19 - Deafening Roar

847 118 73
                                    

"Jalang.."

Hanya satu kata, namun pernah dengan kejam menyakiti perasaannya, menyamakannya dengan mereka yang menjajakan nafsu birahi.

Hanya satu kata, dan itu sudah bisa menjadi pembuka tiap lembaran kisah kelam dalam hidupnya.

Kata itu seharusnya ditujukan kepada para pelacur di luar sana, bukan pada dirinya yang tidak sengaja terperosok ke dalam permainan kotor seorang bajingan.

"..."

"Apa yang kau lakukan di sini?!"

Gin, pria itu terkekeh pelan, ia semakin memajukan langkah kakinya mendekat ke arah Perth, tidak peduli dengan hardikan pemuda itu.

"Itu bukan sebuah sambutan yang manis, kawan.."

Perth menahan diri untuk tidak menghajar Gin saat ini juga. Bukan hanya sebagai ajang balas dendam, tetapi karena ia sangat benci dengan segala hal yang ada dalam diri pria itu. Gin berdiri di depan Perth dengan tangan terlipat di dada, tubuhnya yang tinggi besar menjulang seumpama raksasa, membuat Perth tampak kerdil disandingkan dengannya. Namun itu sama sekali tidak membuat Perth gentar, ia tetap berdiri di tempatnya sambil menatap Gin tajam.

"Well, aku menunggumu datang bersama polisi untuk menangkapku.."

"..."

"Tetapi ternyata hingga detik ini kau tidak juga melakukannya.."

"..."

"Kenapa? Kau takut?"

Betapa arogannya bajingan ini!

Andai Perth mau, bisa saja malam itu ia melaporkan Gin ke polisi atas tindakan penganiayaan yang dilakukan kepadanya. Gin dan kawan-kawannya akan terpojok di dalam jeruji besi saat itu juga. Tetapi sekali lagi, Perth tidak ingin mengakhiri segalanya di sini. Untuk seorang bajingan seperti Gin, dinginnya penjara hanya akan mendekam sementara fisiknya, bukan mengoyak mentalnya. Apalagi dengan apa yang dimiliki pria itu, uang dan nama besar, belum lagi ada perusahaan yang akan mengamankan image-nya sebagai seorang public figure, sudah barang tentu ia akan dengan mudah membalikkan fakta yang ada.

Sekali lagi Perth bukan takut, sama sekali tidak takut.

Ia hanya ingin bermain hingga garis finish, dan melihat Gin jatuh terseok di bawah kakinya. Tidak hanya karir, namun harga diri bajingan itu akan hancur berkeping.

Perth kini sedang menunggu tiba gilirannya untuk bermain.

"..."

"Aku tidak mau menghabiskan tenagaku untuk mengurus pecundang sepertimu!"

"Maka pergi dari sini sebelum aku menghajarmu lagi, keparat!"

"Ah tapi sayangnya aku masih memiliki urusan denganmu.."

"..."

"Aku yakin kali ini kau pasti akan senang mendengarnya..", seringai busuk kembali hadir di sudut bibir Gin, membuat Perth yang melihatnya langsung diam, pemuda itu tidak harus membuka mulutnya untuk bertanya, karena Gin akan mengatakan semuanya saat ini juga.

ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang