8 - Little Tantrum

1.1K 135 73
                                    

"Tolong jaga Saint, jangan meninggalkannya sendirian.."

Plan menganggukkan kepala cepat ketika Kavin berkata padanya sesaat setelah pria tampan itu membereskan pakaian kotor ke dalam tas. Plan dengan mata sipitnya mengikuti gerak langkah Kavin yang kini menghampiri ranjang dimana Saint masih terbaring, lalu Kavin sedikit membungkukkan tubuh tingginya, mengatakan sesuatu pada Saint dengan suara yang pelan, yang tidak bisa didengar, ia hanya melihat Saint mengangguk dan tersenyum kecil kepada kakaknya itu sebagai balasannya, lalu Kavin mencium kening Saint sebelum mengambil tas miliknya,

"Sekitar setengah jam lagi ibuku akan datang kemari. Untuk itu, tolong temani Saint sementara aku pulang ke rumah.."

"Tenang saja, kak.. Aku akan menjaganya..", setelah Plan menjawab dengan yakin, Kavin tersenyum dengan wajah letihnya lalu berpamitan dan pergi meninggalkan Plan dan Saint di ruangan itu.

Di hari minggu siang yang cerah, Plan yang sedang libur kuliah menjenguk Saint seorang diri tanpa ditemani kekasihnya, Mean. Sudah 3 hari Saint dirawat di rumah sakit karena luka di kaki akibat kecelakaan mobil, dan sudah 3 hari pula Plan tidak pernah absen menjenguk sahabatnya itu, biasanya dia datang setelah pulang kuliah. Ketika Plan sampai di rumah sakit sekitar 10 menit yang lalu, ia mengirim pesan pada Mark untuk segera menyusulnya, karena walau bagaimanapun Saint kini membutuhkan semangat dari sahabat-sahabatnya. Tidak ada yang berubah dari Saint sejak hari pertama, ia masih saja murung, tidak banyak bicara, hanya tidur dan tidur sepanjang hari, sikap yang selama ini mustahil ada dalam diri pemuda itu, menyadari mulut Saint yang selalu terkunci rapat membuat Plan sedih sekaligus kesal, bagaimana mungkin hanya karena putus cinta Saint jadi serapuh ini!

Plan melirik ke arah Saint yang sedang memejamkan mata, seolah ia tengah tertidur, namun Plan tahu jika itu hanya siasat Saint yang mencoba mengabaikan keberadaannya. Jika sudah begini, Plan hanya bisa menghela nafas pelan, berusaha mencoba memaklumi kondisi psikis sahabatnya itu. Plan mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan, dan matanya menyipit ketika melihat seikat bunga mawar yang ada di vas di pojok ruangan. Pemuda itu dengan tergesa menghampiri ranjang Saint,

"Ah, apa Kak Zee sudah datang kemari?", tanya Plan antusias. Mendengar nama kekasihnya disebut, Saint langsung membuka matanya dan menatap Plan,

"Bunga itu.. Bunga mawar itu pemberian Kak Zee, kan? Haah.. Aku tahu itu pemberiannya! Saint.. Hatiku menjadi tenang sekarang.. Akhirnya Kak Zee datang menemuimu! Terima kasih Tuhan, hubungan kalian sekarang kembali seperti dulu, terima kasih, Tuhan..", mendengar Plan berbicara histeris seperti seseorang yang baru saja memenangkan lotre, membuat Saint memutar bola matanya jengah. Jika saja ia sedang tidak terbaring sakit, mungkin Saint sudah akan memukul kepala Plan hingga pemuda itu terjengkang.

"Keluar.."

"Huh?"

"Kau lebih baik keluar dari sini, karena kehadiranmu hanya mengganggu istirahatku saja!", ujar Saint ketus.

"Kau mengusirku? Hey, Saint jangan becanda.. Aku benar-benar bahagia sekarang! Kapan Kak Zee menjengukmu? Kemarin? Tadi malam? Tadi pagi? Atau kapan? Lalu.. Apa yang dikatakannya pada--"

"Itu bukan dari Zee, Plan sialan!", hardik Saint kesal. Ia menatap nyalang Plan yang kini menutup mulutnya rapat,

"Sampai detik ini, dia hilang bagaikan ditelan bumi! Bahkan dia tidak tahu jika saat ini aku masih bernafas atau tidak!"

Saint berteriak hingga tangannya mengepal. Mata Saint berkilat penuh luka, lalu detik berikutnya pemuda itu kembali memejamkan mata, dan mencoba mengatur nafasnya yang tersenggal, Plan yang melihatnya hanya bisa terdiam mematung. Ia tiba-tiba menyesali perkataannya yang mungkin saja telah menyakiti hati Saint. Karena yang ia ketahui selama ini Zee-lah menjadi satu-satunya orang yang selalu mengirimi Saint seikat bunga mawar merah yang indah ketika Saint sakit, bahkan ketika pemuda itu hanya demam selama 2 hari. Perhatian Zee yang begitu manis itu terkadang membuai Saint hingga ke langit ketujuh, maka tak heran jika Plan mengira bahwa bunga mawar yang ada di ruangan kamar Saint ini merupakan pemberiannya.

ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang