23 - The Longing

985 131 60
                                    

Warning : Sexual Assault

.
.
.
.
.

Saint memejamkan mata erat ketika Perth dengan cepat membungkam mulutnya, membuat semua perkataannya terjeda di tenggorokan. Bibir tebalnya sedikit kewalahan mengimbangi gerak liar bibir Perth yang mengulum dan menyesap belah bibirnya seolah tidak akan pernah ada hari esok. Ya, ia selalu suka dengan ciuman Perth yang lembut namun sensual dalam waktu bersamaan, dan kali ini dalam setiap sesapan bibirnya tersimpan letupan birahi yang membuatnya merasakan sebuah desakan yang sama. Apa yang dilakukan Perth saat ini menjawab ajakannya beberapa detik lalu.

'Let's have sex..'

Ia merasa mulai menjadi gila. Bukan karena mendewakan hasrat, namun karena kenyataan pahit masa lalu yang baru saja diutarakan sang kekasih berhasil menghantam egonya dengan begitu dahsyat. Ia ingin memiliki Perth seutuhnya sekarang setelah selama ini dirinya merasa tertinggal jauh di belakang. Karena sejujurnya, ia iri pada Mark dan Plan yang mengetahui banyak hal tentang Perth di masa lalu, begitu pula pada Mean dan bahkan mereka yang sempat hadir dalam hari-hari Perth dulu. Inilah kenapa ia merasa telah menjadi gila segila-gilanya, karena ia pun iri pada mereka yang berhasil menyentuh pemuda yang dicintainya ini.

Jika bagi sebagian orang hubungan seks menjadi level tertinggi untuk pembuktian cinta, maka tidak ada bedanya dengan apa yang berkelebatan dalam benak Saint saat ini. Ia ingin hubungannya dengan Perth menapaki babak baru, dimana hanya akan ada dirinya dan Perth, tanpa penghalang, tanpa bayang-bayang masa lalu yang kelam. Meskipun ia mampu bertahan dalam hubungannya yang lalu tanpa seks, namun kali ini ia ingin menjadi egois, menjadikan seks sebagai satu-satunya cara untuk mengikat pemuda yang kini tengah memagut bibirnya dalam.

'Ya, aku telah tidur dengan banyak pria..'

Banyak?

'Bahkan aku tidak bisa menghitungnya..'

Ingatannya terus memutar ulang perkataan Perth beberapa waktu lalu, membuatnya ingin berlari sejauh yang ia bisa, tapi sayangnya ia tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan merasa ada dalam posisi tidak berhak untuk marah sekali pun.

Saint menarik tengkuk Perth dengan kuat, membuat lesakan lidah sang kekasih semakin liar menyentuh setiap sudut rongga mulutnya yang hangat. Saliva mengalir dari celah bibir yang terbuka, namun ia tidak peduli. Tangan Perth yang semula memeluk pinggang langsingnya, kini mulai masuk ke balik kaosnya, menyentuh punggungnya dengan gerakan yang begitu perlahan, seketika tubuhnya meremang.

"Mmm..", satu desahan lolos dari bibirnya ketika ujung lidah basah Perth menggelitik langit-langit mulutnya. Saint merasa begitu lemas dengan ciuman sang kekasih yang semakin panas.

Tidak lagi bisa menahan diri, tangannya yang semula ada ada di depan dada Perth, kini mulai bergerak turun menuju tubuh bagian selatan pemuda itu. Dengan begitu payah ia mencoba untuk mengontrol tangannya yang gemetar hebat, karena ini kali pertama dalam hidupnya menyentuh milik seseorang yang ber-gender sama dengannya. Ia bisa merasakan setiap inchi tubuh Perth yang polos di telapak tangannya, menyentuh abs-nya, meraba pinggulnya dari samping ke depan, terus berulang, lalu ujung jemarinya dengan perlahan menggoda lekukan pusarnya sebelum semakin turun menyusup ke dalam waistband celana yang dikenakan pemuda itu.

ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang