[19]

37K 3.5K 779
                                    

Terhitung sudah sebulan semenjak kematian Haechan. Mark rutin setiap hari setelah pulang sekolah mengunjungi makam Haechan, ia tak pernah absen dan selalu mengucapkan kata-kata yang sama setiap kalinya. "Maaf"

Seperti sekarang ini, ia sedang duduk bersimpuh di sebelah makam Haechan. Selalu saja seperti ini. Ia hanya bisa mengulangi kata "maaf" berulang kali sambil terisak kecil. Menyesali semua perilakunya. Masa bodoh jika celana seragam nya kotor.

Merasa telah puas menangis sendirian, ia pun bangkit dan mengucapkan kalimat perpisahan yang ditujukan pada Haechan "Dah Haechan, kakak bakal ngunjungin kamu lagi, semoga" kemudian tersenyum simpul dan dengan berat hati, meninggalkan pemakaman tersebut.

Sesampainya Mark di rumah, ia disambut baik oleh pembantu rumah tangganya. Tanpa berucap sepatah katapun, Mark langsung berjalan menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Tas sekolah nya ia lemparkan begitu saja ke kasurnya. Dengan malas, Mark berjalan menuju lemari pakaian, berniat untuk mengganti pakaiannya.

Saat menutup pintu lemari, atensinya teralihkan pada secarik kertas lipat bewarna merah berisikan tulisan seseorang yang sengaja ia tempelkan. Itu surat terakhir dari Haechan. Mark mengambil nya, membaca ulang surat tersebut dan tersenyum. "Tentu saja, sayang" lalu kembali menempelkannya di tempat semula.

Setelah Mark mengganti pakaiannya, ia langsung menjatuhkan dirinya ke kasurnya. Ia benar-benar lelah. Lelah raga, lelah jiwa, lelah pikiran, dan lelah hati. Ia sangat merindukan sosok Haechan. Tak lama, rasa kantuk merenggut kesadarannya.

Di lain tempat, sejumlah orang sedang sibuk melakukan pekerjaannya dengan memerlukan tingkat fokus yang tinggi. Salah sedikit, akan berakibat fatal. Suasana sangat tegang dan mereka semua telah dibanjiri keringat di pelipis masing-masing dengan wajah serius mereka.

•••

Hari kelulusan telah tiba, siswa-siswi tingkat akhir menerima ijazah mereka masing-masing. Senyum bahagia tertera di wajah masing-masing orang. Namun tidak dengan Mark Lee sekarang. Dia hanya diam termenung dengan ekspresi wajah yang datar. Sebenarnya, tentu saja dia senang, dia bisa lulus dengan nilai yang memuaskan.

Hal yang membuat Mark menekuk wajahnya adalah karena sahabat-sahabatnya menerima sebuket bunga dari pujaan hati nya masing-masing. Tak terkecuali Jeno, yang mendapat sebuket bunga dan pengakuan cinta dari Jaemin. Karena pada dasarnya sahabat Haechan juga menghadiri acara tersebut hanya untuk memberikan ucapan selamat pada orang yang dituju.

Minho yang menyadari jika Mark menatap jengah pada orang-orang di sekitar pun berinisiatif untuk menghibur sahabatnya. Minho berjalan mendekati Mark yang tengah berdiri seorang diri dan langsung memeluk pundaknya.

"Yo bro! Kenapa muka lo ketekuk gitu? Lo gak seneng? Kita semua lulus!" Ujar Minho sambil cengengesan. Hyunjin, Changbin, Jeno, dan juga sahabat Haechan pun ikut menghampiri Mark.

"Hmm. Gue gak kenapa-napa" Jawab Mark masih setia dengan wajah datarnya. Mereka saling pandang. Lalu Hyunjin pun mengangguk mengerti.

"Gimana habis acara ini, kita ke makam Haechan bareng-bareng? Pasti dia bakal seneng liat Lo udah lulus SMA" Usul Hyunjin membuat Mark menoleh dan menganggukkan kepalanya sebagai balasan. Mereka pun tersenyum.

"Kalo gitu, ayo ke toko bunga" Usul Chenle yang langsung disetujui oleh mereka.



Setelah acara selesai dan membeli sebuket bunga, mereka semua pergi mengunjungi makam Haechan. Sesampainya disana, seperti biasa Mark akan langsung bersimpuh di sebelah makam Haechan tanpa peduli jika celananya kotor.

HEART ATTACK [Markhyuck] ⟨✓⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang