20 - The Unpredictable News

958 114 77
                                    

Lalu lalang orang tidak menghalangi pandangannya menatap pantulan bayangannya sendiri di cermin besar di seberang meja. Rambut hitam yang biasanya tersisir rapi kini hanya ia tata dengan jemarinya, bahkan poninya yang mulai memanjang menutupi sedikit matanya yang tampak lelah. Bibirnya yang biasa merekahkan senyuman sekarang hanya membentuk garis lurus. Saint seperti bukan melihat dirinya sendiri. Sebelumnya ia tidak pernah merasa seterpuruk ini. Ia selalu berpikir jika segala yang ia punya sudah cukup untuk menjadikannya sebagai orang paling bahagia di dunia. Namun hanya dalam kurun waktu beberapa bulan saja, semua kepercayaan dirinya itu runtuh bersamaan dengan hilangnya satu persatu segala yang dimilikinya. Ia kehilangan kesetiaan, kepercayaan, persahabatan, bahkan ia sudah bersiap kehilangan cinta yang diagungkannya selama ini.

Saint ingin membodohi dirinya sendiri dengan mengatakan jika cinta yang ia rasakan pada Perth hanyalah cinta semu belaka. Ia memiliki Zee yang sudah ia cintai sepenuh hati, maka tidak ada alasan baginya untuk meninggalkan sang kekasih hanya demi pria lain.

Memangnya siapa Perth?

Seorang pemuda sederhana yang tidak sengaja dikenalnya suatu hari, yang bahkan tidak ia ketahui latar belakangnya. Seseorang yang selalu membuatnya kesal dengan tatapan dan ucapannya yang dingin, namun di sisi lain selalu berhasil membuatnya khawatir. Perth adalah seseorang yang tiba-tiba membawa warna dalam hidupnya meskipun hanya warna hitam dan putih. Hitam untuk kenangan yang tertoreh bersamanya di masa lalu sementara putih untuk menggambarkan memori yang tercipta saat ini.

Lalu apa yang dimiliki pemuda itu untuk menjamin kebahagiaannya?

Dunia pun tahu jika Perth tidak memiliki apapun seperti kekasihnya.

Ia tidak kaya, bahkan tidak punya pekerjaan, ia tidak pernah bertutur kata lembut apalagi bersikap manis padanya. Ia tidak pernah memberinya sesuatu, hanya seikat mawar merah yang menjadi penanda rasa cinta beberapa waktu yang lalu. Tidak ada yang bisa menjamin jika Perth akan menjadikannya orang paling bahagia seperti yang selalu Zee lakukan untuknya. Bagai dua sisi koin, Zee dan Perth benar-benar bertolak belakang.

Lalu sebenarnya apa yang dilihat olehnya dari pria seperti Perth?

Saint mendesah pelan.

Semua pikiran itu terus berputar-putar dalam benaknya, membuat terjaga sepanjang malam. Saint merasa ini lebih buruk daripada diombang-ambing ombak di tengah lautan. Logika dan suara hatinya saling bersahutan untuk memberikan jawaban. Dan pada akhirnya, di tempat inilah ia berada.

Di sebuah restoran jepang yang terletak di barisan pertokoan elit di pusat kota. Restoran yang dulu menjadi tempat favoritnya untuk menghabiskan waktu, entah untuk sekedar bertemu dengan kekasihnya atau hanya untuk bersenda gurau dengan para sahabatnya. Beberapa karyawan yang sudah mengenali siapa dirinya terlihat mencuri pandang ke arahnya, namun Saint tidak mempedulikan mereka semua. Segelas minuman kesukaannya tersaji di atas meja meskipun ia sama sekali tidak memesannya.

"Maaf sudah membuatmu menunggu.."

Zee menghampiri kekasihnya dengan raut wajah ceria. Tanpa diminta, ia mendudukkan dirinya di depan pemuda tampan itu.

"Aku terkejut ketika kau mengatakan akan datang kemari.."

Saint menelan ludah payah. Ia mengepalkan tangannya di bawah meja, berusaha keras menyembunyikan rasa gundah yang merasuki jiwanya.

"Hei, kau ingin makan sesuatu?", Zee tersenyum lembut, pria ini tidak berbohong ketika mengatakan dirinya terkejut dengan kedatangan kekasih tampannya di restoran miliknya.

Satu detik hingga beberapa detik berlalu, namun tak kunjung ada jawaban yang ia dapatkan. Zee kini menurunkan garis senyumannya, ia menatap kekasihnya dengan tatapan dalam. Ia pikir kedatangannya kali ini karena suasana hati pemuda itu sudah membaik, namun ternyata ia salah mengira. Zee menegakkan posisi duduknya, menelusuri raut kegelisahan di wajah tampan kekasihnya.

ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang