Awal

10.4K 912 528
                                    

Ketika kamu sibuk memandangnya, maka izinkan aku merapalkan sebait doa kepadaNya agar kamu selalu bahagia atas apa yang kamu lakukan.

Mendengarkan ibunya yang setiap pagi berceramah kepada adik perempuannya sebelum berangkat kuliah, Zhafir diam-diam menerbangkan pikirannya sejauh impiannya. Wajah ibunya yang sedang mengomel dan terlihat kesal, begitu saja dia hapus, kemudian dia gantikan dengan wajah gadis itu. Seorang gadis manis, yang memiliki mata bulat dan indah, serta senyuman yang menawan.

Mengenalnya sejak Zhafir berusia 3 tahun, ternyata cukup banyak menciptakan rasa sabar Zhafir dalam dirinya. Karena biar bagaimana pun melihat gadis impiannya menyukai laki-laki lain yang nyatanya masih saudaranya sendiri, bukanlah sesuatu hal yang patut dia bahagiakan.

17 tahun dia hanya diam-diam mendoakan gadis itu disepertiga malam. Dan kemungkinan besar akan  sepanjang hidupnya dia melakukan hal yang sama. Apalagi sampai detik ini belum kelihatan tanda-tanda bila gadis itu meliriknya sebagai seorang laki-laki yang ia cinta, semakin membuat Zhafir harus sabar dengan kenyataan pahit ini.

Namun dari banyak pelajaran yang ayahnya sering jelaskan, memupuk kesabaran sama seperti merawat seorang anak. Tidak mungkin dalam waktu cepat hasilnya dapat kamu rasakan. Tapi percayalah, nanti akan tiba saatnya anak yang telah dirawat dengan sepenuh hati akan mendoakanmu tanpa henti.

Oleh karena itulah, Zhafir masih tidak menyerah atas kesabarannya itu. Suatu saat jika memang gadis itu ditakdirkan Tuhan untuk dia jaga, maka Zhafir percaya akan menemukan jalan terbaik untuk menghalalkannya.

"Masih belum puas memerhatikan gaya ibumu menasihati Zyva?"

Zhafir tersentak. Dia menutupi perasaan malunya karena dipergoki ayahnya sendiri sedang mengagumi ibunya, Nada.

"Bukankah karena ekspresi ini Ayah jatuh cinta sama ibu?"

"Iya, karena ibumu melengkapi kekurangan ayah yang sering kali diam tidak bersuara."

"OH, maksud ayah, ibu ini bawel?" Nada langsung menghampiri suaminya, Agam, serta anak pertamanya Zhafir yang sedang berdiskusi tentang kekurangannya itu.

"Zhafir berangkat dulu, Yah." Pamitnya menghindari kemarahan ibunya pagi ini.

Namun sehebat apapun kemarahan ibunya, Zhafir percaya ayahnya dapat menghandle semua itu. Dan membuat ibu semakin mencintainya.

"Kalau ayah bisa mengatasi ibu, kenapa aku enggak bisa mengatasi dia?"

Continue..
Pancing dulu..
500 komen aku lanjut, hahaha.. Kalo gak ya tunggu sampai 500 komen... 😂😂😂

Bah.. Kalau bisa sih tanggapan cerita ini harus lebih bagus dari cerita Mr. Baihaqi.. Whakakaka..

Btw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Btw.. Aku akan post juga ceritanya Abi.
Jadi gini guys, cerita ini waktunya 3 tahun sebelum cerita Abi. Jadi jangan salah-salah yak.
Sengaja dipost barengan. Jadi yang terjadi di sini akan berdampak di kisahnya Abi. Lapak sebelah..
Wokee..

Cerita Ramadhan akhirnya dimulai...lagi.

If Our Love Was a Fairy TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang