[3]

36.5K 4.6K 486
                                    

Haechan menggeliat pelan dalam tidurnya kala merasakan tangan lembut sang ibu mengusap surai coklatnya.

"Bangun sayang, udah pagi, kamu gak mau telat kan?"

Haechan membuka matanya dan mendudukkan dirinya. Mengerjapkan matanya sejenak untuk mengatur cahaya yang masuk ke dalam netranya dan berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih setengah terkumpul.

"Cepetan siap-siap, ibu udah bikinin sarapan" ibunya pun keluar dari kamarnya.

Haechan hanya mengangguk sekilas, berjalan menuju kamar mandinya dan bersiap-siap.

•••

Selesai sarapan bersama sang ibu dan ayah, Haechan pun bangkit dari kursinya.

"Ayo ayah cepetan, nanti Haechan keburu telat" kata Haechan sambil berjalan keluar rumah. Ayahnya pun buru-buru menghabiskan kopinya.

"Sayang, tunggu!" Panggil ibunya. Haechan menoleh.

"Kamu kan belum minum obat, minun dulu" ibunya mengingatkan sambil membawa 1 butir obat dan segelas air putih.

Haechan memandangi sejenak obat yang dipegang ibunya, tatapan nya menunjukkan bahwa ia enggan meminum obatnya. Ia lelah hidup seperti ini terus menerus. Tapi mau tak mau Haechan harus melakukannya.

"Jam tangan kamu udah dipake kan? Nanti jangan lupa minum obat yang satu nya ya kalau mulai sakit" kata ibunya mengingatkan kembali.

Haechan menganggukkan kepalanya pelan dan berpamitan pada ibunya. Ia pun diantar ke sekolah oleh ayahnya.

Hari ini berjalan seperti biasa dan hari ini pula, Haechan ada kelas olahraga.

"Baiklah anak-anak, hari ini penilaian sprint, Kita mulai dari yang cowok dulu"

Seperti biasa, nama Haechan tak pernah dipanggil jika ada penilaian olahraga. Dan seperti biasa juga, Haechan tak pernah ikut kelas olahraga. Dia hanya menyaksikan dari tribun penonton.

Jaemin, Renjun, dan Chenle menghampiri Haechan yang sedang duduk di tribun penonton yang terletak di pinggir lapangan outdoor itu.

"Chan..." Panggil Renjun.

Haechan menoleh, tersenyum mendapti sahabat-sahabatnya menghampirinya. "Eh kalian udah selesai penilaian nya?"


Bukannya menjawab, Jaemin malah bertanya balik.

"Kita tuh heran chan, sejak pertama masuk sekolah, kenapa kamu gak pernah sekalipun ikut kelas olahraga?"

Haechan hanya tersenyum menanggapi kemudian menggeleng.

"Gapapa kok, aku ini cuma gampang capek aja, kalo capek jadi gampang sakit. Jadi ibuku minta ke guru olahraga biar aku ga ikut kelas olahraga" Jawabnya berbohong sedikit.

"Chan, aku tau kita emang belum lama jadi sahabat, baru beberapa bulan juga, tapi kamu bisa percaya ke kita chan" kata Renjun sambil menepuk pundak Haechan pelan.

"Kalau kamu ada apa-apa, kamu bisa cerita. Dan kita janji gak akan beri tahu ke siapa-siapa" sambungnya.

"Kamu itu udah kayak keluarga kita sendiri chan. Meskipun kita baru kenal sebentar, kita udah jadi sahabat, kamu punya kita" Kata Chenle sambil memegang tangan Haechan.

HEART ATTACK [Markhyuck] ⟨✓⟩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang