[14]

36.2K 3.9K 347
                                    

Sudah dua minggu Haechan hilang. Well, itu menurut Mark.

Padahal tiga hari lagi, Ujian sekolah sudah dimulai tapi tak ada tanda-tanda Haechan di sekolah. Hal itu membuat Mark semakin uring-uringan. Rasa gengsinya bahkan perlahan mulai menghilang digantikan dengan rasa penasaran yang besar.

'Kemana anak itu? Sebenernya dia kenapa?'







Braakk!






Pak Johnny yang sedang menerangkan beberapa materi pelajaran tiba-tiba menggebrak papan tulis membuat seluruh murid di kelas tersebut terlonjak kaget.

"Mark Lee!! Sudah berapa kali bapak bilang?! Jangan melamun saat pelajaran saya berlangsung!"

"A-ah... Iya pak, maafkan saya" Mark menundukkan kepalanya. Gara-gara memikirkan Haechan ia jadi melamun seperti ini.

•••

"Gimana? Udah dapet infonya?"

"Sorry, Keluarga mereka terkesan menutup diri. Jadi gue susah banget cari info-nya. Bahkan pak satpam nya langsung ngusir pas gue tanyain"

"Aarrgghh sialan!" Ia mengusap wajahnya kasar.

"Kenapa gak tanya sama sahabatnya aja sih Mark? Nyusahin gue aja"

"

Kalo sahabatnya udah kasih tau ke gue, ya gue gak bakal minta tolong ke Lo bego!"

Mendengar hal itu, Jaehyun selaku sepupu Mark hanya terkekeh.

"Lo bilang, Lo gak suka sama dia kan? Terus kenapa sekarang Lo cariin?" Tanya Jaehyun iseng.

"Gue.... Eh, iya juga ya... kenapa gue cari dia?"

"Apa Lo udah mulai suka ke dia?"

Mark langsung melempar bantal sofa yang dipegangnya hingga mengenai wajah Jaehyun yang membuat Jaehyun menggerutu kesal.

"Dih... Santai kali, nanti wajah ganteng gue bisa-bisa jadi jelek!"

Mark memutar bola matanya jengah, ia kemudian mengambil kunci motornya yang terletak di meja nakas di samping sofa kemudian memakai jaketnya.

"Terserah, gue balik dulu, bye!"

•••

"Ibu, aku mau sekolah lagi. Kapan aku pulang? "

"Gak bisa sayang, kamu harus dirawat disini dulu sampai kondisi mu membaik"

"Tapi aku udah baik-baik aja!" Tanpa sadar, Haechan meninggikan nada bicaranya. Ibu Haechan menggelengkan kepalanya.

"Tapi... Kenapa? Apa ada sesuatu?"

Mendengar pertanyaan Haechan, ibu Haechan sontak memasang wajah gelisah bercampur dengan ekspresi sendu nya. Dengan cepat, ia mengontrol ekspresi nya. Tidak, ini bukan waktu yang tepat, pikirnya.

"Enggak ada kok sayang.... Kamu... Baik-baik aja... Kamu cuma perlu dirawat disini dulu"

"T-tapi... Aku mohon Bu... Ijinkan aku sekolah... S-sebentar lagi... Ujian. S-setelah itu... A-aku bakal nurutin perkataan ibu" kata Haechan pelan.

Ibu Haechan merasa bersalah. Hati nya tergugah, namun ada sedikit perasaan bimbang di hatinya. Pikiran nya bertanya, apa tak apa membiarkan Haechan ke sekolah? Kondisi Haechan lebih parah dari sebelumnya

HEART ATTACK [Markhyuck] ⟨✓⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang