"Jika harus memilih, antara nafas dan
cinta. Maka aku memilih nafas terakhir untuk mengatakan, "Aku cinta padamu."***
Vano membawa Naca ke tenda anak-anak osis yang masih tersisa . Tidak ada tenda kelas yang tersisa satu pun dan tak terlihat guru atau panitia sama sekali . Yang bisa mereka berdua lihat hanya pohon-pohon besar . Selama 2 jam perjalanan , 1 jam diantaranya Vano membopong Naca di pundaknya . Gadis itu benar-benar sudah lemas .
Vano tadi menghubungi Anak Osis dan Bu Rizma meski sinyalnya sedikit dan sinyalnya putus-putus . Vano memberitahu bahwa tidak masalah kalau mereka ke Jakarta lebih dulu tanpa menunggu dirinya dan Naca . Ia tidak ingin anak-anak menunggu lebih lama karenanya . Sejak ia memutuskan , ia akan tau resikonya . Ia akan menanggungnya sebisa yang ia mampu .
Vano menyuruh Naca untuk duduk di salah satu kursi yang ada disana .
Cowok itu mengusap darah dari kaki Naca dengan ujung bajunya . Setelah selesai dengan itu .
" Berdiri , Kita harus pulang secepat mungkin ." Pinta Vano dingin Lalu membuang pandangnya ke arah pohon pinus besar yang terlihat bergoyang karena angin menerpanya ." Aduh ," Erang Naca tiba-tiba memegangi betis kakinya .
Vano mengalihkan pandangannya dari pohon pinus . Melihat Naca yang tampak kesakitan .
" Kenapa ? " Tanya Vano .
" Kaki gue ," ucapnya lirih . " Sakit ,"
" Masih sakit ? " Vano melangkah mendekati Naca .
Naca hanya mampu mengangguk . Ia bahkan merunduk dengan tangan yang memegangi kakinya . Vano berjongkok hingga kini wajah keduanya sejajar .
" Masih kuat untuk berdiri ? "
Naca hanya menggeleng lemas , ia meringis menatap Vano .
Vano menghela berat , lalu menyuruh perempuan itu untuk naik punggungnya . Membawa cewek itu ke hadapan mobil mewah warna hitam . Naca melotot tak percaya , ia menganga . Sejak kapan dan bagaimana caranya mobil itu ada dihadapannya .
Perlahan pria itu berjongkok , mempersilahkan Naca turun dari pundaknya . Naca menatap benda yang ada dihadapannya dengan tatapan bingung Dan tidak percaya . Demi seluruh warga Parapata alias negeri emas yang hilang , Natasha tidak paham !
" Van... " Ucap Naca dengan nada bertanya .
" Hmmmm ."
" Ko...kok...bisa..? "
" Masuk ." Suruh Vano pada Naca .
" Mobil ini punya siapa , Vano ..? "
" Lo nggak nyuri kan ? "
" Lo nggak ambil mobil punya orang kan Van ..? " Tuduh Naca yang tidak-tidak .
" Masuk , Ca ."
" Jawab pertanyaan gue dulu ! "
" Lo ini banyak pertanyaan banget sih Ca . Masuk saja . Sesulit itu ? " Bentak Vano pada Naca , akhirnya Gadis itu manggut-manggut pasrah dan segera masuk ke mobil itu .
Naca masih terdiam , ia memendam beribu-ribu pertanyaan dalam hatinya . Tak satu kata pun keluar dari mulutnya lalu Ia menatap kearah luar , pemandangan yang Elok . Sawah yang indah , padi-padi menari kesuburan . Pohon - pohon hijau rimbun menyejukkan matanya . Tidak ada yang berbicara untuk memulai sebuah obrolan diantara keduanya . Hingga Vano membuka suaranya terlebih dahulu .
" Perlu ke rumah sakit terdekat nggak ? " Tanyanya pada Naca , mereka sudah berada di perempatan jalan .
" Pulang aja ." Sahut Naca .
Vano mengangguk , lalu Vano melihat gadis itu sibuk meremas-remas jemarinya , telapak tangan Naca putih memucat dengan garis-garis kerutan . Vano tau gadis itu sedang kedinginan .
Sontak Vano mematikan ac mobilnya . Berbahaya , jika gadis itu terus menerus kedinginan . Naca bisa terkena hipotermia .
" Masih dingin ? " Tanya Vano datar .
Naca meneguk ludahnya , bibirnya terasa susah untuk menjawab pertanyaan itu .
Vano menggengam kedua tangannya dengan erat , mengunci setiap jemari-jemari mungilnya . Naca menatap Vano , begitupula sebaliknya . Mereka saling bertukar pandang , walau hanya berlangsung sebentar karena Vano harus fokus pada kemudi mobilnya , Detakan jantung Naca memompa lebih cepat .
" Kenapa lo ngelakuin ini ke gue ? " tanya Naca pelan .
" Apa ? " sahut Vano masih dingin .
" Sikap lo ."
" Hah ? "
" Kepedulian lo sama gue Van . Kenapa ? "
" Gue cuma nolongin . Biar lo nggak mati ," Jawab Vano logis .
Naca mendengus pelan , seorang Vano tetaplah seorang Vano ! Naca tak perlu berharap lebih tinggi lagi dengan pria ini . Naca mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Vano . Namun , pria itu menahannya .
Kening Naca mengkerut , tak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh pria itu . Vano semakim menggegam kedua tangannya erat .
" Vano lepasin , nggak ! " pinta Naca .
Tak ada jawaban dari Vano , pria itu hanya terus menatap ke depan .
Naca menghela pelan .
" Kenapa lo ngelakuin ini ? " Tanya Naca dengan nada yang sedikit tinggi .
" Apa? "
" Genggam tangan gue ."
Vano tersenyum kecil , ia menatap Naca lekat . Bibirnya perlahan membuka .
" Karena gue mau ." Jawabnya dengan suara lirih .
Ia menatap Vano dengan tatapan tak mengerti .
SORRY BANGET YA TELAT SEMUAA , DOAIN AJA YA BIAR CEPET SELESAI REVISINYA HEHE❤️
***
Hura! Selesai....
Semoga suka guas.. Baper aku mah baca ini ulang ulang sepuluh kali jugak wkwkwk
Jangan lupa follow author cantiks (jiji wha!)
@ riaarthaw
@riaarthaw
@riaarthaw
(Di instagram)Salam seyenk..
Vote dan comment.
Oh iya, sorry banget author mau hiatus sampai minggu depan karena kesibukan sekolah dan tugas yang begitu menumpuk, huft!! Doakan minggu depan bakal upload part baru yipi
![](https://img.wattpad.com/cover/144246421-288-k104799.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NATASHA
Teen FictionGadis paling cantik dan populer yang menjatuhkan hatinya pada prasasti hidup yang tak memiliki perasaan. Natasha kesal setengah mati dengan cowok dingin murid baru dari Australia . Namun Ia malah jatuh takluk pada cowok itu , dan sangat menginginka...