hidupnya hingga detik ini. Kembali, rasa haru menyeruak menyesakkan dada.

Menjadi gay bukanlah hal yang mudah bagi Saint. Sejak pertama kali ia menyadari jika ia berbeda dari anak lelaki kebanyakan, ia sudah menemui banyak kesulitan, baik gejolak dalam dirinya sendiri, dari keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Butuh waktu panjang hingga pada akhirnya ia berhasil merubah setiap penolakan akan orientasi seksualnya menjadi sebuah pemakluman hingga akhirnya mereka mulai menerima dirinya dengan segala perbedaannya. Kini, Saint tengah menikmati hasil dari usahanya mengemukakan siapa jati dirinya, dikelilingi keluarga yang supportif dan sahabat-sahabat yang menerimanya apa adanya, serta ada seorang pria tampan yang kini menjadi kekasihnya selama 2 tahun terakhir.

Semuanya tampak sempurna.

Sesempurna kue ulangtahun yang tersaji di depan matanya.

"Mean, jika kau masih ingin memeluk Saint, setidaknya biarkan ia meniup lilinnya terlebih dahulu sebelum lilin ini habis meleleh!", mendengar gertakan itu, Mean lalu melepas pelukannya dengan tidak rela,

"Kapan lagi aku bisa memeluk orang ini!", balas Mean sengit,

Saint melihat wajah sahabatnya yang tertekuk, apakah memeluk dirinya menjadi sesuatu hal yang berharga hingga Mean tidak rela melepasnya? Saint menggelengkan kepalanya sambil terkikik geli. Lilin yang sedari tadi menyala akhirnya padam setelah Saint meniupnya diiringi tepuk tangan meriah. Seketika lampu ruangan itu menyala, tampak balon-balon menghiasi tiap sudut ruangan itu, detik berikutnya Saint memejamkan mata, membuat permohonan di lubuk hatinya,

"Terima kasih, Tuhan.. Aku sangat bahagia.."

"Semoga kebahagiaan ini terus bersamaku selamanya.."

"Tetapi.."

Saint membuka mata ketika mengingat sesuatu, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Senyumannya memudar ketika ia menyadari jika kebahagiaannya malam ini tidaklah sesempurna yang ia kira.

ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang