"Lo mau mati" Sebuah tangan yang mencekal lengannya, seseorang dengan suara berat dari belakang adel yang membuat dirinya kaget
"Devon" Cicitnya tak percaya, namun devon tidak menghiraukanya melainkan ia terus berjalan membawa adel ketempat yang lebih aman
"Lo ngapain disitu" Tanya devon yang sudah sampai disebuah tempat yang jauh darinya, lebih tepatnya diwarung yang biasa mereka tempati untuk berkumpul
"Ya pulang lah" Jawab adel yang sudah sadar akan fikirinnya
"Ck kalo lo tadi kena sambit gimana" Kata devon yang menatap tajam manik minik adel
"Yakan gue jalan juga pake mata kali buat liat situasi"
"Emang ngga ada jalan lain apa"
"Ngga ada"
"Ehh itu muka lo luka" Kata Adel yang yang hampir memegang luka memar yang ada dimuka devon namun langsung ditepis
"Gue ngga papa" Ucapnya mengalihkan pandangan kearah lain
"Yaudah gue pulang dulu"
"Situasinya belum aman" Ucap devon yang kemudian membuat adel berhenti melangkah
"Terus gue harus gimana? Nunggu disini sampe jamuran? Lagian kenapa ada tawuran dijalan kaya gitu sih ganggu orang mau lewat aja" Kesal adel yang kembali duduk disamping devon
Devon yang melihat hal tersebut hanya diam namun dalam hatinya ia ingin tertawa melihat wajah merah padamnya yang sedang marah mirip kepiting rebus
"Ikut gue" Ucap devon beranjak dari duduknya
"Kemana?" Namun tidak dijawab dan adel hanya bisa mengekorinya dari belakang
"Dik pinjem motor lo bentar" Ucap devon pada seseorang cowok yang sedang menyesap secangkir kopi yang diketahui bernama dikta dan setelahnya ia memberikan kunci tersebut pada devon
"Naik" Perintah devon yang dituruti oleh adel
"Kita mau kemana sih" Ucap adel kesal karena pertanyaanya tidak kunjung dijawab
"Pulang" Jawab devon yang membuat hatinya lega, paling tidak ia bisa pulang dan istirahat
Selama perjalanan keduanya hanya diam, devon yang fokus menyetir sedangkan adel melihat pemandangan disepanjang jalan yang dihiasi oleh matahari yang hampir mengeluarkan sunrise nya
"Makasih" Ucap adel yang turun dari motor
"Astaga ko kamu jam segini baru pulang sh dek" Teriak Ana dari ambang pintu dan langsung menghampiri adel
"Iya bun"
"Eh ini siapa dek?" Tanya Ana yang mengalihkan pandangannya
"Saya devon tan" Sapa devon yang sudah turun dari motor dan langsung mencium tangan ana yang membuat adel sempat syok dengan tingkahnya karena setahunya devon itu cuman punya muka datar dan irit bicara tapi tadi yang ia lihat devon dengan sopan santunnya dan jangan lupakan juga bahwa ia tadi sempat tersenyum
"Loh mukanya kenapa itu nak?"
"Oh ini cuman luka kecil"
"Kamu ini dek temenya luka ngga disuruh langsung masuk buat diobatin tapi malah berdiri disini" Omel ana
"Mari masuk nak biar adel yang obatin" Lanjutnya yang menggandeng tangan devon yang membuat adel melongo
"Tapi bun it-"
"Udah cepet masuk ambil kotak p3k"
"Iss sabar del" Pasrahnya yang mau tak mau harus menuruti perintah sang bundanya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince Devon
Teen FictionFollow dulu penulisnya √ Jangan lupa vote dan komen gays√ Rank #8 Ceritaremaja (6-10-2019) Rank #47 Mostwanted (6-10-2019) Rank #172 Random (10-10-2019) "Kenapa lo bisa suka sama gue yang mungkin cewe diluar sana banyak yang lebih baik dari pada gue...