[12]

34.3K 4K 566
                                    

Semenjak kejadian seminggu yang lalu di lapangan indoor antara Haechan dan Mark, Haechan benar benar membuktikan perkataannya.

Haechan sangat peduli dan perhatian pada Mark. Meskipun yang ia lakukan berujung penolakan oleh Mark.

Menurut Mark, Haechan itu hanya berusaha mendekatinya. Tapi nyatanya, Haechan hanya mencoba peduli. Haechan tak masalah jika Mark tak menyukainya ataupun membencinya. Sungguh ia tak masalah dengan itu.





Saat ini, Haechan sedang duduk termenung di kursi meja belajarnya sambil memutar-mutar dua buah botol berisi jenis obat yang berbeda diatasnya meja. Ia memikirkan ucapan Mark seminggu yang lalu.

'Sekarang Lo pergi'

"Pergi ya..." Monolog Haechan sambil tersenyum.

"Apa udah saatnya? Kayaknya iya" Haechan bangkit dari posisinya. Mengambil sweater baby blue dan memakainya kemudian keluar dari rumahnya. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ibu dan ayahnya sedang di luar kota, sedangkan bibi Yesung -pembantu kepercayaan keluarga Haechan- sudah pulang sejak sejam yang lalu. Jadi Haechan bisa keluar diam-diam.

Haechan mengendarai sepedanya menuju tempat yang sering ia kunjungi disaat ia merasa tertekan ataupun sedih. Tak jauh dari rumahnya, hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk sampai dengan menggunakan sepeda pancal.

Dan disinilah Haechan sekarang, duduk dibawah pohon sambil menatap kosong danau dihadapannya. Tangannya menggenggam erat botol obat miliknya.

Hawa dingin tengah malam yang menusuk benar-benar terasa. Meskipun Haechan memakai sweater tapi tetap saja ia merasakan dinginnya. Padahal Haechan tak kuat dengan hawa dingin tapi ia memilih untuk menghiraukan.

Haechan berdiri dari duduknya. Melihat sejenak kearah botol obatnya.
"Terakhir kalinya" kemudian membuang botol tersebut ke danau.

Seseorang menepuk pundaknya. Haechan terkejut. Ia menoleh ke belakang sambil meremat sweater di bagian kiri dadanya.

Haechan bingung. Pasalnya ia tak mengenal orang dihadapannya ini.

"Eh aku bikin kamu kaget ya? Maaf gak bermaksud"

Haechan tak menjawab. Tapi orang itu tersenyum.

"Sendirian aja? Ngapain tengah malam kesini?" Tanya orang itu kemudian duduk dibawah pohon. Menepuk-nepuk tempat disampingnya. Menyuruh Haechan duduk kembali.

"Maaf, apa kita kenal? Kamu siapa?"

"Ah iya, kita belum kenalan. Aku Felix. Dan kamu Haechan kan?"

"K-kok..."

"Kita satu sekolah" Kata Felix, tersenyum manis ke arah Haechan. Haechan hanya menganggukkan kepalanya.

"Ngapain tengah malam kesini?" Tanya balik Haechan mengulangi pertanyaan Felix sebelumya.

"Cuma mau hilangin stress aja. Kamu sendiri?"

"Gak ngapa-ngapain" jawab Haechan sambil menatap kosong ke arah danau di depan nya lagi.

Felix menoleh, ia melihat wajah Haechan. Meskipun cahayanya remang-remang, Felix yakin, Haechan menitikkan sebulir air mata.

"Eh kamu nangis?"

Mendengar pertanyaan Felix, Haechan cepat-cepat mengusap air matanya dan menoleh.

"Enggak kok" jawabnya sambil tersenyum.

"Kamu mimisan!"

"Hah?!" Haechan mengusap hidungnya. Benar saja, ada cairan berwarna merah pekat di telapak tangannya.

HEART ATTACK [Markhyuck] ⟨✓⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang